Chapter 18

406 50 6
                                    

Happy Reading, Love.

....

Yogyakarta, 16 September 2024

Dai menopang kepalanya dengan tangan, menatap Shun yang tertidur di sampingnya. Pandangannya terfokus pada wajah Shun yang sempurna dengan bibir tebal yang plumpy, hidung bangir, bulu mata lentik, dan alis yang alami, seakan terukir dengan sempurna. Dai tersenyum puas, menikmati pemandangan sosok yang ia sayangi di pagi hari yang tenang itu. Namun, saat Shun menggeliat, mengubah posisinya hingga berhadapan dengan Dai, senyum jahil muncul di wajah Dai.

Dengan usil, Dai meniup bulu mata Shun berulang kali, menyebabkan Shun terbangun dengan mata yang perlahan terbuka. Shun yang masih setengah sadar, kaget mendapati wajah Dai begitu dekat dengan dadanya yang terbuka. Shun pun refleks memukul dada Dai dan segera bersembunyi di balik selimut, merasa malu dengan posisi mereka. Melihat reaksi Shun yang menggemaskan, Dai tertawa lepas dan semakin menggoda Shun dengan penuh kenikmatan pagi.

"Good morning, baby. Are you ready today, hm?" ucap Dai dengan suara berat dan hangat yang berbisik di telinga Shun. Merasakan bisikan itu, Shun akhirnya keluar dari persembunyiannya di balik selimut, lalu tersenyum tipis.

"Good morning, Dai. Semoga semester ini kuliahnya lancar," jawab Shun, mencoba tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. Dai memiringkan kepala, merasa sedikit kesal dengan ucapan selamat pagi Shun yang terdengar datar dan tidak romantis.

Dengan gerakan cepat, Dai menahan tangan Shun yang hendak menarik selimut lagi, menatapnya dengan senyuman menggoda. "Kok cuma itu? No morning kiss?" goda Dai sambil mengangkat alis. Shun memutar matanya sejenak sebelum tersenyum kecil. Ia mendekat, memberi kecupan singkat di pipi Dai, lalu berbisik, "Itu cukup buat kamu, kan?"

Dai tertawa ringan, merasa puas meski tidak sepenuhnya, lalu menarik Shun lebih dekat dan mengecup keningnya lembut. "Lebih dari cukup, sayang," ucapnya sambil menatap Shun penuh rasa sayang.

Shun menggeliat sedikit, mencoba melepaskan diri dari pelukan Dai. "Ayo, kita harus siap-siap. Gak mau kan telat di hari pertama?" Shun segera bangkit dari tempat tidur, membuat Dai tak punya pilihan lain selain mengikuti.

Dai meraih tangan Shun lagi, menahan langkahnya sebentar. "Aku atau kamu yang mandi duluan?" tanya Dai sambil menggenggam erat tangan Shun. Shun menatap Dai sambil tersenyum, membalas genggaman hangat itu. "Kamu duluan deh, biar aku siapin sarapan." Dai mengangguk sambil masih menatap Shun yang terus membuatnya merasa hangat di pagi yang cerah ini.

Rutinitas yang sederhana, namun selalu terasa istimewa karena mereka menjalaninya bersama.

🌱

Saat Dai tiba di kampus, Alan dan Ikuo langsung menyambutnya dengan antusias. Mereka berdua tampak sangat penasaran dengan cerita liburan Dai yang sama sekali tidak ada kabar. Dai yang memang selalu menjauhi sosial media setiap liburan hanya tersenyum, menahan keinginannya untuk membagikan kisah panjang tentang hari-hari menyenangkan yang ia alami.

Alan tidak mau menyerah begitu saja. "Gila, lo ke mana aja sih, sampai gak ada kabar sama sekali? Gue bikin vlog harian selama liburan, tuh," serunya sambil menunjukkan beberapa video di ponselnya. Ikuo pun ikut menambahkan dengan semangat, "Kalau gue bikin album foto khusus buat liburan kemarin. Pokoknya dokumentasi lengkap!"

Dai tertawa mendengar celotehan mereka, lalu mengangguk-angguk seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. "Gue juga bikin vlog liburan, lho," kata Dai santai. "Bahkan, rencananya mau bikin akun YouTube setelah ngedit vlog-nya selesai."

Moonlit EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang