Chapter 9: susunan rencana busuk

95 92 8
                                    

              _"Dari sini gue belajar jika memang tak mampu untuk mengejar lebih baik berhenti daripada menyakiti"_
-Dirga Jaxin Punawira-

Di sebuah kamar bercat hitam dan abu ada seorang anak laki-laki sedang duduk di pinggir jendela kamarnya sambil meminum se cangkir kopi hitam.

"Gyr, gue minta maaf", Ujar Dirga.

"Gue ngga nyangka bakalan nyakitin lo kek gini. Gue ngaku kalau ini semua salah gue", Ujar Dirga lagi.

Tok tok tok
Saat Dirga sedang memikirkan kesalahannya tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya

"Siapa?"

"Bripta", Ujarnya dari luar.

"Masuk aja bang, ngga di kunci", Ujar Dirga ke abangnya itu.

Btw, Dirga itu anak ke dua dari empat bersaudara ya ges ya 2 adiknya perempuan and laki-laki. Dahh gitu dulu, perkenalannya nyusul.

"Lo kenapa? Suram bener gue liatnya", Tanya Bripta.

"Gue pengin cerita tapi  kalau gue sadar punya abang kek gini jadi ngga niat buat cerita", Ujar Dirga.

"Sialan lo, serius ege"

"Bang kalau lo di suruh milih barang pilihan lo sendiri apa barang pilihan mamah, lo bakal milih yang mana?", Tanya Dirga.

"Gue kalau di suruh milih gitu mending pilihan sendiri aja, kenapa? Lo liat tuh kamar gue kalau mamah yang milih, seprei kamar gue tuh warna Pink gambar kupu-kupu warna putih lagi", Ujar Bripta.

"Iya deh iya, lo ngga liat selimut gue gambar disney princess? Masih mending lo seprei ketutup selimut lah gue mau di tutupin pake apa?", Ujar Dirga dengan nada kesalnya.

"Dah lah Bang kalau sama lo ngga bisa serius", Lanjutnya.

"Lagian ngapain sih Tanya kek gitu", Tanya Bripta.

"Engga Bang, kapan-kapan aja deh gue cerita", Ujar Dirga.

Dan di lain tempat

"Mba-mba boleh pesen satu porsi lagi ngga level 5?", Tanya Gyra ke pelayan warung seblak.

"Astagfirullah, Gyr lo mau lambung lo kambuh? Nanti kalau kambuh siapa yang repot? Udah mba jangan di kasih", Ujar Dirga kesal dan terheran-heran karena satu porsi mie ayamnya saja belum habis, tapi Gyra? Ia sudah menghabiskan 2 porsi seblaknya sendiri.

"Bang lo ngomong kek gitu lagi, gue pulang sendiri nih", Ujar Gyra mengancam.

"Terserah lo, entar lambung lo kambuh gue ngga mau tanggung jawab", Ujar Zigar.

"Bodo amat",

Dari kejauhan ada sekelompok remaja perempuan yang menatap Gyra dengan senyum licik. Siapa lagi kalau bukan Naeva.

"Cewe sialan, awas aja lo gara-gara lo Dirga ngga mau ngobrol sama gue", Ujar Naeva.

"Eh lo lupa sama cowok yang kemaren nolongin dia?", Tanya Sista

"Iya Va, lo lupa?", Tanya Liva.

"Ck, sialan berarti kalau kita mau balas dendam ke dia kita harus diam-diam, apa lagi kalian tau kan abang dia, Zigar. Abang dia itu seorang ahli bela diri dan juga punya sifat tegas, itu juga yang jadi ancaman kita", Ujar Naeva.

"Berarti apa yang kita harus lakukan Va?", Tanya Liva.

"Sini gue bisik in", Ujar Naeva.

"Gimana? Bagus ngga rencana gue", Ujar Naeva setelah dia memberi tahu tentang rencana licik yang ia susun.

"Hmm, boleh juga", Ujar Sista.

Keesokan harinya....

Gyra hari ini berangkat pagi sekali, karena abangnya ada tugas yang belum selesai jadi mau di selesaikan di sekolah yang membuat Gyra harus berangkat pagi sekali sampai belum ada yang berangkat kecuali dia dan abangnya.

"Ihh sepi banget, jadi kelihatan serem deh", Ujar Gyra sambil ketakutan.

"Makanya sering berangkat pagi sama gue jadi terbiasa, lagian lo kalau berangkat maunya bareng Ayah yang berangkat siang", Ujar Zigar.

"Hehe, males gue kalau berangkat pagi, lagian ngapain juga kan", Ujar Gyra.

"Ya udah lah abang ke kelas dulu ya", Ujar Zigar.

"Oke bang",

Gyra pun melanjutkan perjalanannya menuju ke kelasnya. Namun, entah kenapa Gyra merasa ada yang memperhatikannya.

Tiba-tiba...

Plak

Seperti ada yang menepuk bahunya dari belakang. Saat Gyra menoleh ternyata....

Bersambung....

memory in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang