Kita akui hubungan kita

890 48 16
                                    

Edo dan Adara buka-bukaan soal hubungan mereka.

**

Adara biasa makan siang bersama rekan-rekan kerjanya di kafetaria yang ada di parkiran gedung. Namun siang itu dia tidak ada keinginan untuk makan banyak.

Dia memilih untuk ke minimarket yang berlokasi di sebrang gedung. Dengan handphone dan dompet di tangan, dia hendak meninggalkan ruangan.

Saat dia berjalan ke arah lift, Edo memanggilnya dan memintanya untuk masuk ke ruangannya.

Adara kesal. Tapi mau bagaimana lagi. Pria itu kan pimpinan di perusahaan tempatnya bekerja.

Edo menyuruh Adara menutup pintu ketika dia sampai di ruang kerjanya.

"Jadi kenapa ya, Pak?"

"Sini, Adara." Pria itu memintanya untuk duduk di sofa. Di samping pria itu.

Adara menurut.

"Kita akui sajalah hubungan kita," kata Edo kemudian. "Toh siapa sih yang akan bully kamu. Tidak ada yang berani."

"Tapi, Hun..."

"Kenapa lagi? Saya sudah bersikap tegas terhadap kamu. Tidak menganakemaskan kamu lagi." Pandangan mata Edo berubah sendu. "Honey, mau ya? Kalau kita diam-diam terus, mama saya juga akan menilai, bahwa saya tidak seserius itu sama kamu."

"Aku gugup, Hun. Gimana pun aku sudah lama bohongin orang-orang di kantor."

Edo meraih tangan Adara. "Mereka akan mengerti. Bahwa niat kamu adalah agar diperlakukan sama dengan yang lain."

"Kalau begitu kapan kamu mau mengakui hubungan ini?"

"Hari ini."

"Hari ini?!" Adara terbelalak.

"Mama saya datang hari ini. Saya harus menegaskan pada Mama. Saya tidak bisa suka sama perempuan selain kamu."

"Honey. Kamu..." Trenyuh hati Adara melihat kesungguhan kekasihnya. "Aku nggak tahu lagi bagaimana menjelaskan, betapa beruntungnya aku punya pacar kamu!"

Edo menatap Adara lembut. Bibirnya kemudian mendekati bibir Adara.

Sedang asyik berciuman pintu ruang kerjanya dibuka. Mereka menjauh. Wajah mereka sama-sama marah.

"Maaf, Pak Edo, saya pikir Bapak lagi makan siang di luar," kata sekretarisnya. "Ini ada berkas yang mau saya taruh."

"Taruhlah," kata Edo. Sekretarisnya manut. Matanya terus menatap dua orang yang lagi duduk di sofa. Edo memberitahunya, "Saya dan Adara sebenarnya pacaran."

"Oh... gitu ya, Pak," jawab sekretarisnya kikuk. Terang dia merasa bersalah karena melihat apa yang tidak seharusnya dia lihat.

"Nggak ada masalah kan ya?" lanjut Edo.

"Ya nggak apa-apa, Pak. Kan tidak ada peraturan yang melarang pacaran sekantor." Sekretarisnya menambahkan dalam hati, apalagi Bapak adalah bos, siapa juga yang bisa melarang Bapak mau pacaran dengan karyawan mana pun yang dia mau!

Tak ada lagi yang dilakukan di sana, sekretarisnya meninggalkan ruang kerja Edo.

Edo berdiri. Dia mengulurkan tangannya ke Adara. "Ayo kita makan siang, Hun." Dibantunya Adara berdiri.

Mereka muncul di kafetaria bersama-sama. Semua karyawan di perusahaan Edo melongo memandangi mereka.

Terang kagetlah mereka, melihat Pak Bos makan di sana. Selama ini yang mereka tahu Pak Bos menyuruh OB untuk membelikannya makan.

Ditambah lagi Pak Bos yang menggenggam tangan Adara. Perlahan mereka mulai berspekulasi.

Adara yang tiba-tiba direkrut menjadi akuntan padahal sebelumnya bekerja sebagai auditor di Singapura. Pada mula dia bekerja Edo tak pernah memarahinya seperti dia pada karyawan-karyawan lain.

Bukan itu saja. Ruangan bagian akunting yang tadinya di menyempil di ujung, pindah ke ruangan kosong dekat ruang kerja Pak Bos.

Padahal sebelumnya Pak Bos tidak pernah peduli ada ruangan kosong itu. Dan tidak juga peduli pada akuntan-akuntannya yang bekerja di tempat yang jauh dari jangkauan.

Apa lagi alasannya? Ya biar Pak Bos bisa dekat-dekat dengan pacarnya! Adara-lah pacarnya!

Adara tidak nyaman. Dia merasa membenarkan tuduhan yang selama ini dilemparkan padanya. Bahwa dia simpanan Pak Bos.

Terlebih lagi ketika ibu pria itu datang. Hari itu bak mimpi buruk bagi Adara.

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang