sixteen

311 49 10
                                    

"Berhenti! Jangan mendekat!"

Namjoon sontak menghentikan langkah kaki yang berlari sangat kencang dari kantor milik Yoongi. Ia dan perwira dari unit artileri itu berhenti tepat pada depan pintu ruang rawat inap di klinik pangkalan militer ketika junior mereka menghadang di depan pintu kaca itu dengan merentangkan kedua lengannya agar seniornya tak menerobos masuk. Namjoon dan Yoongi bernapas terengah-engah dengan dada yang naik turun dengan sangat cepat.

"Ruangan itu diisolasi!" lanjut Jungkook lagi dengan nada suara yang meninggi pada dua seniornya itu.

Hari sudah petang. Namjoon bersama Yoongi tak berpikir panjang usai Yoonji mengatakan bahwa kedua dokter relawan itu diperkirakan terinfeksi virus mematikan. Ia dan rekannya sontak berlari meninggalkan meja kerja lalu membelah malam hari pada pangkalan militer itu untuk menuju ke klinik.

Klinik medis militer itu agak ramai. Perawat dari tim relawan medis dan perawat militer ada di lantai dua dari klinik yang merupakan ruang rawat inap itu. Para tim medis saat ini mengenakan scrub mereka dan juga masker medis serta hand scoon.

"Kalian bisa bicara dari balik pintu, Senior!"

Namjoon dan Yoongi kemudian menyentuh bahu Jungkook untuk menggeser tubuh dari junior mereka yang menghalangi jalan. Ia dan Yoongi kemudian berdiri di depan pintu kaca ruang rawat inap yang terdiri dari dua bed itu dan tampak kedua dokter dari tim relawan medis itu berbaring pada masing-masing bed sembari para perawat yang memakai pakaian pelindung diri lengkap dengan masker N95 itu tengah mengambil darah mereka.

"Letnan Kim?" ujar Seokjin terkejut ketika ia menyadari bahwa kedua letnan itu tengah berdiri di depan pintu kaca memperhatikan mereka di dalam sana.

Jimin yang semula mengobrol ringan dengan perawat yang tengah mengambil darahnya itu lalu mengalihkan pandangan ke pintu.

"Kau juga di sini, Letnan Min?"

Namjoon dan Yoongi menatap nanar ke arah kedua dokter muda yang tampak pucat itu. Namjoon mendengus geram melihat Seokjin terlihat semakin pucat dibandingkan dengan saat siang hari tadi.

"Dokter Kim, apa yang kau rasakan?" tanya Namjoon dengan napasnya yang memburu. "Apa kau sangat kesakitan sekarang?"

Seokjin tersenyum tipis dengan bibirnya yang gemetar itu. "Mana mungkin aku kesakitan! Kita bahkan belum tahu apakah aku dan juga Dokter Jimin terinfeksi atau tidak"

Yoongi menggelengkan kepalanya agak kesal mendengar jawaban dari Seokjin.

"Kumohon katakan sesuatu, Jimin-ah!"

Jimin menengok ke luar dari posisinya yang berbaring lalu tersenyum kecil berusaha agar membuat sang letnan dari korps artileri itu merasa lebih tenang.

"Dokter Seokjin benar" imbuh Jimin. "Darah kami sedang diambil dan akan dites terlebih dahulu untuk mengetahui hasilnya apa kami terinfeksi Virus D itu atau tidak"

"Tapi kalian berdua sudah tidak baik-baik saja!" geram Yoongi kesal melihat kedua gadis yang seharusnya ia lindungi itu justru diambang bahaya di depan matanya.

"Kami berdua kini mungkin sedang sekarat" kekeh Seokjin. "Tapi kami tidak akan mati dengan semudah itu!"

"Berperang melawan penyakit adalah tugas seorang dokter" lanjut Jimin disertai sebuah senyuman manisnya yang kaku.

Namjoon dan Yoongi membuang napas berat saat mendengar jawaban itu. Kedua perawat itu sudah selesai mengambil darah dari dua dokter muda itu. Kedua perawat militer itu lalu memasangkan intravenous infusion di punggung tangan kedua dokter muda itu.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang