Happy Reading, Love.
ps. bacanya pelan-pelan ya, soalnya alur di chapter ini di bikin maju mundur.
...
Yogyakarta, 09 Agustus 2024
Shun duduk terpekur di sudut ruang tengah asrama, memeluk gitarnya dengan erat. Cahaya bulan yang lembut menembus masuk melalui jendela, memberikan sedikit penerangan pada ruangan yang sepi. Pikirannya melayang jauh, kembali pada masa lalu yang kelam. Kenangan tentang masa-masa sulit di panti asuhan, di mana ia harus berjuang sendiri, menghantamnya dengan begitu kuat. Ketika ia mulai memasuki dunia perkuliahan, ada saja orang jahat yang mencoba memanfaatkan kepolosannya tentang dunia yang baru ia kenal, dunia yang menawarkan kebebasan, tapi juga penuh jebakan.
Shun teringat pada hubungan yang pernah ia jalin dengan seseorang, hubungan yang pada awalnya memberi harapan, tapi berakhir menyakitkan. Hubungan itu tidak hanya melukai perasaannya, tetapi juga menimbulkan trauma mendalam. Pasangannya yang dulu mengekangnya, memaksa Shun untuk mengesampingkan hal-hal yang ia cintai, membuatnya merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Setelah melalui penderitaan yang panjang, Shun akhirnya berani memutuskan hubungan itu, meskipun bekas luka yang ditinggalkan masih terasa sampai sekarang.
Malam itu, dengan hanya gitarnya sebagai teman, Shun berusaha mencari ketenangan di tengah kekacauan pikirannya. Namun, bayangan masa lalu terus menghantui, mengingatkannya akan luka yang masih menganga. Meski begitu, di sudut hatinya, ia tahu ada seseorang yang peduli padanya, seseorang yang mungkin bisa membantunya keluar dari kegelapan ini. Satu-satunya orang yang terlintas dalam pikiran Shun, hanyalah Dai.
🌱
Hampir lewat tengah malam, Dai tiba di asrama dengan jantung yang berdegup kencang. Kegelisahan semakin memuncak ketika ia membuka pintu dan mendapati asrama dalam keadaan sunyi. Memanggil nama Shun, tak ada jawaban yang membuat kepanikannya semakin menjadi. Dai bergegas mencari di setiap sudut ruangan, hingga akhirnya ia menemukan Shun terduduk di sudut ruang tengah yang gelap, hanya diterangi oleh sinar bulan yang masuk melalui jendela.
Shun duduk memeluk kakinya, wajahnya tenggelam di antara lutut, dan terdengar isak tangis pelan yang jelas mengungkapkan betapa dalam rasa sakit yang sedang ia rasakan. Dai memanggil nama Shun dengan lembut, suaranya penuh kekhawatiran dan harapan bahwa Shun akan merespon. Shun mendongak, menatap Dai dengan mata sembab dan merah, matanya berkaca-kaca seolah memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi. Perlahan, kata maaf terucap berulang kali dari mulut Shun, penuh penyesalan atas sikap kasarnya yang mengusir Dai malam sebelumnya.
Namun, sebelum Shun sempat melanjutkan kata-katanya, Dai dengan cepat bergerak mendekat dan memeluk Shun erat, seolah tak ingin mendengar lebih banyak lagi suara serak yang memecah hatinya. Dalam pelukan itu, Dai juga meminta maaf karena telah meninggalkan Shun sendirian, meski tanpa keinginannya. Pelukan itu menjadi tempat perlindungan bagi Shun, yang akhirnya sedikit merasa tenang.
Di tengah suasana yang perlahan mencair, Shun mulai menceritakan masa lalunya-masa yang penuh dengan luka dan trauma, sebuah cerita yang selama ini ia sembunyikan karena takut ditinggalkan lagi, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Shun dengan jujur mengaku bahwa ia tidak pernah ingin Dai mengetahui hal ini, karena ia takut Dai akan membencinya dan pergi. Namun, Shun juga mengakui bahwa ia percaya pada Dai, bahwa Dai tidak akan menyakitinya.
Dai, dengan penuh kesungguhan, mengiyakan keyakinan Shun, menepis semua prasangka buruk yang mungkin muncul. Ia mengungkapkan bahwa ia telah mengetahui seksualitas Shun jauh sebelum mereka menjadi dekat, dan itu tidak pernah menjadi masalah baginya. Sebaliknya, Dai justru memutuskan untuk terus mendekati Shun, menjalin hubungan yang lebih dalam dan dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Embrace
FanfictionCerita ini berpusat pada seorang pemuda bernama Dai, mahasiswa jurusan Film dan Televisi, yang memilih menutup hatinya terhadap cinta karena pengalaman pahit di masa lalu, membuatnya tidak ingin lagi terlibat dalam hubungan romantis. Sebagai gantiny...