twelve

453 50 15
                                    

"Jimin-ie, jam berapa sekarang?"

Namjoon yang sudah bangun sejak tadi kini hanya bisa menahan tawa melihat tingkah lucu Seokjin saat terbangun dari tidur. Gadis itu bahkan mengigau dan tidak ingat kalau menginap di kamarnya semalam. Namun, kali ini Namjoon tidak tidur di sleeping bag seperti malam lalu. Mereka berbagi ranjang meski ukurannya kecil. Namjoon dan Seokjin tidur menyamping demi bisa berada di ranjang itu berdua.

"Selamat pagi, Dokter Kim..." sapa Namjoon sambil mengecup lembut pipi sang dokter yang masih memejamkan matanya.

Namjoon tertawa pelan melihat betapa lucu tingkah Seokjin yang meregangkan tubuhnya usai mendapat kecupan di pipinya. Dokter itu mengusakkan wajahnya di dada Namjoon dengan manja baru kemudian mengerjap dan membuka kedua mata indahnya perlahan.

"Kau tidak akan menemukan Dokter Jimin di sini" kekeh Namjoon sambil mengelus pipi Seokjin dengan lembut.

Seokjin lalu terkikik geli. "Aku lupa kalau aku tidur di kamarmu, Letnan Kim"

Namjoon mengeratkan pelukan di pinggang ramping Seokjin. Ia menarik tubuh gadis itu dan menelusupkan kepalanya di ceruk leher Seokjin. Namjoon menghirup dalam aroma manis serupa campuran rose dan powdery yang tercium di kulit seputih susu itu.

"Pinggangmu kecil sekali, Dokter Kim" bisik Namjoon lalu sedikit mengangkat kaus yang Seokjin kenakan. Namjoon menyentuhkan tangannya pada pinggang ramping itu.

Seokjin berjengit merasakan kulit tubuhnya disentuh oleh tangan besar yang terasa agak kasar itu. Ia berdehem kecil meredakan rasa gugup karena tangan Namjoon yang mulai membelai pinggulnya lembut.

"Aku sedang diet" jawab Seokjin dengan nada suara yang dibuat imut.

Namjoon yang tengah mencium bahu Seokjin lalu menghentikan aktivitasnya. Ia menjauh dari perpotongan leher gadis itu dan segera mendongak agar mereka bertukar tatapan.

"Sungguh?" tanya Namjoon tak percaya.

Seokjin mengerucutkan bibirnya mendengar cara Namjoon bertanya yang seolah tidak percaya akan perkataannya.

"Kau tidak melihat perbedaan badanku saat di Seoul dan di sini?!" todong Seokjin.

Namjoon menggeleng dengan polosnya.

"Aduh! Sakit, Dokter Kim!" keluh Namjoon seketika itu juga cubitan kuat dari Seokjin mendarat di pinggangnya.

Seokjin merengut kesal tetapi bagi Namjoon itu kelihatan menggemaskan. Ia mencubit pelan pipi berlemak dari dokter muda itu.

"Kalau kau kesal, aku semakin ingin sekali menciummu" kekeh Namjoon.

"Bagus kalau begitu!" tantang Seokjin. "Aku belum mendapat ciuman bangun tidurku!"

Namjoon tertawa melihat Seokjin yang justru memejamkan mata dan memanyunkan bibir. Seokjin sedang menjadi dirinya sendiri yang jahil dan menggemaskan. Namjoon sangat suka hal itu. Ia lalu menyelipkan lengan ke tubuh gadis itu dan menarik Seokjin agar ke tengah ranjang sempit itu. Namjoon bangkit dari kasur dan menindih tubuh Seokjin. Ia bertumpu pada satu lengannya sementara satu tangannya membelai wajah Seokjin.

Namjoon mempertemukan bibir mereka.

Entah itu malam ataupun pagi, bibir Seokjin selalu terasa membuatnya pusing jauh lebih dari efek minum alkohol. Namjoon merasa sekujur tubuhnya meremang merasakan bibir tebal yang terasa hangat nan manis itu. Ia tak membiarkan Seokjin mendapat jeda. Namun, Seokjin memberontak kuat karena kesulitan bernapas sehingga ciuman mereka terlepas.

Namjoon terkekeh lalu mengecup kembali bibir Seokjin dengan gemas. Ia kemudian menjatuhkan badannya menindih gadis itu dan memeluknya dengan erat. Seokjin lalu menelusupkan balik kepalanya di ceruk leher Namjoon kemudian mengecup pipinya.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang