twenty one

310 39 7
                                    

"Jangan gugup, Letnan Kim!"

Namjoon menoleh ke samping dan langsung mendapati Seokjin yang tersenyum sangat tulus padanya. Ia menunduk sekilas ketika tangan Seokjin menggenggamnya. Namjoon beruntung bahwa malam ini ia bisa duduk bersebelahan dengan Seokjin di meja makan itu. Sejak tiba di restoran yang sejak awal sudah ditentukan, Namjoon merasa seperti jantungnya hampir meledak karena terus berdegup dengan kencang.

Namjoon begitu bingung apa yang harusnya ia lakukan malam ini. Namjoon sama sekali tidak memberitahu ayahnya tentang makan malam ini. Ia diam-diam pergi dari rumahnya sore ini dengan mengenakan setelan semi formal berupa dalaman yang berbahan kaus warna putih lalu dibalut jas santai berwarna hitam dan mengenakan celana kain hitam panjang. Namjoon memesan taksi dan langsung bertemu Seokjin di restoran makanan jepang ini. Gadis itu sudah lebih dulu tiba dan tampak memukau dengan setelan kasualnya berupa kemeja lengan panjang berbahan satin berwarna abu-abu gelap dipadukan rok hitam ketat sebetisnya.

"Ini hanya acara makan malam biasa" lanjut Seokjin mencoba menenangkan Namjoon.

Namjoon menganggukkan kepala pelan.

"Kau benar, Dokter Kim" imbuhnya disertai dengan senyuman tipisnya.

Namjoon memandang ke sekeliling ruangan private yang digunakan keluarga Seokjin untuk acara makan malam itu. Restoran yang menyajikan masakan Jepang itu memiliki meja yang berbentuk lingkaran. Namjoon duduk bersebelahan dengan Seokjin dan dua kursi sisanya masih kosong. Namjoon bisa menebak jika Presiden Kim Sihyuk pastinya akan duduk berhadapan dengannya.

klekkk....

Pintu ruang makan private itu terbuka dan langsung menampakkan sosok pria paruh baya dengan setelan semi formal berupa jas abu-abu tua dengan dalaman berupa kaus putih dan celana panjang senada dengan jas yang dikenakan. Presiden Kim Sihyuk telah datang bersama dengan Ibu Negara Kim Jinhee dengan dress polos lengan pendeknya sepanjang betis yang berwarna biru langit.

Seokjin menatap kehadiran kedua orang tuanya dengan senyuman lebar. Sementara itu, Namjoon sontak berdiri dengan posisi tegapnya menyambut pimpinan tertinggi di Korea Selatan itu. Namjoon menundukkan kepala sopan ketika bertukar pandangan dengan sang kepala negara di depannya.

"Letnan Satu Kim?" panggil Presiden Kim Sihyuk dengan suara yang jelas terdengar kebingungan.

"Aku mengundang Letnan Satu Kim agar ikut datang" terang Ibu Negara Kim Jinhee lebih dulu menjelaskan situasi itu pada suaminya.

"Kenapa?" tanya Presiden Kim Sihyuk lagi dengan nada yang justru semakin bingung.

Namjoon menelan ludah gugup menyadari bahwa sang kepala negara terus menatapnya dengan pandangan serius yang tajam.

"Kemarin Letnan Satu Kim sedang bersama Seokjin saat aku datang ke apartemennya" ujar Ibu Negara menjelaskan. "Kupikir tidak ada salahnya mengundang Letnan Satu Kim juga. Lagipula salah satu kursi kita kosong karena Seokjung tidak bisa ikut"

Namjoon bisa merasakan kalau ayah dari Seokjin itu tidak menyukai penjelasan dari istrinya barusan. Hal itu juga terbukti dengan sorot pandangan yang pria paruh baya itu berikan semakin tajam pada Namjoon.

"Letnan Satu Kim?" panggil Presiden Kim Sihyuk kembali.

"Siap!" jawab Namjoon dengan suara bulat nan dalam khas militernya.

"Kau menemui anakku di apartemennya?"

Itu hanya sebuah pertanyaan dengan sebuah jawaban yang bisa Namjoon berikan dengan satu kata antara ya atau tidak. Namun, lidah Namjoon seperti kelu saat hendak memberi jawaban atas pertanyaan itu.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang