twenty four

545 55 16
                                    

"Seokjin-ie! Kaukah itu?"

Seokjin yang kini tengah sibuk mengemasi barangnya sontak menoleh mendengar ada orang yang memanggil namanya. Seokjin cukup familiar dengan suara perempuan itu. Tubuhnya seketika merinding dan tebakan Seokjin tidak meleset sama sekali. Yang baru saja memanggil namanya adalah Park Jimin.

"Jimin-ah!"

Seokjin balas memanggil nama dokter gigi itu dengan nada terkejut dan gembira.

Mereka berdua sudah beberapa bulan tidak lagi bertegur sapa. Seokjin sangat disibukkan dengan pendidikan spesialisnya dan begitu juga dengan Jimin tentunya. Namun, siapa yang akan mengira jika mereka berdua bisa bertemu di sebuah coffee shop di Hannam.

"Astaga, aku sangat merindukanmu!"

Keduanya langsung berlari dan berpelukan. Tak peduli jika beberapa pengunjung coffee shop memperhatikan interaksi mereka.

Seingat Seokjin, dirinya terakhir kali bertemu dengan Jimin hampir setengah tahun yang lalu saat pemakaman Namjoon dilakukan. Ia terlalu sibuk hingga sama sekali tak sempat bertukar kabar dengan Jimin lagi. Padahal mereka berdua sempat menjadi teman akrab seperjuangan selama menjadi relawan medis di Pulau Yeonpyeong pada tahun lalu.

Seokjin memandangi Jimin yang kini terlihat manis dengan rambut panjangnya. Dokter gigi itu terlihat anggun dengan kemeja hijau pupus dan celana kain panjang hijau tua.

"Bagaimana kabarmu, Jimin-ah?"

Jimin tersenyum lebar pada Seokjin.

"Selayaknya dokter residen pada umumnya"

Seokjin jelas tertawa mendengar jawaban dari Jimin barusan. Jimin juga menempuh pendidikan spesialisnya sebagai calon dokter bedah mulut. Sebagai sesama calon dokter dari keilmuan bedah, Seokjin setidaknya bisa membayangkan padatnya kegiatan residen yang Jimin jalani selama setengah tahun ini.

"Kau sendiri bagaimana, Seokjin-ie?"

"Kau tahu sendiri jawabannya!"

Jimin tertawa mendengar jawaban lelucon balik yang Seokjin lontarkan padanya.

"Ini seperti takdir!" ucap Jimin bersemangat. "Pagi tadi, aku juga tiba-tiba bertemu dengan Letnan Jungkook di minimarket!"

Seokjin yang semula tersenyum lebar sontak perlahan mengendurkan senyumannya. Ia sudah lama tidak mendengar nama letnan muda itu. Seokjin juga sudah lama sekali tak bertemu dengan Jungkook. Seingatnya saat terakhir kali adalah ketika pemakaman.

"L-letnan Jungkook di Seoul?"

Jimin mengangguk bersemangat dengan senyumannya yang semakin lebar.

"Letnan Satu Jungkook akan segera menjadi  kapten!" ujar Jimin memberitahu Seokjin dengan penuh semangat. "Sekarang Letnan Jungkook ditugaskan di markas pusat Seoul"

Seokjin menganggukkan kepala sembari ia tersenyum kaku menanggapi informasi itu.

"Letnan Jungkook bilang kalau Letnan Dokter Yoonji sekarang bertugas di instalasi gawat darurat di rumah sakit pusat angkatan darat"

"Benarkah?" tanggap Seokjin kaku karena ia kebingungan harus merespon seperti apa.

"Ya!" jawab Jimin. "Letnan Dokter Yoonji saat ini mempersiapkan pendidikan spesialis"

Seokjin manggut-manggut mendengar kabar terkini dari para perwira militer yang pernah bertugas di Pulau Yeonpyeong itu. Seokjin sejujurnya merasa dadanya sesak mendengar Jimin menyebutkan nama-nama itu. Luka di hatinya seperti dipaksa terbuka lagi. Ingatan Seokjin selalu terbawa pada Namjoon kalau mendengar nama para perwira itu disebut.

Rewind [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang