fourteen

328 51 1
                                    

"Bagaimana aku memperbaikinya?"

Namjoon bergumam gelisah di ruang kantor miliknya. Dirinya sejak tadi terus berjalan mondar-mandir mengabaikan Hoseok yang tengah menyusun laporan dengan laptopnya. Namjoon rasanya ingin menjambak rambut miliknya atau bahkan melompat dari tebing ke lautan. Ia sangat gelisah dan juga malu yang bercampur dengan perasaan bersalah. Sudah dua hari pasca kejadian canggung di antara dirinya dan Seokjin. Sejak saat itu juga mereka tak lagi bicara sampai sekarang.

Namjoon merasa sangat tersiksa.

Tidurnya tidak nyenyak, makannya tak lahap, fokusnya bekerja juga terbuyarkan. Namjoon rasa ia hampir gila karena dalam pikirannya hanya ada Seokjin seorang. Terlebih ingatan tentang gadis itu yang terdiam kebingungan saat Namjoon membantunya mengenakan lagi pakaiannya. Namjoon terlalu bodoh saat itu karena sudah nekat bertindak tetapi ia tak bisa mempertanggungjawabkan tindakan yang ia lakukan sendiri itu.

"Kau baik-baik saja, Letnan Satu Kim?" tanya Hoseok merasa iba melihat komandannya.

"Menurutmu apa aku sedang baik-baik saja?"

Hoseok menggeleng dengan kuat mendengar ucapan sarkas dari atasan tertinggi dalam peletonnya itu. Ia tidak mau mendapatkan hukuman push up hanya karena sudah salah bicara dan membuat atasannya kesal.

"Apa kau mau berbagi pikiranmu denganku, Letnan Kim?" tawar Hoseok mencoba untuk mencarikan solusi. "Mungkin aku akan bisa membantumu"

Namjoon langsung duduk di kursi yang ada di samping Hoseok. Ia menatap penuh harap pada sersan yang selalu ia percayai dalam setiap urusan pekerjaannya di pangkalan ini.

"Apa ini tentang Dokter Kim Seokjin?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Letnan Satu Jeon..."

Sial. Berita Namjoon dan Seokjin memang sudah menyebar ke seluruh telinga yang ada di pangkalan militer karena ulah mulut bocor milik Jungkook itu.

"Berarti Dokter Kim Seokjin itu adalah orang yang tidak hobi minum dan mabuk, tidak suka pergi ke kelab malam, dan tidak suka menggoda laki-laki sembarangan?"

Namjoon sontak menepuk dahinya keras.

"Tidak bisakah kau berhenti mengingat itu?!" seru Namjoon kesal pada sersannya itu.

"Apa yang terjadi, Letnan Kim?" tanya Hoseok buru-buru mengembalikan ke topik awal dari pembicaraan mereka sebelum komandannya menjadi tambah kesal.

"Aku sedang bingung lalu melakukan sesuatu yang membuatnya bingung dan sekarang aku malah jadi makin kebingungan"

"Mendengarnya membuatku ikut bingung" cicit Hoseok. "Kenapa kau tak pergi ke klinik dan membicarakan secara langsung sebagai laki-laki yang jantan, Letnan Kim?"

"Begitukah?" tanya Namjoon polos.

"Seorang jenderal dari Dinasti Qing pernah mengatakan kalau cara terbaik memecahkan masalah dalam peperangan adalah dengan berdialog"

Namjoon tidak menjawab kutipan kalimat yang Hoseok berikan. Ia lebih memilih untuk bertindak. Namjoon langsung berlari keluar dari kantornya menuruni tangga dan keluar dari bangunan kantor unit infanteri. Ia juga mengabaikan semua anggota peletonnya yang memberikan hormat sepanjang jalan padanya. Pikiran Namjoon hanya tertuju ke satu tempat yaitu klinik dan tertuju pada satu orang yaitu Dokter Kim Seokjin.

"Namjoon-ah!" panggil Yoongi heran ketika mereka tak sengaja berpapasan. "Kau mau pergi kemana berlari seperti itu?"

Namjoon mengabaikan seruan rekannya itu dan mempercepat langkahnya menuju pada klinik. Namjoon meraih gagang pintu klinik dan bergegas mendorong pintunya.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang