Mama keterlaluan!

853 47 19
                                    

Ibu Edo datang ke kantor dan menghina Adara.

**

Sikap orang-orang yang melihatnya jadi berubah. Mereka menunduk dan segan setiap berpapasan dengan Adara.

Rekan-rekan kerjanya di akunting cuma menatapnya dengan sorotan yang tidak mengenakkan untuk Adara. Entah apa yang ada di pikiran mereka.

Menjelang sore pintu ruangan akunting dibuka. Edo berdiri dekat pintu.

"Adara, mama saya sudah datang. Ayo ikut saya." Edo menoleh pada bawahan-bawahannya yang lain. "Adara bukan simpanan saya. Kami pacaran. Lama, sejak kami sama-sama kuliah di FE dulu."

"Oh...," desah mereka lega, sebab salah satu pertanyaan yang berkecamuk di kepala mereka terjawab.

Banyak pertanyaan terkait hubungan bos mereka dengan Adara. Namun pertanyaan-pertanyaan itu hanya sampai di kepala mereka. Tak berani mereka lontarkan.

Alasannya; satu, karena itu bukan urusan mereka. Dan yang kedua, ya karena alasan kesatu.

Sekali lagi, bukan urusan mereka.

Adara mengangguk. Bersama Edo dia temui Bu Rosalia di lounge.

Ibu Edo itu didampingi oleh seorang perempuan yang dia setujui untuk menjadi istri anaknya.

Edo dan Adara duduk. Tanpa bicara panjang lebar Edo langsung mengatakan, "Mama, ini... ini pacar Edo. Adara namanya. Adara, ini mamaku, Bu Rosalia."

"Salam kenal, Tante, saya Adara..."

"Huh?" Ibunya tak tergugah dengan ketegasan Edo. Dia tertawa meremehkan. "Jadi ini pacarmu? Seleramu! Mirip bapakmu!"

"Ma, apa maksud Mama ngomong begitu?"

Bu Rosalia menatap Adara lekat-lekat. "Bajumu. Ketat. Sengaja ya membusungkan dadamu untuk menggoda anak saya?"

Sama sekali Adara tidak punya maksud untuk menarik lawan jenis dengan badannya. Bentuk tubuhnya memang demikian. Dadanya padat dan pinggangnya kecil.

Dan akhir-akhir ini dia lebih banyak makan daripada olahraga. Jadinya dia makin berisi sementara ukuran bajunya sama dengan sebelumnya.

"Ma! Ucapan Mama barusan termasuk fitnah bahkan bisa jadi pelecehan," kata Edo gusar.

Adara terkejut. Dia tidak meragukan kasih sayang Edo padanya. Tapi sampai memarahi ibunya seperti itu?

"Bukan Mama yang melecehkan, tapi pacar kamu! Dia yang melecehkan dirinya sendiri. Dengan memakai baju yang tidak pantas. Tidur dengan kamu tanpa ikatan. Beda sama..." Ibu Edo tersenyum sambil merangkul wanita di sebelahnya. "Alena. Alena ini anak baik-baik. Tidak pernah pacaran. Lebih bisa menjaga harg4 dirinya dibanding pacar kamu ini!"

"Mama!" sergah Edo tersinggung.

"Apa?" Bu Rosalia melotot. "Kamu berani bentak mama kamu sendiri demi perempuan seperti pacar kamu itu? Huh? Dengar ya!" Ibu Edo menoleh pada Adara. "Saya tidak akan setuju anak saya sama kamu. Kamu itu pengaruh buruk untuk anak saya. Gara-gara kamu, dia jadi jauh dari keluarganya!"

"Mama tahu betul bukan itu alasan Edo malas pulang ke rumah!"

"Hey! Edo! Kamu itu anak Mama. Mama yang melahirkan dan membesarkan kamu. Kamu malah jadi durhaka menghindari orangtua kamu agar bisa kumpul kebo dengan pacar kamu! Pantas tidak kamu, menjawab Mama seperti sekarang ini?"

"Mama salah menilai. Kalau bukan karena Adara..."

Adara menggenggam tangan Edo. Dia menggeleng. "Nggak usah kamu bela aku sampai melawan mama kamu." Mata Adara beralih pada ibu Edo. "Saya permisi." Dia menarik tangannya dan keluar dari lounge.

"Adara!" Edo beringsut. Sebelum pergi dia memandang ibunya kecewa. "Mama keterlaluan. Mama kan perempuan juga. Kenapa Mama menjatuhkan perempuan lain seperti itu?"

"Perempuan seperti apa dulu? Kalau murahan, untuk apa Mama puji-puji?"

"Hh!" Edo keluar menyusul Adara.

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang