thirteen

456 53 6
                                    

"Apa kedai samgyeopsal itu di dekat sini?"

Namjoon sore ini sedang bebas tugas dan dia juga baru kembali dari piket patroli rutinnya pagi tadi. Menyadari dirinya memiliki waktu luang selama lima jam kedepan, Namjoon rasa tidak ada salahnya membawa Seokjin pergi keluar pangkalan militer sebentar. Ia memarkirkan mobil di ujung jalan kemudian mengajak Seokjin berjalan kaki sore ini di kawasan permukiman penduduk sipil sesuai permintaan dokter itu beberapa waktu lalu.

"Lumayan" jawab Namjoon sekilas manggut-manggut. "Apa kau sudah lapar?"

Seokjin menggelengkan kepalanya. "Mungkin aku akan lapar dalam lima belas menit lagi"

Namjoon tertawa mendengar jawaban dari Seokjin. Dokter muda itu selalu berceletuk hal lucu yang membuatnya tertawa.

"Kalau begitu kita akan sampai kedai tepat diwaktu kau sudah lapar" kekeh Namjoon.

Namjoon melirik ke arah Seokjin yang saat ini berjalan di sampingnya.

Dokter muda itu terlihat sangat cantik seperti biasanya. Seokjin mengenakan kemeja polos berlengan pendek berwarna chestnut yang dimasukkan ke dalam rok warna tan miliknya dengan panjang sedikit di bawah lututnya.

"Apa ini artinya kau sedang mengajakku pergi kencan, Letnan Kim?" tanya Seokjin disertai cengiran manis khas dirinya itu.

Namjoon mengangguk sebagai jawaban.

"Aku jadi merasa malu!" cicit Seokjin sambil membuang wajahnya yang memerah.

Namjoon kembali tertawa melihat Seokjin. Ia rasanya tak pernah sebahagia ini dalam satu waktu hanya karena melihat tingkah lucu dari seorang gadis yang menggemaskan.

"Letnan Kim, harusnya kau memberitahuku sejak awal kalau kita akan pergi kencan!"

Namjoon mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa?"

"Setidaknya biarkan aku memakai bedak dan lipstik yang lebih tebal!"

"Kau sudah cantik, Dokter Kim"

Seokjin bersungut pada laki-laki itu. "Bahkan kalau wajahku terlihat kumal juga kau akan mengatakan aku cantik!"

"Tapi kenyataannya memang begitu?" protes Namjoon heran karena di matanya Seokjin memang cantik dalam situasi apapun.

Seokjin mendengus lalu membuang muka ke arah berlawanan dari Namjoon.

Namjoon melirik ke arah Seokjin yang saat ini terlihat menikmati jalan kaki sore mereka. Ia menatap tangan gadis itu yang terbebas. Jika berkencan, harusnya mereka bergandengan tangan dengan mesra. Namjoon berdehem pelan meredakan kegugupannya sembari ia perlahan mengikis jarak antara mereka agar dapat membawa tangan dokter itu ke dalam genggamannya untuk bergandengan.

"Huh?"

Namjoon terlonjak terkejut karena seketika itu juga Seokjin sudah lebih dulu merapat ke arah tubuhnya. Namjoon kira Seokjin akan menggandeng tangannya lebih dulu. Namun, sang dokter justru melakukan lebih dari itu. Seokjin memeluk satu lengan Namjoon dan berjalan dengan manja sambil bersandar ke lengan kekar Namjoon itu. Namjoon memang harusnya ingat jika gadis itu selalu punya cara unik untuk membuatnya terkejut.

Mereka berjalan menyusuri jalanan kawasan permukiman yang beberapa rumahnya saat ini sedang mengalami pembangunan ulang pasca diterjang badai laut. Suasana sore hari itu terasa hening karena tidak banyak orang yang berlalu lalang.

"Aku sedih melihat rumah warga banyak yang rusak" keluh Seokjin dengan nada yang sendu menyaksikan memang banyak rumah warga yang rusak dan diperbaiki. "Mereka pasti merasa sangat sedih dan kebingungan"

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang