four

337 48 5
                                    

"Kau belum sempat tidur?"

Namjoon menoleh ke arah Yoongi yang baru muncul dari balik tubuhnya. Ia menggeleng pelan pertanda tidak membenarkan tebakan dari rekannya itu. Namjoon lalu menegakkan punggungnya. Ia sudah sempat tidur setelah patroli selesai tetapi badannya masih terasa lemas. Namjoon biasanya tak pernah merasa dirinya dalam kondisi seburuk ini.

Pagi hari tadi patrolinya telah usai, Namjoon sempat merebahkan tubuh di kasurnya pada kamarnya sendiri di barak. Namun, ia tidak dapat memejamkan mata dan pikirannya itu terasa sangat penuh. Namjoon terus terjaga sampai akhirnya Jungkook mengetuk pintu kamarnya di barak dan meminta tolong agar peleton Namjoon mendampingi kegiatan di unit logistik bersama tim relawan medis.

Maka, ia di sini sekarang. Namjoon berdiri di ujung bangunan klinik di Pulau Yeonpyeong itu mengawasi kegiatan screening kesehatan yang dilakukan tim relawan medis itu pada penduduk sipil. Namjoon sejak awal hanya diam berdiri siap mengawasi berlangsungnya acara itu hingga telah selesai sekarang ini. Namun, Yoongi yang tadi sempat membantu memindahkan barang kini menghampirinya.

"Kau sakit?" tanya Yoongi lagi sambil pria itu menoleh memperhatikan raut Namjoon yang lesu. "Tapi semalam kau sepertinya sehat"

"Aku baik-baik saja" jawab Namjoon dengan suara yang terdengar datar.

"Aku ingin bicara sesuatu denganmu" ujar Yoongi dengan nada serius.

Jika saja bisa, Namjoon rasanya ingin sekali berseru bahwa ia tidak ingin melihat wajah rekannya itu. Yoongi jelas tidak bersalah dan tidak memiliki tanggung jawab atas pikiran kalut yang Namjoon rasakan. Namun, untuk saat ini Namjoon rasanya sedang ingin egois dan mengedepankan perasaanya sendiri. Ia benar-benar terguncang akan berbagai hal yang terjadi hanya dalam satu malam.

Namjoon sudah berulang kali mendengarkan rumor antara Yoongi dan Seokjin. Namun, ia hanya menanggapinya dengan anggukan tak mau tahu. Sayangnya malam tadi Namjoon justru menunjukkan gelagat berbeda ketika di depan matanya sendiri ia melihat Yoongi dengan Seokjin ternyata memiliki hubungan personal sedekat itu. Ia merasa seperti tidak bisa menerima kedekatan mereka entah apa alasannya.

Semalam juga Namjoon melakukan sebuah hal terbodoh sepanjang usianya. Ia tak bisa berpikir menggunakan akal cerdasnya dan justru malah menyakiti Seokjin. Kesalahan pertamanya adalah mencium perempuan itu tanpa seizinnya. Kesalahan keduanya adalah terbuai menikmati ciuman yang terasa amat memabukkan hingga kesadarannya hilang.

Namjoon tidak kuat minum tetapi ia rasanya masih bisa menahan efek alkohol daripada harus menahan efek dari rasa bibir Seokjin.

"Senior Namjoon!" panggil Jungkook sambil berjalan mendekatinya dan Yoongi.

Jungkook yang semula membantu seorang apoteker tim relawan bernama Shim Jaeyun itu lalu berjalan mendekatinya di dekat pintu kayu besar gedung klinik tua itu.

"Kau sudah selesai tebar pesonanya dengan Dokter Kim Taehyung?" tanya Yoongi begitu Jungkook di depannya.

Namjoon menaikkan satu sudut bibir ketika mendengar Yoongi meledek Jungkook. Ia sudah bertemu dengan dokter sipil bernama Kim Taehyung itu. Namjoon akui jika dokter muda itu tampan dan berwibawa. Pantas jika Jungkook terus menerus menyingkap rambut ke telinganya dengan gugup ketika di dekat sosok yang merupakan satu-satunya dokter di pulau terluar dari Korea Selatan ini.

"Aku sedang membantu!" kilah Jungkook.

Jungkook memukul lengan Yoongi itu dengan main-main sambil memberi tatapan sinis.

"Senior Namjoon!" panggil Jungkook lagi kali ini menatap pada yang memiliki nama. "Kau belum pernah berkenalan langsung dengan Dokter Kim Taehyung, bukan? Kalian harus saling memperkenalkan diri dulu!"

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang