Harus Ben banget?

1K 42 23
                                    

Edo cemburu kekasihnya akrab dengan pria lain.

**

Edo sudah di ruang makan duluan. Dia menunggu sampai Adara siap agar mereka bisa sarapan bersama.

Perempuan itu muncul sambil menelepon seseorang. "Masa tidak bisa sih, Ben?" Adara duduk di sebrang Edo. "Aku sudah coba pakai akunku juga dari semalam. Gak dapat tiketnya."

Mendengar nama pria lain dari mulut pacarnya menimbulkan ketidaknyamanan untuk Edo. Kendati begitu dia perhatikan saja Adara yang sibuk bicara dengan temannya.

"Iya iya... ya sudah... nanti siangan aku coba lagi, deh." Klik. Adara menekan tombol end di ponselnya.

"Siapa?" tegur Edo pura-pura tidak tahu. Padahal sih dia jelas dengar nama Ben.

Adara menuangkan sereal ke mangkoknya. "Itu. Ben. Teman kita yang semalam ketemu aku juga." Lalu disiramnya sereal itu dengan susu. "Aku sama dia mau nonton konser, tapi tiketnya itu lho.. susah. Website untuk beli tiketnya broken."

"Kamu? Sama dia? Berdua?" tanya Edo berusaha datar.

"Iya. Aku sama dia sama-sama suka KPOP. Yang mau konser ini idol dari Korea."

"Kenapa kamu tidak ajak saya?"

"Honey kan tidak suka KPOP," kilah Adara, mulai memakan serealnya. "Selain itu kamu juga sibuk, Hun."

"Kamu sengaja ya?"

"Sengaja apa?"

"Ya kamu sengaja. Bilang saya nggak suka KPOP. Bilang saya sibuk. Biar kamu bisa leluasa sama mantan kamu!"

"Aku sudah bilang Ben bukan mantan aku."

"Kenyataannya memang iya!" jawab Edo keras. "Mau kalian dulu cuma pacaran dua hari, seminggu, sebulan atau berapa lama pun, kalian pernah pacaran! Dia pernah suka sama kamu. Dan siapa yang bisa jamin dia tidak suka sama kamu sekarang?"

"Kamu kenapa sih marah-marah begini?" balas Adara kesal. "Aku selama ini berteman sama dia. Aku pergi ke fanmeeting. Konser. Belanja merch. Semuanya sama dia! Biasa saja kok!"

"Jadi selama ini kamu... asyik-asyikan apa.. nikmatin KPOP bareng sama dia? Iya? Gitu? Kok saya tidak tahu?"

"Yang aku bilang barusan. Kamu sibuk. Dan kamu tidak suka KPOP. Lagian tidak harus kok kamu terlibat dengan semua hal yang kusukai!"

"Siapa yang buat aturan begitu?"

"Ya masa apa-apa semuanya sama kamu?"

"Ya jelas. Saya pacar kamu."

Adara menarik napas panjang. Napsu makannya hilang. Dipandanginya Edo tajam. "Kita tuh bareng-bareng terus. Pagi dan malam. Masa sih, kamu tidak kasih aku ruang untuk aku bersenang-senang dengan yang kusukai?"

"Hey, Adara. Saya tidak pernah membatasi kamu untuk bersenang-senang. Yang saya tanyakan kenapa kamu tidak mau ada saya saat kamu bersenang-senang!"

"Ya kamu pikir saja sendiri."

"Saya disuruh mikir? Kenapa kamu tidak jawab saja?"

"Ya... aku... aku pengennya happy-happy dengan orang yang punya interest yang sama seperti aku."

"Cari orang lain. Jangan Ben."

"Ya tidak segampang itu."

"Kenapa?" tanya Edo geram.

"Malas jelasinnya. Kamu tuh cuma marah-marah dan ngatur-ngatur aku saja."

Adara berdiri sambil membawa mangkoknya yang masih penuh dengan sereal. Di belakangnya Edo memanggilnya.

"Adara sini! Saya lagi ngomong sama kamu!"

Adara masa bodoh. Ditinggalkannya saja Edo di ruang makan. Dia ke dapur.

Jengkel sekali rasanya menghadapi Edo yang cemburuan seperti itu. Selama ini Adara mengerti dengan Edo dan kesibukannya sebagai pimpinan perusahaan.

Dia tidak mengeluh. Tidak menuntut perhatian Edo. Dan dia mengalihkan kesedihannya yang sering sendirian dengan punya hobi yang berkaitan dengan KPOP.

Dari mengoleksi merchandise. Datang ke konser. Membeli album musisi dari Korea. Dan yang bisa diajaknya diskusi soal itu adalah teman kuliahnya, Ben.

Adara tidak punya ketertarikan pada Ben. Dia menghargai pria itu selayaknya teman saja. Kalau pun Ben suka padanya, apa masalahnya? Yang penting Adara tidak suka pada temannya itu. Iya, kan?

Edo masuk ke dapur. Tatapannya masih tajam. Tidak ada penyesalan sudah buat kesal pacarnya.

"Aku tidak mau berantem sama kamu," kata Adara memohon. "Kalau kamu masih menyebalkan, sana! Berangkat duluan saja!"

"Adara." Tahu-tahu pria itu memasang kemelasan di wajahnya. "Saya tuh cuma ingin menghabiskan waktu sama kamu. Betul saya tidak suka KPOP. Tapi ketidaksukaan itu bisa saja berubah."

"Benar? Kamu mau nih, menemani aku melakukan hal yang berbau KPOP?"

Edo mengangguk.

"Ya sudah. Nanti aku beli 3 tiketnya."

"Kok 3, Hun?"

"Ya sama Ben."

"Lho kok masih sama dia lagi...." Edo meringis.

"Ya aku sudah janjian sama dia mau nonton Chen."

"Chen siapa?"

"Penyanyi Korea yang aku suka."

"Bagus memang suaranya?"

Adara melotot. "Ish! Kamu jangan meragukan kualitas suaranya, ya!"

"Ya sudah aku mau nonton. Tapi harus banget nih Ben ikut?" Edo merengut.

"Ya nggak enak dong. Dia juga mau nonton itu. Kalau kita papasan di sana, gimana?"

"Ya apa masalahnya? Urus diri masing-masing saja."

"Ben sudah baik sama aku. Selama ini dia yang bantu aku nge-war-in tiket."

"Nge war apa nih?"

"Banyak banget yang Honey perlu pelajari soal KPOP."

"Kamu mau ajari saya?"

"Asal kamu tidak marahin aku kayak tadi."

"Maaf ya, Honey."

"Tidak boleh gitu lagi."

"Oke."

"Minta maaf gimana?" Tangan Adara turun ke gesper pria itu.

"Ini kita bisa telat lho, Hun." Edo mengingatkan.

"Sebentar saja."

Edo menahan tangan Adara. Dia menggeleng. "Tidak. Kita balik ke ruang makan. Sarapan. Lalu ke kantor."

"Terus kapan dong kita...," Adara cemburut.

"Jangan sekarang ya. Nanti. Oke?"

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang