Adara tempat Edo pulang

697 38 19
                                    

Edo terbuka pada Adara tentang keluarganya.

**

Hari itu tim akunting diskusi dengan tim finance seharian. Edo jadi tak punya kesempatan untuk bicara dengan Adara selain di luar jam kerja.

Edo sendiri harus keluar untuk melihat beberapa proyek di berbagai tempat. Selama di jalan dia mengirim beberapa pesan singkat pada Adara. Isinya untuk menyemangati Adara. Dan Adara jangan berkecil hati setelah bertemu ibu Edo.

Adara tidak memberi respons. Edo mengerti. Hari itu hectic sekali bagi mereka.

Saat Edo tiba di apartemen Adara, perempuan itu sudah memakai baju tidurnya. Dia menahan Edo untuk masuk kamar.

"Pulanglah," kata Adara parau.

"Pulang ke mana?" tanya Edo sendu. "Kamu rumah saya. Kamu tempat saya pulang."

Adara menggeleng. "Aku bukan siapa-siapa kamu. Mama kamu benar. Kita nggak ada ikatan apa-apa. Dan aku terlalu menguasai kamu."

"Itu tidak benar. Kamu menyelamatkan saya, Adara."

Sekali lagi Adara menggeleng. "Pulanglah. Berdamai sama mama kamu." Adara memutar tubuhnya. Langkahnya terhenti saat Edo bicara lagi.

"Ayah saya selingkuh. Hubungannya dengan perempuan lain ketahuan saat kita lulus kuliah."

Adara menatap pria itu. Menunggu kelanjutannya.

"Dia menebusnya dengan memberikan saya jabatan. Saya berusaha untuk bertahan di rumah keluarga saya, Adara, tapi saya tidak bisa. Ayah saya yang arogan dan meremehkan ibu saya. Ibu saya yang selalu marah dan menangis. Mereka membentak satu sama lain. Itulah kenapa saya temui kamu di Singapura. Saya minta kamu untuk di sini saja. Bekerja dekat saya."

"Oh...," gumam Adara prihatin.

"Bukan saya tidak peduli dengan ibu saya, Adara. Saya tahu Mama sedih. Patah hati. Kecewa. Di sisi lain saya geram. Kalau Mama sesakit itu dengan Papa, kenapa..? Kenapa Mama bertahan sama Papa? Kenapa Papa tidak dilepaskan saja? Mama saya... Mama saya yang memilih untuk sedih, untuk menderita... Itu yang benar-benar tidak bisa saya toleransi."

"Honey."

"Dan sekarang kamu suruh saya pulang. Ke mana, Adara? Katakan. Ke mana saya harus pulang selain ke sini?"

Adara menghampiri Edo. Memeluk pria itu. Membelai-belai punggungnya. Adara berharap dia bisa menenangkan Edo.

Edo menangis di bahunya. Dia terisak-isak. "Saya sayang sama kamu. Kamu jangan suruh saya pergi ya." Edo merenggangkan pelukan itu. Menatap Adara nanar.

"Nggak." Adara menggeleng. "Aku nggak akan suruh kamu pergi lagi."

"Janji?"

Adara mengangguk.

"Soal tadi pagi. Gimana?"

"Tadi pagi?" tanya Adara bingung.

"Kan saya belum minta maaf karena cemburui kamu."

"Oh. Aku bahkan sudah lupa!"

"Hari ini panjang ya?"

Adara mengangguk. "Banget! Capek juga, lagi!"

"Saya harap Mama tahu betapa pekerja kerasnya kamu. Biar Mama tidak menghina kamu lagi."

"Aku rasa definisi baik di mata mama kamu bukan pekerja keras. Mama kamu maunya perempuan yang bukan penzina. Dan mama kamu tidak salah. Pandangan orang terhadap moralitas kan beda-beda."

"Tapi menghina kamu saja menurutku tidak tepat. Kita kan melakukan ini berdua."

Adara mengangkat bahu. "Entahlah."

"Hun, setelah kamu dengar Mama hari ini, apa kamu masih mau tidur sama saya?"

"Entahlah. Yang jelas tidak hari ini. Aku mau nonton EXO Ladder sebelum tidur."

"Apa itu EXO Ladder?"

"Kalau mau tahu nonton bareng aku saja!"

Mereka ke ruang santai. Bersandar di sofa sambil menonton reality show dengan EXO sebagai bintang acaranya.

Masih terasa asing bagi Edo untuk menonton acara Korea. Hari ini saja dia baru dengar lagu Chen. Sekarang nonton acara yang ada Chen nya juga.

Tak masalah. Dengan Adara yang tersenyum dan tertawa melihat artis-artis kesukaannya, Edo juga ikut senang.

Dia membawa Adara ke dalam dekapan. Dan keduanya pun tertidur di sana.

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang