Happy Reading, Love.
...
Yogyakarta, 08 September 2024
Pagi itu, Shun duduk dengan tenang di tepi tempat tidur Dai, menikmati pemandangan yang menggelitik di depannya. Dai tampak kalang kabut, berusaha menyiapkan barang-barangnya sambil menggerutu karena malam sebelumnya ia lupa menyiapkan apa yang dibutuhkannya dan malah ketiduran hingga pagi. "Aduh, kenapa gue bisa lupa sih?! Bener-bener kacau deh," gumam Dai sambil bolak-balik mencari barang-barang yang tersebar di seluruh kamar.
Shun hanya bisa tersenyum kecil, merasa lucu melihat Dai yang biasanya begitu tenang dan terorganisir, kini berubah menjadi sedikit berantakan. Namun, di balik senyumannya, Shun juga merasakan campuran perasaan ragu dan canggung yang masih tertinggal sejak malam sebelumnya.
Malam itu, setelah mereka selesai mencuci piring bersama di dapur, Gilang tiba-tiba muncul dan meminta mereka untuk bertemu di ruang keluarga. Gilang dan Diah kemudian memberi tahu bahwa mereka sekeluarga akan berlibur ke villa di Puncak selama beberapa hari, dan setelah itu akan mampir ke rumah nenek dan kakek Dai yang tinggal di Bandung. Dai sangat senang mendengar rencana tersebut. Itu adalah usulan yang sudah lama ia berikan, dan kini akan terwujud.
Namun, di sisi lain, Shun merasa sedikit canggung dengan situasi ini. Liburan keluarga adalah sesuatu yang pribadi, dan Shun takut kehadirannya akan mengganggu keakraban keluarga Dai. Tapi Dai, yang sudah bisa membaca ekspresi Shun, segera menenangkannya. "Udah, nggak usah mikirin yang aneh-aneh, Shun," ujar Dai dengan senyum menenangkan.
Diah juga tidak ketinggalan meyakinkan Shun. "Iya, Shun. Kamu nggak perlu khawatir. Kami semua senang kalau kamu ikut. Sudah dianggap bagian dari keluarga ini," katanya dengan lembut, membuat Shun merasa sedikit lebih nyaman.
Sementara itu, Gilang yang melihat kekhawatiran Shun, berpura-pura memasang wajah serius. "Nah, kalian berdua! Jangan kebanyakan ngobrol lagi, cepat kembali ke kamar masing-masing dan siapkan barang-barang kalian. Besok pagi kita berangkat!" ujar Gilang dengan nada tegas, meskipun senyum kecil masih tersirat di sudut bibirnya.
Kembali ke pagi ini, Shun masih duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan Dai yang terus bolak-balik, tampak sedikit kewalahan. "Butuh bantuan gak, Dai?" tawar Shun akhirnya, merasa kasihan melihat Dai yang kesulitan menemukan barang-barangnya.
Dai berhenti sejenak dan memandang Shun, mengusap lehernya yang mulai pegal karena terlalu sibuk bergerak. "Kayaknya gue butuh, deh. Lo lihat charger gue nggak?"
Shun tertawa kecil dan dengan cepat menemukan charger yang ternyata ada di bawah bantal Dai. "Ini, ketiduran sambil main HP lagi ya?" Shun menggodanya sambil menyerahkan charger itu.
Dai menerima charger itu dengan senyum lega. "Gue bener-bener parah kalau urusan ini, thanks, Shun."
Setelah semua barang yang diperlukan berhasil dikumpulkan, Dai akhirnya bisa sedikit bersantai. Dia duduk di samping Shun, mengambil napas panjang dan kemudian memandang ke arah temannya itu. "Gue seneng banget kita bisa liburan bareng. Lo nggak usah khawatir, ini bakal seru," ujarnya dengan semangat.
Shun hanya mengangguk, merasa lebih tenang sekarang. Dia tahu bahwa Dai dan keluarganya benar-benar tulus menerima kehadirannya, dan meskipun masih ada sedikit rasa canggung, Shun mulai membuka diri untuk menikmati liburan ini dengan mereka.
Pagi itu di kamar Dai, meskipun penuh dengan kekalutan persiapan, juga dipenuhi dengan kehangatan persahabatan yang semakin erat. Mereka tahu, liburan ini akan menjadi momen yang tak terlupakan, membawa mereka lebih dekat sebagai sahabat, atau mungkin lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Embrace
FanfictionCerita ini berpusat pada seorang pemuda bernama Dai, mahasiswa jurusan Film dan Televisi, yang memilih menutup hatinya terhadap cinta karena pengalaman pahit di masa lalu, membuatnya tidak ingin lagi terlibat dalam hubungan romantis. Sebagai gantiny...