Chapter 19

331 45 7
                                    

Happy Reading

...

Yogyakarta, 20 September 2024

Sore itu, Shun telah tiba di asrama, ia melihat Dai, Alan, dan Ikuo sedang duduk di ruang santai menonton TV. "Aku pulang," ujar Shun saat memasuki ruangan, menarik perhatian ketiga orang di sana. Dai tersenyum lebar dan memanggilnya, "Shun, maaf ya, mereka berdua maksa ikut. Aku udah ngabarin kamu di chat, tapi mungkin kamu belum lihat?"

Shun membalas dengan tenang, "Gak apa-apa, aku mandi dulu." Sebelum pergi, Shun tidak lupa menyapa Alan dan Ikuo dengan sopan, kemudian pamit untuk membersihkan diri. Dai memperhatikan Shun dengan senyum tipis, merasa senang melihat Shun perlahan menghilangkan dinding kabut yang selama ini menjadi pelindungnya.

Alan dan Ikuo, yang duduk di samping Dai, menatap Shun dan Dai bergantian dengan pandangan penuh selidik. Mereka tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka saat melihat Shun yang kini lebih terbuka dan ramah. Bagi Alan dan Ikuo, ini adalah perubahan besar-Shun yang selama ini mereka kenal sebagai pribadi tertutup, kini tampak lebih hangat dan bersikap sopan pada mereka.

Ketika Shun pergi ke kamar mandi, Alan mendekatkan diri ke Dai dengan ekspresi ingin tahu. "Ada apa sama Shun? Kok dia beda banget sekarang?" tanya Alan pelan namun penuh rasa ingin tahu. Ikuo menambahkan, "Gue gak nyangka Shun bisa sesopan itu, biasanya dia cuman ngangguk doang."

Dai hanya tersenyum kecil dan menatap kedua temannya. "Shun? Dia lagi berusaha buat lebih terbuka," jawab Dai singkat namun penuh makna, membuat Alan dan Ikuo makin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara Dai dan Shun selama liburan.

Sikap Shun yang berbeda hari ini bukan hanya membuat Dai bangga, tapi juga menjadi momen yang membuka mata Alan dan Ikuo, bahwa Shun perlahan mulai mengatasi masa lalunya dan membuka diri kepada orang-orang di sekitarnya.

Setelah matahari terbenam, beberapa jam kemudian, mereka berempat menikmati makan malam bersama. Dai dibantu oleh Alan dan Ikuo menyiapkan hidangan sederhana untuk dinikmati bersama. Suasana makan malam berlangsung hangat, dengan obrolan tentang perkuliahan di hari-hari pertama semester baru yang penuh kejutan. Shun, yang duduk di samping Dai, hanya diam mendengarkan obrolan riang ketiganya, merasa sedikit canggung namun tetap tersenyum tipis di sela-sela interaksi mereka.

Di tengah-tengah suasana yang hangat itu, Ikuo tiba-tiba menyodorkan piring berisi sayur asem ke arah Shun. Shun menerima piring itu, namun terkejut ketika Ikuo dengan suara pelan tapi tulus berkata, "Shun, gue minta maaf soal terakhir kali kita ketemu. Gue bener-bener ngerasa bersalah selama ini." Keheningan menyelimuti meja makan sejenak, semua mata tertuju pada Shun, menunggu responsnya.

Shun tersenyum tipis, mengangguk pelan, lalu berkata dengan suara yang begitu lembut, "Terima kasih, Ikuo. Dan terima kasih juga karena udah jelasin ke Dai soal kejadian malam itu. Hal itu bikin gue dan Dai jadi lebih baik sekarang." Shun lalu mengalihkan pandangannya pada Alan, yang terlihat terharu dengan perubahan Shun. "Makasih juga, Alan," lanjut Shun. Alan tersenyum lebar, hampir tersedak karena terlalu senang, dan hanya bisa menggigit sendoknya sambil mengamati Shun yang berbeda dari sebelumnya. Shun yang kini lebih lembut, sopan, dan tidak lagi sekeras dulu membuat Alan hampir tidak percaya perubahan yang dilihatnya.

Melihat interaksi yang begitu hangat dan penuh kejujuran, Dai kemudian merangkul Shun dengan lembut, menepuk punggungnya dan berbisik, "Kamu udah ngelakuin yang terbaik. Terus kayak gini, ya." Shun hanya mengangguk pelan, merasa hangat dengan kehadiran Dai di sisinya. Alan dan Ikuo kembali bertukar pandang, melempar senyum yang menyiratkan rasa lega dan kebahagiaan melihat Shun yang kini perlahan mulai berubah dan menerima dukungan di sekitarnya.

Moonlit EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang