Kamu yang apa-apaan!

690 33 17
                                    

Baik kakak Adara maupun Edo sama-sama melukai hati Adara.

**

Hubungan Adara dan Edo mengendur. Edo yang semakin sibuk dengan urusannya bersama klien. Di kantor pun mereka jarang bertemu. Kalau Edo perlu diskusi dengan Putri, disuruhnya manajer itu ke ruangannya, bukan Edo yang ke ruangan bagian akunting.

Adara tahu selama ini Edo suka ke ruangan bagian akunting untuk melepas rindunya pada Adara. Jika pria itu tidak menyempatkan ke ruang kerja Adara, berarti memang pria itu tidak kangen sama pacarnya.

Pria itu tak meneleponnya. Mengirimkan pesan singkat juga tidak. Adara merasa dijauhi oleh Edo.

Dia tanyakan saja melalui WA:

Hun, aku ada salah?

Edo menjawab:

Salah? Nggak kok, Hun

Adara tidak puas dengan balasannya. Dia kirimkan lagi pesan:

Terus kenapa kamu menghindari aku?

Kegalauan menyelimuti hati Adara. Edo tidak memberi penjelasan atas sikapnya yang berubah.

Adara berusaha mengerti. Proyek yang berjalan sedang banyak-banyaknya. Pastilah Edo ada mumetnya dengan pekerjaannya. Dia juga mungkin penat jika berurusan dengan Adara terus.

Bosan dengan pasangan adalah hal yang biasa, kan? Lagipula tanpa Edo di sisinya adalah kesempatan bagi Adara untuk memberi perhatiannya pada hal lain.

Pada hubungannya dengan Kak Arjuna.

Ben mengirimkannya sebuah alamat. Ben bilang sudah pasti itu tempat tinggal kakak Adara.

Ben bawahan langsung Arjuna. Ada kalanya tim mereka kerja di rumah pribadi Managing Partner itu.

Adara mendatangi rumah kakaknya. Dia kaget saat pintu rumahnya dibukakan oleh seorang wanita yang sedang menggendong anak.

"Siapa?"

Suara Arjuna terdengar. Adara mengintip ke dalam, "Kak, ini Adara."

Arjuna menarik napas berat. Dia meminta istrinya untuk bawa anak mereka ke dalam.

Begitu kakaknya berdiri di depannya, Adara menyampaikan kekagumannya, "Kakak masih sama! Masih seperti yang Adara kenal!"

"Nggak. Aku sudah berubah. Aku mandiri! Bukan kayak kamu!" geram kakaknya. "Kamu ngapain di sini? Siapa yang bilang, aku ada di sini?"

"Kakak nggak perlu tahu. Kak. Kenapa Kakak nggak bilang, Kakak sudah nikah? Yang barusan istri Kakak, kan?" tanya Adara kecewa.

"Untuk apa aku bilang? Kamu, Papa dan Mama... kalian sudah anggap aku tidak ada!"

"Kak itu nggak benar. Adara selalu kangen sama Kakak. Bahkan Adara juga tidak kerja di perusahaan Papa."

"Lalu? Kerja apa kamu? Kamu kerja kan, Adara? Atau kamu nganggur?"

Adara menggeleng tegas. "Nggak! Adara sekarang kerja di perusahaan konstruksi. Sebelumnya juga Adara kerja sebagai auditor. Adara... Adara ingat Kakak. Kita nggak boleh diatur orangtua kita soal masa depan kita!"

"Adara."

"Kak, Adara nggak minta Kakak untuk pulang ke rumah. Adara tahu Kakak sudah bahagia dengan kehidupan Kakak. Tapi Kakak jangan usir Adara, ya?"

"Maaf tidak bisa, Adara. Kakak sudah janji sama istri Kakak. Bahwa Kakak hanya akan memperhatikan keluarga kecil Kakak."

"Ya masa istri Kakak tidak mau mengerti bahwa Kakak punya adik...."

"Bukan salah dia. Kakak yang janji demikian. Karena cuma dia yang ada sama Kakak saat Kakak meniti karir."

Arjuna menutup pintu. Adara mencegah namun tenaga kakaknya lebih kuat untuk menghempas pintu itu depan muka Adara.

Kakaknya dikuasai istri! Atau pintu maafnya untuk keluarganya sudah tertutup!

Pada malam yang sama Adara dapat kiriman foto. Dia marah sekali melihat kedekatan Edo dengan Alena. Dari fotonya terlihat mereka sedang makan di restoran.

Adara jengkel. Jadi selama ini Edo meninggalkannya untuk dekat dengan perempuan lain! Edo tidak peduli sama Adara!

Di tempatnya, dada Edo berjengit. Adara mengirimkan pesan disertai foto Edo bersama Alena.

Adara mengatakan:

Bagus ya! Sibuk saja sama dia!

Malam itu Edo muncul di apartemen perempuan itu. Mencoba untuk menjelaskan. Tapi belum dia membuka mulut Adara menampar pipinya.

"Adara! Apa-apaan kamu?" tanya Edo kaget.

"Aku? Kamu yang apa-apaan! Aku akhir-akhir ini mikirin kamu. Kamunya malah... ah! Nyebelin, tahu nggak?"

"Adara, dengar saya dulu."

"Nggak! Aku nggak mau! Pergi. Jangan ke sini-sini lagi!" perintah Adara menangis.

Teriris hati Edo melihat air mata kekasihnya. Dia tidak menurut. Dipeluknya Adara. Dia cium bibirnya.

Adara memberontak. Enak saja Edo! Memang dia pikir semua masalah bisa selesai dengan s*ks?

Perlawanannya melemah tatkala Edo mendorongnya ke tembok. Tidak keras, tapi cukup untuk menyangga tubuh Adara.

Pria itu membuka celananya. Membawa masuk juniornya ke dalam Adara.

"Kamu kangen kan sama ini," desah Edo menatap perempuan itu. "Terimalah! Lepaskan semua rasa kangen itu!"

"Kamu keterlaluan, Edo!"

Hentakan itu menusuk-nusuknya. Semakin dia terisak semakin keraslah Edo mendorong masuk.

Tangis Adara mengeras. Edo semakin kencang menusuk-nusuknya. Membuat Adara tersiksa sekaligus nikmat.

Edo mengakhirinya dengan memagut bibir Adara. Setelah selesai Adara menatapnya lekat-lekat.

"Ini yang terakhir. Kita putus saja," kata Adara pelan.

"Adara, kamu salah paham. Aku dan dia itu...."

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang