Happy Reading, Love.
siapa yang kangen??? sori lama ya, kebablasan 5 hari ga apdet apapun😭
...
Bandung, 12 September 2024
Pagi itu, Gilang dan Dai, dibantu penjaga villa, mulai memasukkan barang-barang ke dalam mobil, sementara Diah dan Shun asyik menikmati salad sayur buatan Shun di teras. Setelah semua persiapan selesai, Gilang mengusulkan ide untuk mengambil foto bersama sebelum meninggalkan villa, ide yang langsung disambut antusias oleh Dai. Foto keluarga-sesuatu yang selama ini hanya menjadi impian Shun dan terasa mustahil-kini menjadi kenyataan saat Diah merangkulnya dan mengajaknya bergabung dengan Dai dan Gilang.
Di dalam foto itu, Shun berdiri dengan senyum yang cerah, namun di balik senyum tersebut tersimpan perasaan haru dan syukur yang mendalam. Gilang dan Diah bahkan dengan bercanda meminta Shun dan Dai untuk berfoto berdua saja, memperlihatkan dukungan mereka yang hangat terhadap hubungan mereka. Tak ingin kalah, Gilang dan Diah juga meminta untuk mengambil foto bersama Shun dan Dai, menambah kehangatan momen tersebut. Mereka lalu mengajak penjaga villa, yang sudah menjadi bagian dari momen-momen indah mereka, untuk ikut bergabung dalam foto.
Senyuman yang terpancar dari foto-foto itu menggambarkan sebuah keluarga bahagia yang penuh cinta dan kehangatan, sebuah kenangan yang akan selalu terpatri dalam ingatan Shun. Hari itu, Shun merasakan kebahagiaan yang begitu tulus, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, berada di tengah keluarga yang menerima dan mencintainya apa adanya.
🌱💚🌱
Setelah menempuh perjalanan dua jam, akhirnya Dai, Shun, dan kedua orang tua Dai tiba di rumah kakek dan nenek Dai. Rumah sederhana itu memiliki pagar bercat putih yang terbuka lebar, menyambut mereka dengan deretan tanaman hias yang tertata rapi dan terawat. Saat mereka berjalan di jalan setapak kecil menuju teras, Shun tak henti-hentinya terkesima dengan keasrian halaman rumah yang dipenuhi tanaman yang menghiasi sepanjang jalannya. Di halaman itu, terdapat pohon rindang dengan bangku, saung kecil di bawahnya, dan sebuah ayunan yang tergantung di dahan besar, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.
Dai tak bisa melepaskan pandangannya dari Shun yang tampak terpesona. Dengan diam-diam, Dai mengaitkan jarinya pada jari-jari Shun, menarik perhatian Shun. Dai lalu berbisik, "Kamu suka? Nanti mau punya rumah kayak gini, gak?" Shun, yang sedikit terkejut, menoleh pada Dai sambil menatap tangan mereka yang kini saling menggenggam. Wajah Shun memancarkan senyum hangat sebelum ia menjawab, "Iya, suasananya bikin nyaman."
Dai tersenyum mendengar jawaban Shun, merasakan kehangatan dalam hatinya. Ia kemudian menarik Shun untuk bergabung dengan Papa dan Mamanya yang sudah sampai di teras lebih dulu. Bagi Dai, momen ini adalah bagian dari mimpi yang ia bayangkan bersama Shun-hidup tenang di sebuah rumah sederhana yang dipenuhi kehangatan dan cinta, seperti tempat yang kini mereka pijaki.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Kakek dan Nenek Dai muncul di ambang pintu, merespons bunyi bel rumah. Shun melihat Kakek Dai dengan lembut mendorong kursi roda yang ditempati Nenek Dai, yang meski tak terlalu tua rentah, sudah menunjukkan tanda-tanda usia. Shun tahu, Kakek dan Nenek Dai ini adalah orang tua dari Gilang, sementara kedua orang tua Diah sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Shun awalnya merasa cemas bertemu mereka, namun kegelisahannya segera sirna ketika Nenek Dai langsung meraih tangan Shun, menariknya ke dalam pelukan hangat. Sambil memeluk, Nenek terus menerus menyerukan nama Dai seolah Shun adalah cucunya.
Dai, yang tadinya penuh semangat, langsung berubah merosot lesu. Dengan nada merajuk yang dibuat-buat, ia memprotes, "Nini, cucunya yang asli di sini, kok malah salah orang!" Semua yang hadir tertawa, termasuk Shun yang tak henti menikmati drama kecil keluarga Dai yang sering ia saksikan. Gilang, Diah, dan Dai memang kerap bermain-main untuk membuat Shun lebih merasa diterima dan akrab dengan keluarga mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Embrace
FanficCerita ini berpusat pada seorang pemuda bernama Dai, mahasiswa jurusan Film dan Televisi, yang memilih menutup hatinya terhadap cinta karena pengalaman pahit di masa lalu, membuatnya tidak ingin lagi terlibat dalam hubungan romantis. Sebagai gantiny...