Siapa calon istri kamu?

814 39 19
                                    

Adara kesal calon istri Edo akan datang ke kantor.

***

Ruang bagian akunting dekat dengan ruang Pak Direktur. Ketika pintu ruangan Pak Edo terbuka, lagu yang berkumandang dari sana pun terdengar sampai ke ruang bagian akunting.

Every day I'm so lucky
Sumgyeowatteon
Nae mameul gobaek hallae
Neoreul saranghae

Adara mengangkat kedua alisnya.  Tak pernah terbayangkan olehnya orang seserius Edo mau mendengar lagu Korea. Mana lagunya Chen yang Best Luck, lagi.

Kehangatan bersemayam di hati Adara. Dia terharu kekasihnya mau belajar untuk menyukai apa yang dia sukai.

Ello rekan kerja Adara menyeletuk. "Itu Pak Bos lagi jatuh cinta kayaknya."

"Hush! Tidak boleh ngomongin orang." Mbak Putri menegur.

"Ya mana pernah sebelumnya Pak Edo dengar lagu-lagu begitu," jawab Ello tidak menggubris Mbak Putri.

"Iya ya... tapi siapa ceweknya? Masa sih seleranya Pak Edo yang KPOP-an?"

"Lho kalau KPOP-an kenapa, Mbak?" sahut Adara tersinggung.

Mereka menoleh padanya. Heran juga mereka sikap Adara jadi defensif begitu.

Mbak Putri menjawab, "Ya kayak bukan kriterianya Pak Edo."

"Betul tuh! Pak Edo pasti maunya sama yang serius kayak doi," timpal Mila. "Pokoknya yang bukan KPOP-an deh."

"Tapi KPOP-an juga bukan sesuatu yang memalukan," sahut Adara lesu. Dia memandang stiker EXO yang menempel di ponselnya.

Rekan-rekan kerjanya ikut memperhatikan arah matanya. Mereka mengerti alasan Adara pundung.

"Adara, sudah jangan terlalu berharap sama Pak Edo," kata Ello menghibur.

"Eh?" jawab Adara bingung.

"Ya kamu sebenarnya suka kan sama Pak Edo. Walaupun dia galak kamu tertarik sama dia."

"Memang kelihatan jelas ya saya suka sama Pak Edo?"

"Adara, semua orang juga tahu kamu suka sama Pak Edo," kata Mila. "Dari cara natap kamu ke Pak Edo."

"Itu mungkin karena sebelumnya Pak Edo baik-baikin dia, sekarang sudah tahu rasanya digalakin, masa masih suka juga, Adara?" tanya Ello heran.

Adara menggeleng. "Ah! Sudah deh. Pekerjaanku lagi banyak!"

Mereka fokus berkutat dengan laptop masing-masing. Tak lama kemudian Pak Edo muncul di sana.

Menegur Mbak Putri. Menanyainya terkait laporan.

"Put, uang retensi proyek yang di Bontang kan sudah masuk. Kok itu tidak ada di laporan yang terakhir kamu kasih? Siapa itu yang ngerjain?"

Mbak Putri menoleh pada Adara.

"Saya, Pak," jawab Adara, berdiri mendekati Edo. "Saya belum dapat email dari finance sih soal itu."

"Ya kamunya gimana sih. Inisiatif dong. Kan di kontrak dikasih tahu kapan pembayaran masa retensi itu!"

"Ba-baik, Pak," sahut Adara mengangguk.

"Putri, untung saya review lho! Kalau nggak bisa jadi masalah itu!"

"Maaf, Pak," jawab Mbak Putri sekenanya. Dia sudah biasa disemprot Pak Edo.

"Kerja tuh jangan asal datang dan pulang ya! Kalau perlu lembur ya lembur! Yang lain juga. Jangan semua-muanya dibebani ke Putri. Kerja yang benar!"

Mereka semua serentak menjawab, "Baik, Pak."

Begitu Pak Edo meninggalkan ruangan, mereka membuang napas panjang. Deg-degan sekali mereka tiap Pak Edo ke bagian akunting.

Mereka menyesal menggosipkan Pak Edo. Setiap diomongin bos besar muncul terus.

Adara tahu Edo benar-benar kecewa. Bukan pura-pura. Memang Adara salah. Tidak peka dengan pekerjaannya sendiri.

Sebuah chat masuk ke laptop-nya. Dari Edo.

Maaf ya, Hun, lagi banyak pikiran nih

Adara menjawab:

Pekerjaan ya? Semangat ya, Hun. Nggak apa-apa kok aku sadar kesalahanku

Edo baru menjawab sebelum jam makan siang.

Hun, jangan marah ya? Mama saya mau datang. Sama calon istri yang dipilihkannya.

Meledak Adara membacanya. Dia menarik napas kuat-kuat. Ditanyainya langsung pacarnya,

Siapa calon istri kamu? Kamu nih.. ah resign saja deh aku!

** i hope you like the story **

Your Wish, Honey | 21+ #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang