Bab 3

39.1K 1.5K 31
                                    

Rena menatap sendu wajah Rayi, sudah 2 minggu putranya itu harus berada di balik tahanan tapi Rena sudah melihat perubahan besar pada tubuh sang putra yang dari hari ke hari, setiap ia kunjungi terlihat semakin kurus saja. Rena sudah tidak tahan lagi, ia harus segera mengambil tindakan untuk bisa mengeluarkan putranya dari penderitaan ini.

"Besok Bunda enggak bisa jenguk dulu ya, nak!" Ucap Rena, mengelus rambut Rayi yang sudah mulai gondrong.

"Enggak apa, Bun. Bunda enggak harus datang setiap hari" Rayi pasrah saja, minggu depan sidang keputusannya dan Rayi akan menerima apapun hasilnya nanti.

Karena waktu kunjungan sudah habis, terpaksa Rena harus beramitan pulang. Dengan berat hati ia kembali berpisah dari putranya itu.

Sambil sesekali menyeka air matanya yang tak mau berhenti mengalir, Rena berjalan menuju tempat mobilnya diparkirkan. Tanpa disangka di parkiran ia malah bertemu dengan Radi, sang mantan suami. Pria itu terlihat menatapnya dengan wajah mengeras menahan marah.

"Renata!"

"Gimana bisa kamu baru kasih tau aku sekarang?" Tanya Radi, dengan nafas memburu pria itu melayangkan tatapan tajamnya ke arah Rena.

"Maaf, Mas!" Ucap Rena, pelan. Ia terpaksa baru tadi pagi memberitahu Radi perihal apa yang terjadi pada putra mereka, kerena Rena tahu dua minggu kemarin Radi yang bekerja sebagai pilot sedang melakukan penerbangan internasional. Rena hanya tak mau menganggu pekerjaan pria itu.

"Terus gimana?"

"Sidangnya minggu depan" ujar Rena, dengan bibir bergetar. Ia tak bisa menahannya lagi, air matanya mulai mengalir. Dengan menutup wajah menggunakan kedua telapak tangannya perlahan Rena mulai menangis terisak-isak.

Melihatnya membuat Radi melunak juga. Radi yang tidak tega menuntun tubuh Rena duduk dibangku terdekat, kemudian tangan pria itu terulur untuk mengelus bahu mantan istrinya yang masih bergetar karena tangis.

"Jangan nangis, aku minta maaf sudah kasar sama kamu!" Ucap Radi, pelan.

Radi menyerahkan sebotol air mineral yang memang selalu tersedia di dalam mobilnya, yang Rena terima tak lupa menggumamkan terimakasih. Setelah Rena kembali tenang, tanpa ada percakapan lagi keduanya memilih berpisah. Radi masuk ke dalam untuk melihat keadaan putranya sedangkan Rena pulang ke rumah.

Meski pikirannya sedang sangat kacau, sebisa mungkin Rena tetap fokus dengan jalanan. Ia tak mau ada hal buruk lain yang semakin memperparah keadaan.

Setelah berhasil memarkirkan mobilnya di garasi, Rena masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tanpa semangat. Semenjak tak ada Rayi, rumah terasa sangat sepi. Biasanya setiap pulang bekerja, jika Rayi tak memiliki kegiatan di luar, putranya itu selalu ada di ruang keluarga dengan game konsol kesayangannya.

Seeingkali Rena merasa sebal jika Rayi sudah tenggelam dengan dunia gamenya itu, tapi kini Rena lebih memilih putranya itu seharian bersama game kesayangannya daripada mendekam dalam jeruji besi berjauhan dengannya.

Tak mau terlalu larut dalam kesedihannya, Rena dengan cepat melangkah menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamarnya berada. Ia mengganti pakaiannya kemudian memasukan beberapa barang yang menurutnya penting ke dalam sebuah tas.

Setelah yakin semuanya siap Rena kembali turun ke bawah mencari asisten rumah tangganya untuk menitipkan rumah karena mungkin malam ini ia tidak akan pulang.

Dengan taksi yang sudah Rena pesan, ia pergi menuju bandara untuk menyusul Revan ke ibu kota. Sekali lagi ia akan memohon pada pria itu untuk menyelesaikan semua masalah yang ada tanpa harus melibatkan pihak berwajib.

Sepanjang perjalanan udara yang ia lewati, Rena mencoba memejamkan matanya. Sudah dua minggu ini tidurnya tak pernah nyenyak. Meskipun tubuhnya terasa sudah sangat lelah di dalam pesawat tetap saja Rena tak bisa memejamkan matanya. Yang ada pikirannya malah semakin bertambah kalut.

Once Upon A Time [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang