Pagi yang cerah, seperti suasana hati Gyra saat ini. Tak seperti biasanya Gyra tersenyum begitu lebar yang membuat sebuah pertanyaan besar bagi teman-temannya. Mereka hanya menatap Gyra dengan rasa penasaran, "Ada apa dengan Gyra?" Itu lah yang mereka ingin tanyakan.
"Keliatannya hari ini lo bahagia banget Gyr, ada apa nih?" Tanya Miyen.
Gyra hanya menggelengkan kepalanya, namun tetap tersenyum lebar membuat Qisya merasa tak tahan.
"Ck, tinggal cerita apa susahnya. Kenapa lo hari ini seneng banget?" Ujar Qisya dengan muka judesnya.
Lalu. Gyra menghembuskan nafasnya dan berkata.
"Entahlah, tapi tadi malam gue ngga bisa tidur gara-gara terlalu bahagia dan yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa gue bisa sebahagia ini? Padahal gue sendiri juga ngga tau kenapa, tiba-tiba aja rasa bahagia itu datang sendiri" Ujar Gyra dengan bibir yang masih tersenyum.
Entah, kebahagiaan apa yang menemuinya. Rasa bahagia itu datang dengan sendirinya tanpa memberi tahu bahagia apa yang datang kedalam dirinya. Gyra hanya mampu berkata, "jika memang ini kebahagiaan yang indah, maka biarkan bahagia ini merasuki jiwaku, Tuhan".
Bel sekolah berbunyi dengan nyaring, para siswa mulai membuka halaman demi halaman buku mereka. Mengulas dan mempelajari materi dengan seksama. Gyra dengan fokus tertuju pada buku catatannya sambil memikirkan sesuatu yang indah. Entahlah dia fokus atau tidak yang terpenting dapat memahami setiap kalimat ilmu yang berdatangan. Dengan perasaan senang Gyra berkata pada dirinya.
"Hmm kira-kira bahagia apa ya ini?" Batinnya.
Namun, saat sudah berada di tengah-tengah rasa bahagia, Gyra mengingat perkataan seseorang yang sedang merasa terpuruk.
"Bang Dirga..." Ucapnya dengan perlahan.
"Apa yang terjadi padanya?" Batinnya.
Gyra memikirkan itu sampai sebuah penggaris panjang menyentuh mejanya dengan kasar.
Prakk
Sebuah hantaman keras memukul mejanya. Membuat Gyra merasa merinding.
"Legyraa! Perhatikan pelajaran Ibu!" Ucap guru sains itu dengan wajah yang merah menakutkan.
"I-iya Bu" Jawab Gyra dengan terbata-bata.
Bel panjang di bunyikan sebagai pertanda jam istirahat sudah datang. Para siswa mulai menyimpan kembali alat tulis mereka ke tempat asalnya.
"Anak-anak, kita lanjut minggu depan dan jangan lupa kerjakan PR kalian" Ucap sang guru sains itu lalu beranjak keluar kelas.
Gyra lalu menghembuskan nafasnya dengan perasaan lega. Ia merasa kalau selama pelajaran sains ia tidak dapat bernafas.
"Huftt akhirnya" Ujarnya merasa lega.
Miyen dan Qisya menghampiri meja Gyra. Miyen dengan muka menahan tawa dan Qisya yang sudah siap melontarkan berbagai pertanyaan.
"Sumpah gue ngakak pas liat muka lo senyum-senyum mulu selama pelajaran sains, kaya orang gila tau nggak sih?" Ujar Miyen.
Gyra hanya menatap malas.
"Lo ngga kaya biasanya Gyr" Ujar Qisya.
Gyra yang merasa penasaran dengan kebiasaannya di hadapan teman-temannya pun bertanya.
"Kebiasaan yang seperti apa?" Tanya Gyra.
"Biasa lo tantruman terus tiba-tiba sedih, tapi sekarang kegiatannya cuma senyum mulu dari pagi" Jawab Qisya.
"Masa sih?" Tanya Gyra.
Miyen mengangguk setuju dengan perkataan Qisya.
"Ah udah lah, mending jajan. Yuk!" Ujar Gyra dengan bersemangat.
Mereka pun pergi ke kantin untuk membeli makanan yang ingin mereka makan. Namun, Gyra merasa bosan karena ia hanya membeli makanan yang sama. Gyra mencari kantin yang mungkin memiliki menu baru agar ia tak merasa bosan.
"Lagi cari apa Gyr?" Tanya Qisya.
"Menu baru" Jawab Gyra.
"Oh, kantin 9 kalau ngga salah ada tuh, mau coba?" Tawar Qisya.
"Beneran?" Tanya Gyra memastikan.
"Bener Gyr, kemarin gue udah mampir kesana, rame banget tapi" Ujar Miyen.
"Eh serius lo? Ko lo ngga ajak gue sih?" Ujar Gyra dengan kesal.
"Maaf gue kelupaan" Jawab Miyen.
"Udah lah mending sekarang kita kesana, takutnya nanti waktu istirahatnya udah habis" Ujar Qisya lalu mulai berjalan menuju kantin 9.
Ramai. Itulah yang terlihat di kantin tersebut. Gyra merasa jengah sudah mengantri begitu lama, namun belum maju sama sekali. Dia sesekali melihat ke arah jam tangannya. Kurang 15 menit lagi menuju bel masuk.
"1,2,3,4,5,6" Ujar Gyra sambil menghitung jumlah anak yang mengantri di depannya.
"Huftt kurang 6 anak lagi" Ujar Gyra dengan perasaan putus asa.
"Emangnya seenak apa sih menu barunya sampai antreannya panjang banget" Monolog Gyra.
Seorang pria, barisan ke 2 dari depan menoleh ke belakang, tidak, tepatnya ke arah Gyra berdiri. Vager. Iya, dia melihat ke arah Gyra.
Gyra yang merasa di perhatikan langsung membuang muka malas, begitupun Vager dia langsung menghadap ke depan kembali saat giliran ia membeli makanan kantin.
Kringgg
Bel masuk terdengar nyaring, membuat semua anak yang berada di kantin berhamburan menuju kelas mereka. Tetapi, Gyra dengan kesal karena bel itu membuat Ia mungkin akan tertinggal dengan menu baru itu, ia pun menghentakkan kakinya lalu melangkah menuju ke kantin tersebut dan menghadap dengan Ibu Kantin itu.
"Bu, masih ada kan?" Tanya Gyra.
"Apanya?" Tanya balik Ibu Kantin itu.
"Menu baru itu loh," Ujar Gyra.
"Oh masih kok, tinggal 3 nih." Jawab Ibu Kantin.
"Oke bu saya 1." Ujar Gyra.
"Saya 1 bu."
"Yang terakhir punya saya."
Ujar dua makhluk yang Gyra kenal.
"Katanya kalian ngga jadi beli gimana sih?" Ujar Gyra.
"Hehe." Ujar Qisya yang tumben terkekeh.
Gyra hanya menggelengkan kepalanya lalu memberikan uang kepada Ibu Kantin.
"Ini Bu, saya bayar aja langsung ya." Ujar Gyra.
"Saya juga Bu." Ujar Miyen dan Qisya bersamaan.
"Nanti kami ambil sepulang sekolah ya Bu." Ujar Qisya.
"Siap nanti saya langsung bungkuskan." Jawab Ibu Kantin.
"HEY KALIAN BERTIGA!!!" Teriak seseorang dari pintu masuk kantin.
Gyra, Miyen, dan Qisya yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah sumber suara, ternyata satpam yang sedang berpatroli.
"DENGAR BEL MASUK KELAS BERBUNYIKAN?! CEPAT MASUK KELAS KALIAN!!!" Ujar Satpam itu.
Tanpa berkata apapun mereka langsung keluar kantin menuju kelas mereka.
***
Pukul 16.30
Gyra sudah sampai di rumahnya beberapa jam yang lalu. Ia sekarang sedang berbaring di tempat tidurnya sambil berpikir hal-hal random yang ada di otaknya.
"Kenapa gue rasa dia suka sama gue ya? Ah tau lahh ngga jelas banget, dia kepedean aja sih kayanya, di kira gue lagi suka kali sama dia, heh." Ujar Gyra yang sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya penasaran.
Saat memikirkan hal itu, Gyra teringat sesuatu yang benar-benar merasa aneh selama ia bersekolah tadi pagi. Dirga. Ya, dia tidak terlihat seharian ini, biasanya ia sedang ada di depan kelas bermain permainan random tapi hari ini entah di mana anak itu. Padahal Gyra lewat kelasnya pun ia tidak ada di tempat duduknya dan tasnya pun tidak ada di sana.
"Bang Dirga, sebenarnya ada apa?" Lirih Gyra.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
memory in my life
Teen Fiction**** Legyraa Mekar AlFekka, seorang gadis yang selalu di hantu oleh 2 laki-laki di antaranya adalah laki-laki masa lalunya dan laki-laki yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Membuat Gyra merasa bingung untuk memilih diantara mereka, namun di l...