Adara risau. Dia mempertanyakan keseriusan Edo pada hubungan mereka.
**
Notifikasi muncul di WhatsA** Web-nya. Adara mendapat pesan dari Edo.
Hun, nggak bisa makan siang bareng ya. Saya ada urusan dengan klien. Honey jangan lupa makan yang banyak ya!
Adara membalas:
Ok, Hun! Kamu juga ya. Jangan sampai telat makan. Dan makan yang banyak juga!
Edo meresponsnya dengan emoji jempol. Ketika jam makan siang tiba, Adara memasang muka melas, berharap bisa makan bareng dengan dua rekan kerjanya.
Sikap mereka mencair. Mereka mengangguk. Tampaknya mereka juga sudah mengerti alasan Adara yang tidak mau dibeda-bedakan oleh Pak Bos.
Setelah makan siang dan mereka kembali ke meja masing-masing, sekretaris Pak Edo masuk ke ruangan bagian akunting. Dia memberitahu Adara ada yang menunggu.
Adara melirik Mbak Putri. Tapi atasannya mengangkat bahu. Dia juga tidak tahu siapa yang perlu untuk bertemu Adara.
Adara mengikuti sekretaris Pak Edo yang mengantarkannya ke lounge. Ibu Edo yang duduk di sana, mengangkat mukanya.
Dia meminta Adara untuk duduk di sebrangnya, sekalian meminta sekretaris Pak Edo untuk meninggalkan mereka berdua di sana.
"Saya tidak mau ribut sama kamu. Tidak ingin memusuhi kamu juga," katanya tanpa basa-basi. "Justru... saya memohon padamu, mengingat kamu satu-satunya orang yang didengar Edo. Edo anak saya. Edo yang saya lahirkan dan besarkan dengan kasih sayang. Adara. Saya minta padamu... akhiri hubungan kalian!"
"Eh?" sahut Adara bingung.
"Setiap ibu ingin yang terbaik untuk anaknya. Itulah kenapa saya meyakinkan ayahnya untuk menjadikannya direktur padahal waktu itu usianya masih muda sekali. Adara. Saya ingin anak saya sukses dan bahagia! Dia... dia sukses sekarang, apakah dia bahagia?" Ibu Edo menggeleng. "Dia tidak bahagia. Mana ada orang memusuhi keluarganya bahagia."
"Tapi, Tante, Edo bahagia sama saya."
Meledak tawa Bu Rosalia. "Naif. Naif sekali kamu, Adara! Tentu saja dia bahagia sama kamu. Kamu ini..." Ibu tua itu berdecak-decak. "Ngasih se*s tanpa batas untuknya! Tanpa ikatan, lagi! Kamu... oh! Edo tidak akan ajak kamu serius! Baginya kamu ini cuma hiburan. Ya! Hiburan! Hiburan dari suasana rumahnya yang menjengkelkan baginya. Adara. Yang dia butuhkan, yang dia rindukan, adalah keluarganya yang harmonis! Kamu masa tidak mengerti juga sih?"
"Saya sudah yakinkan Pak Edo untuk pulang ke rumah. Dia akan pulang. Dan kami tidak akan putus!"
"Kamu keras kepala sekali! Tapi tidak apa-apa! Kamu akan sadar. Bahwa Edo memang tidak mencintai kamu. Yang dia perlukan dari kamu ya... tubuh kamu!"
Adara menggeleng tegas. "Tante, itu tidak benar! Pak Edo tulus sayang sama saya!"
"Oh ya? Katakan. Katakan pada saya. Apa Edo pernah bertemu dengan orangtua kamu? Apa dia pernah bicara dengan orangtua kamu soal hubungan kalian?" Adara tidak menyahut. Ibu Rosalia tergelak. "Tidak, kan? Karena... dia tidak serius sama kamu, Adara! Sadarlah!"
"Tidak. Pak Edo begitu karena saya belum terbuka tentang keluarga saya," jawab Adara pelan.
"Adara dengar ya. Waktu yang akan menjawab. Kamu akan tahu bahwa Edo cuma anggap kamu hiburan. Pelarian. Dari kondisi keluarganya yang tidak harmonis."
Adara tidak mau memercayai kalimat itu. Dia kembali ke ruang kerjanya. Berusaha fokus dengan tanggung jawabnya sebagai akuntan. Tapi pikiran itu terus mengganggu:
Bagaimana jika Edo hanya menganggapnya teman tidur pria itu?
Seingat Adara, Edo tidak pernah menanyakan perihal keluarga Adara. Pada awal pacaran Adara sendiri yang terbuka tentang pekerjaan ayah Adara. Bisnis keluarganya. Itu saja. Edo tidak mau tahu Adara berapa saudara yang Adara punya. Bagaimana hubungan Adara dengan keluarga perempuan itu. Boro-boro... Edo bilang ke Adara bahwa dia mau bertemu keluarga Adara!
Adara iseng mengirimkannya pesan WA:
Hun, kamu mau nggak, ketemu sama orangtuaku?
Edo tak segera menjawab. Baru sorenya dia sempat balas pesan dari Adara:
Untuk?
Adara merespons:
Kalau kamu serius sama aku, kamu kan harus ketemu orangtua aku, Hun
Sampai Adara pulang kerja pesannya yang terakhir tidak dapat tanggapan apa-apa. Adara mulai gelisah. Bertanya-tanya dalam hati. Apa jangan-jangan yang dikatakan ibu Edo benar? Edo tidak mau serius?
Kecurigaannya bertambah ketika ada nomor asing mengirimkannya foto. Foto Edo dengan Alena!
![](https://img.wattpad.com/cover/374872247-288-k874918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Wish, Honey | 21+ #Completed
RomansTW : KHUSUS DEWASA ! "Kamu tuh lunak!" Adara mengeluh. Edo pun menjawab, "Nanti kalau keras teriak gak kuat kamu!" TW: khusus dewasa ‼️ 100% fiktif ‼️‼️