Chapter 18: Penyesalan?

118 86 103
                                    

"Sayangilah Ibumu selagi
masih ada"
-Lezigar Mylvano AlFekka-

Malamnya.....

Teman-teman Gyra dan Zigar datang mengunjungi mereka kembali juga dengan orang tua mereka yang juga termasuk teman sekaligus rekan kerja Laksamana.

"Gar, mana adek Lo?", Tanya Ilham, temannya Zigar.

"Ada di kamar", Jawab Zigar dengan muka yang lesu.

"Huftt", Lanjutnya lalu mengadahkan kepalanya ke atas.

"Udah broo", Ujar Hendra.

"Gue masih ngga nyangka, Bunda Gue udah ngga ada di sini lagi", Ujar Zigar.

"Andai aja pas itu Gue temenin Bunda, pasti Bunda masih di sini. Pulang dengan keadaan senang habis jalan-jalan", Sambungnya dengan raut wajah penyesalan.

"Gar... semua ini takdir sang Maha Kuasa, ngga ada yang tau juga kan kalau Bunda Lo bakal kecelakaan", Ujar Hendra.

"Eh btw itu, supir truk sialan udah di tangkap belum?", Tanya  Ilham.

Zigar hanya mengangguk.

"Besok Lo masuk?", Tanya Ilham.

Dan lagi-lagi Zigar hanya mengangguk.

"Bro kalau masih belum stabil jangan masuk dulu ngga papa nanti kita izinin", Ujar Hendra.

"Ngga Ndra, Gue harus tetep masuk", Ucap Zigar.

Saat Zigar sedang mengobrol dengan temannya neneknya itu pun datang menghampirinya.

"Gar, adek kamu ngga mau keluar udah nenek bujuk dari tadi, kamu coba bujuk lagi ya?", Pinta sang nenek.

"Iya nek", Ujar Zigar dan berdiri dari duduknya.

"Adek kamu udah lama Gar ngga keluar kamar?", Tanya Hendra.

"Huftt, iya dari pulang pemakaman tadi siang Gyra ngga keluar-keluar, udah di bujuk sama Ayah, nenek, kakek, bibi dan yang lain tapi tetep aja ngga mau keluar ", Ujar Zigar.

"Hah serius? Berarti dia ngga makan?", Tanya Ilham.

Zigar hanya menggelengkan kepalanya. Zigar pun melangkah masuk ke rumahnya dan menuju ke lantai atas untuk ke kamar adeknya itu. Saat Zigar akan menaiki tangga, Qisya pun menghentikan langkah kaki Zigar.

"Kak Zigar, boleh ikut ngga? Aku udah denger katanya Gyra ngga keluar kamar dari tadi siang", Ujar Qisya.

"Iya kak, siapa tau kita ada di sini Gyra mau keluar", Sambung Miyen.

Zigar hanya mengangguk dan berjalan kembali di ikuti dengan temannya dan juga teman Gyra.

Sesampainya mereka di depan pintu kamar Gyra, Zigar mengetuk pintu itu dengan lembut.

"Dek, keluar yuk. Ada temen kamu lohh", Ujar Zigar.

"Iya Gyr, Gue sama Qisya di sini kalau lo ngga keluar Gue ngambek sama Lo si seminggu", Ujar Miyen.

"Aww" rintih Miyen di akhir katanya karena mendapat tamparan maut dari Qisya.

"Yen jangan keras-keras", Ujar Qisya.

"Tuhh dek, kelu..", Ucapan Zigar terpotong saat sedang mencoba membuka pintu kamar adiknya.

"Udah ngga di kunci?", Ujar Zigar dengan lirih.

"Kalian tunggu di sini dulu ya", Ucap Zigar dan masuk ke kamar adiknya dengan bergegas takut adiknya kenapa-kenapa.

Saat Zigar masuk ke kamar Gyra, Ia melihat adiknya tertidur di tempat tidurnya. Lalu, Zigar menghampiri adiknya yang sedang tertidur pulas. Zigar menyingkirkan bantal guling yang menutupi adiknya itu dan merasa bantal itu lembab karena air mata.

"Selama itu kamu nangis dek", Ujar Zigar dengan lirih.

"Dek bangun, makan dulu yukk", Ujar Zigar sambil membangunkan adiknya.

Gyra pun mulai membuka matanya secara sayup-sayup.

"Bundaa...", Ujar Gyra.

"Dek, bangun heh", Ucap Zigar berusaha membangunkan adiknya itu.

"Oh abang", Ujar Gyra dengan lirih.

"Gyra ngga mau makan Bang", Ujar Gyra.

"Loh kenapa? Ngga baik loh tidur perutnya masih kosong", Ujar Zigar.

"Bukan masakan Bunda, yang Gyra makan sekarang", Ujar Gyra dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

Zigar yang sedang berusaha menahan air matanya itu menasihati adiknya.

"Dek jangan gitu, kalau kamu sakit. Kamu berarti ngga kasihan sama Ayah dan Abang, lagian masakan yang di dapur itu tadi nenek yang masak. Kata kamu kan dulu masakan Bunda sama kaya nenek, jadi makan ya?", Ujar Zigar.

Gyra hanya diam sebentar lalu mengangguk.

"Nah sekarang turun ya? Temen kamu lagi nungguin kamu juga tuh di luar", Ujar Zigar.

"Tapi Bang Gyraa ngga kuat, Gyra lemes banget", Ujar Gyra.

"Ya udah sini abang gendong", Ujar Zigar dan menggendong adiknya keluar.

"Wihh tuan putri kita akhirnya keluar", Ujar Miyen.

Gyra hanya tersenyum kecil ke arah temannya.

"Yuk turun", Ajak Zigar.

Mereka pun turun ke lantai satu dan langsung di sambut oleh semua orang.

"Alhamdulillah, sayang akhirnya kamu keluar juga", Sambut sang nenek.

"Nek Gyra mau makan", Ujar Gyra kepada sang nenek.

"Ayokk nenek udah masak banyak nihh ada makanan kesukaan kamu juga, temannya Gyra sama Zigar makan juga ya", Ujar nenek.

"Ehh engga nek makasih", Ujar mereka malu-malu kecuali Miyen.

"Iya nek, ayo lah wehh makan", Ujar Miyen.

"Ck, apaan sih Lo ngga enak tau", Ujar Qisya greget dengan anak satu ini.

"Udah ngga papa makan aja mubazir kalau ngga di makan", Ujar nenek.

"Yuk, Yen, Sya makan bareng Gue. Kalian jahat kalau ngga nemenin Gue makan", Ujar Gura sambil mengambil nasi.

"Tuh Sya, dengerin", Ujar Miyen tanpa malu.

Qisya hanya menatap malas ke arah Miyen.

"Ya udah deh demi Gyra makan dan demi Miyen yang perutnya nyanyi terus", Ujar Qisya menuruti.

"Kalian ngga sekalian makan?", Tanya nenek kepada Hendra dan Ilham.

"Engga nek, makasih. Kita mau ngikut Zigar", Ujar mereka.

"Oh ya udah tapi cemilannya dimakan ya", Pinta sang nenek.

"Iya nek", Ujar mereka berdua dan berjalan mengikuti Zigar yang menuju ke ruang keluarga yang di sana sudah ada Vager serta kakaknya dan juga ada Dirga.

Mereka pun duduk dan mulai mengobrol. Mereka melihat sekeliling ruangan itu yang terdapat banyak medali, piala dan piagam serta beberapa foto Gyra dan Zigar yang sedang memegang sebuah penghargaan.

"Wih Gar, adek Lo pinter juga ternyata", Ujar Ilham.

"Dia dari dulu suka banget sama olahraga dan bela diri, kalau ada aja lomba olahraga atau bela diri dia langsung daftar. Kelas 8 dia juga udah pernah ikut olimpiade olahraga tingkat internasional dan Alhamdulillah juara satu", Ujar Zigar.

"Wihh keren dong", Ujar Viza.

Mereka pun mengobrol, kecuali Vager. Ia hanya menyimak dan sesekali ikut berbicara dan Dirga menatap dingin ke arah Vager karena Dia tau ada sesuatu antara Gyra dan Vager.

Bersambung........

memory in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang