Edo kecanduan

1.4K 31 18
                                    

Lagi-lagi Edo mau begituan di mobil.

**

Edo tidak semangat ke kantor. Saat mengemudi mukanya datar tak enak dipandang oleh siapa pun yang melihatnya.

Pikiran bahwa dia tidak akan pulang ke apartemen Adara membuatnya uring-uringan. Terlebih dia harus kembali lagi ke rumah keluarga yang 11-12 dengan neraka. Ya apa lagi sebutan yang tepat untuk menggambarkan rumah yang besar dan mewah namun tidak ada kebahagiaan di dalamnya.

Sudah dibayangkannya ayahnya yang marah disuruh pulang. Ibunya yang memaki ayahnya yang tidak setia. Ayahnya yang membentak ibunya. Ibunya yang makin keras menghina ayahnya.

Ayahnya pergi ke rumah wanitanya yang lain. Tangisan ibunya kemudian terdengar.

Begitu terus siklusnya. Anehnya mereka betah-betah saja dengan perlakuan mereka yang buruk satu sama lain.

Kekesalan Edo semakin menjadi-jadi ketika diawasinya Adara yang tersenyum-senyum sambil melihat sesuatu di ponselnya.

Kondisi jalanan macet. Saat mobilnya tak bergerak, Edo menegur kekasihnya, "Ada apa sih? Ada yang seru?"

"Oh... nggak, nggak ada apa-apa, kok," jawab Adara terbata. Senyumnya pudar. Dia masukkan ponselnya ke dalam tas.

Edo menarik napas berat. "Main rahasia-rahasiaan nih sekarang? Tidak mau terbuka lagi sama saya? Apa sih? Kasih tahu, dong." Dia mulai menyetir lagi. Jalanan mulai lancar. "Ayo dong, Hun. Aku kan mau tahu apa yang buat kekasihku happy."

"Ngg... gimana ya..."

"Ya sudah kasih tahu!" dengus Edo jengkel.

"KPOP!" jawab Adara cepat. "Iya KPOP!"

"Bohong kamu."

"Nggak. Ngg.. Chen. Dia ngirim chat."

"Chat? Memangnya kamu kenal sama Chen itu?"

"Bukan, Hun. Jadi ada aplikasi khusus untuk KPOP idols interaksi sama fansnya. Ya konsepnya chat gitu. Dia pagi-pagi ngirim foto roti sama kopi. Ya.. aku senang saja. Gimana ya jelasinnya. Ya bahagia saja diingat sama idol."

"Kayak gitu bayar?"

"Iya. Langganan per bulan."

"Menghabiskan uang gak sih yang kayak gitu?" sahut Edo tidak menyadari kalimatnya menyinggung Adara.

"Menghabiskan uang kalau aku tidak senang dengan konten-kontennya. Dia suka juga ngirim foto selfie-nya."

"Kan nggak harus langganan. Saya yakin konten-kontennya kesebar juga."

"Ya memang! Tapi hal yang begini bisa berarti sebagai penghargaan terhadap idol-nya. Semakin dihargai ya semoga saja mereka jadi semangat berkarya."

"Saya benar-benar tidak mengerti. Tanpa kamu langganan saya yakin dia tetap berkarya. Jadi idol itu kan pekerjaan. Selama dia masih butuh uang, ya dia kerja, yang artinya dia pasti berkarya terus."

"Kamu tuh kalau tidak mengerti, diam saja! Uang-uang aku. Yang langganan aku. Kenapa kamu sekarang kayak ngatur sih?"

"Honey, bukan gitu...," kata Edo menyesal.

"Sudah, sudah! Aku tidak mau ribut." Adara siap-siap melepas sabuk pengamannya.

Edo mengingatkannya. "Ngapain, Hun? Turun bareng saja saja. Semua orang kan sudah tahu tentang kita."

"Oh iya ya."

"Honey, maaf ya, saya ketus tadi."

"Aku mau nanya sama kamu.

"Apa?"

"Kamu sebenarnya punya hobi nggak sih?"

Edo tertawa kecil. "Gimana mau punya hobi, Hun. Senin sampai Jumat di kantor. Sering juga di tempat proyek. Akhir pekan sering ada kerjaan juga. Ya selain pekerjaan, ya... saya menghabiskan waktu sama kamu. Tapi selain daripada itu? Apa ya? Palingan golf. Tapi itu pun kalau lagi harus menjamu klien."

"Nah itu dia! Kamu sinisan sama aku yang suka KPOP karena kamu tidak tahu asyiknya punya hobi!"

"Kalau nges*ks nggak termasuk memang?"

Berdecak-decak Adara. "Itu sih kecanduan!"

"Memangnya kamu tidak kecanduan sama KPOP?"

"Nggak dong. Aku kan tidak setiap hari juga menikmati konten-konten Chen. Kalau kamu? Pengennya 'itu' terus tanpa bisa menahan diri?"

"Iya ini sekarang saja saya pengen di-blowj*b sama kamu," sahut Edo terus terang.

"Tuh kan!" Adara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak! Itu di depan sudah gedung kantor kamu!"

"Cuti saja gimana?" Edo menawarkan.

"Sembarangan! Kerjaan aku lagi banyak ya, Hun!"

Edo menggumam pasrah, "Ya sudah deh."

Kekasihnya tidak setega itu. Tangan Adara masuk ke celana pria itu. Dia genggam junior Edo dan membelai-belainya.

Kecepatan Edo melambat. Sengaja dia lama-lamai agar tak usah segera sampai kantor.

Dia sendiri sudah mau tiba.

"Honey.... Saya mau keluar," kata Edo dengan deruan napas tak beraturan.

Adara langsung membuka celananya dan menampung cairan dari sana di mulutnya.

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang