seventeen

293 54 19
                                    

"Dokter Jimin dinyatakan negatif lagi"

Namjoon menganggukkan kepala mendengar penjelasan Yoonji. Laboratorium di rumah sakit milik angkatan darat di Seoul itu baru saja mengirimkan lagi hasil tes darah Jimin. Yoonji dalam tiga hari berturut-turut telah mengirimkan sampel darah dari dokter gigi muda itu. Namjoon sendiri datang ke klinik mengantar surat hasil tes laboratorium itu sekaligus bermaksud menjenguk Seokjin.

"Jadi, Dokter Jimin akan baik-baik saja?"

Yoonji mengangguk pada Namjoon. "Dokter Jimin kemungkinan hanya mengalami peradangan karena infeksi biasa"

"Apa kau tahu jenis infeksi apa padanya?"

"Belum" jawab Yoonji. "Aku akan tetap terus memantau perkembangan kondisinya. Tetapi demam yang Dokter Jimin alami menurun"

"Bagaimana dengan Dokter Kim?"

Namjoon menghela napas berat. Dadanya sangat sesak sejak Seokjin telah dinyatakan terinfeksi Virus D itu.

"Aku masih mengusahakan yang terbaik"

"Jadi, bagaimana Dokter Kim bisa tertular Virus D?"

"Dokter Kim bilang dia tergores sesuatu di bagian telapak tangan saat menangani pria yang terinfeksi itu bersama Dokter Jimin" terang Yoonji. "Dokter Seokjin sendiri juga mengakui dia tidak mengenakan handscoon saat membantu Dokter Jimin. Mungkin saja jarum suntik atau peralatan medis untuk gigi dari Dokter Jimin menggoresnya"

Namjoon mengangguk kecil. "Jadi, luka itu yang membuatnya berkontak darah dengan pria yang sudah terinfeksi lebih dulu itu"

"Kemungkinan besar seperti itu, Senior"

Yoonji menatap iba ke seniornya yang sejak kemarin berwajah muram karena gadis yang menjadi pujaan hatinya terinfeksi virus yang cukup mematikan. Dokter militer itu lantas meraih sebuah kotak di meja nurse station untuk mengambil masker medis di sana.

"Kau bisa menjenguknya di dalam, Senior" jawab Yoonji kemudian memberikan sebuah masker pada Namjoon.

Namjoon menerima uluran masker medis yang Yoonji berikan lalu mengenakannya.

"Terima kasih, Yoonji-ya"

Namjoon mengetuk perlahan kaca di pintu ruang rawat inap berisikan dua bed itu. Ia lalu mendorong pintu itu perlahan dan kini dirinya sudah berada di dalam. Namjoon berdiri diam sejenak di ambang pintu saat melihat Seokjin tampak berbaring sambil memejamkan kedua matanya. Seokjin sudah berganti pakaian khusus pasien tim medis militer berupa piyama berwarna beige dengan motif titik berwarna army.

Namjoon melangkahkan kakinya perlahan untuk mendekat agar tidak membangunkan sang dokter. Ia kemudian mendudukkan diri di sebuah kursi yang berada di samping bed yang Seokjin gunakan tidur. Namjoon hanya diam dan memperhatikan Seokjin dengan wajah cantiknya yang sangat pucat itu. Ia menunduk dengan mata yang terasa panas. Namjoon tidak sampai hati melihat Seokjin harus berada di ujung hidup seperti ini.

Namjoon menatap pada sebuah meja yang berada di sisi kepala bed yang Seokjin pakai tidur. Sebuah laptop berada di sana dan juga beberapa alat tulis lainnya. Namjoon juga bisa melihat stetoskop, termometer gun, dan juga bungkus Vitamin C.

Meskipun sakit parah, Namjoon benar-benar tak paham mengapa Seokjin menolak untuk menjadi seorang pasien. Gadis itu bersikeras tetap menjadi seorang dokter untuk dirinya sendiri. Seokjin tetap mengerjakan artikel ilmiahnya untuk pendidikan spesialis dan bahkan melakukan riset tentang Virus D. Dia juga mengecek perkembangan kondisinya sendiri dan mencatatkannya secara berkala. Namjoon sangat tidak memahami itu.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang