ten

311 42 4
                                    

"Bagaimana kondisi mereka?"

Namjoon mendudukkan dirinya pada salah satu kursi kosong di nurse station pada lantai dua dari klinik di pangkalan militer itu. Klinik itu terdiri dari tiga lantai dengan lantai satu untuk poliklinik, lantai dua untuk rawat inap yaitu tempat Namjoon berada sekarang dan lantai tiga merupakan ruang farmasi dan juga logistik. Ia mengunjungi klinik usai lepas dari piket patrolinya. Sebelumnya, Namjoon dan Yoongi sudah lebih dulu menghadap pada Mayor Son sebagai pimpinan kompi.

"Keduanya mengalami dehidrasi berat dan hipernatremia" jawab Yoonji. "Tapi fungsi organ lain baik-baik saja"

"Kondisi apa itu?" tanya Namjoon merasa asing dengan istilah yang gadis berseragam militer dengan logo medis red cross di lengan kanannya itu katakan barusan.

"Jadi kami menduga keduanya tak memiliki perbekalan air di kapal" ucap Yoonji memulai penjelasan. "Kita juga tidak menemukan ada tanda air mineral di kapal itu, bukan?"

"Kau benar!" imbuh Yoongi setuju.

"Sepertinya mereka awalnya sengaja tidak minum tapi karena tidak tahan lalu mencoba meminum air laut" terang Yoonji. "Air laut memang air tetapi kadar garamnya tinggi. Meminum air laut justru membuat sel dalam tubuh melepaskan kandungan airnya karena adanya garam yang tinggi. Ginjal juga akan bekerja lebih keras membuang garam dan itu menyebabkan dehidrasi. Ironisnya meminum air laut membuat tenggorokan makin haus dan pasti mendorong mereka untuk terus minum. Itu yang mungkin saja menyebabkan hipernatremia atau kelebihan garam dalam tubuh keduanya"

Namjoon dan Yoongi menganggukkan kepala mendengar penjelasan rinci yang baru saja dijabarkan oleh dokter militer itu.

"Dokter Seokjin dan Dokter Jimin mengecek kondisi terkini keduanya di dalam" lanjut Yoonji. "Keduanya sudah sadar tetapi masih sangat lemah dan kami sudah memberikan rehidrasi intravenous dengan hipotonik untuk menurunkan kadar garam dan memulihkan dehidrasi"

Namjoon memperhatikan ruang yang ada di depannya itu. Nurse station berada langsung di dekat tangga. Sementara itu, ruang rawat inap terpisahkan dinding dan pintu kaca. Ia tak bisa melihat Seokjin dan pasien laki-laki itu karena berada di bed sebelah tertutup oleh gorden. Namun, ia bisa melihat Jimin yang tengah menenangkan anak perempuan itu karena menangis terisak.

Namjoon ikut serta menjemput kedua korban yang dievakuasi oleh unit artileri itu. Kapal yang mereka gunakan adalah kapal kecil dari kayu yang sudah nyaris rusak dan bisa saja tenggelam kapan pun. Keduanya juga tidak sadarkan diri. Kapal juga hanya berisi sebuah tali, karung, kain dan botol kosong. Korban merupakan seorang pria paruh baya dan juga seorang anak perempuan remaja yang segera dilarikan ke klinik di pangkalan militer.

Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun dengan rambut tipis nyaris botak dan juga jenggot serta kumis yang baru dicukur. Tangan dan kakinya terluka gores banyak. Sementara itu, remaja perempuan itu juga tak jauh lebih baik. Remaja perempuan yang berambut sepunggung kusut itu tangannya juga penuh luka tergores. Telapak kakinya bekas melepuh. Sudut bibirnya juga robek.

"Kalian sudah melaporkannya pada kantor pemerintah setempat?" tanya Yoonji sambil mengambil sebuah buku besar untuk segera menuliskan identitas dan perkembangan dari kedua pasien tersebut.

Namjoon dan Yoongi diam di hadapan Yoonji. Namjoon melirik rekannya itu tetapi Yoongi justru melirik balik padanya. Mereka seolah tengah saling melempar tanggung jawab untuk memberitahukan hasil penelusuran mereka tadi pada Yoonji.

"Keduanya bukan penduduk pulau ini" jawab Yoongi pada saudari kembarnya itu.

Yoonji menganggukkan kepala. "Pantas saja nama mereka tidak ada di daftar penduduk sipil Pulau Yeonpyeong"

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang