Pagi-pagi sekali Baby sudah mandi, ia sengaja belum memakai seragam sekolahnya karena ingin membantu Rena membuat sarapan. Tapi saat pergi menuju dapur, Baby malah melihat ada sang Papa disana."Lagi ngapain?" Tanya Baby.
"Masak untuk sarapan" balas Revan, menoleh sekilas pada sang putri yang berdiri tepat disampingnya.
"Tumben" gumam Baby.
"Kasian nanti adik kamu kecapekan" ujar Revan sambil terkekeh pelan.
Mendengarnya Baby terang-terangan mencibir Papanya itu. Kenapa baru sadar sekarang? Kemana Papanya itu yang beberapa waktu kemarin sempat berubah ke setelan awal. Entah ada apa yang terjadi pada kedua orangtuanya, tapi sepertinya keduanya telah menyelesaikan masalah mereka.
"Aku bantu apa?" Tanya Baby.
"Tolong kupasin buah aja. Jeruk sama melon untuk Bunda kamu"
"Oke"
Baby langsung bergerak mengambil stok dua buah yang tadi Papanya sebutkan kemudian mulai mengerjakan perintah Papanya. Saat keduanya sedang fokus dengan tugas masing-masing, Rena datang menghampiri mereka.
"Kamu duduk aja, Re. Makanannya hampir siap" ucap Revan, saat menyadari keberadaan istrinya.
Namun, Rena mengabaikannya, ia memilih berjalan mendekati Baby."Maaf ya, kayanya kita belum bisa pergi liburan" ucap Rena. Ia pernah berjanji jika Baby selesai ujian mereka akan pergi bersama dan Baby sudah menyeselaikan ujiannya hanya tinggal menunggu nilainya keluar. Tapi, dengan keadaanya yang kini sedang hamil muda, Rena belum bisa bepergian jauh.
"Iya Tante, yang penting Tante dan Adek sehat" balas Baby, keselamatan adik dan Ibu sambungnya jauh lebih penting untuk Baby.
"Kapan tes masuk kuliahnya?" Tanya Rena, Baby memang sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi.
"Bulan depan"
"Semangat, ya. Tante selalu doakan yang terbaik untuk kamu"
Obrolan terus berlanjut sampai ke meja makan. Pagi ini hanya ada Rena, Revan dan Baby di meja makan karena sudah dua hari Rayi sedang menginap di tempat Radi.
"Aku berangkat, nanti sore aku bawain bubur kacang kesukaan kamu" pamit Revan, yang hari ini berangkat bekerja sekalian mengantar Baby sekolah.
Rena hanya balas dengan anggukan pelan. Memang setelah mengetahui jika kini Rena mendadak sangat menyukai bubur kacang, hampir setiap hari Revan sengaja membelikan itu untuk Rena.
Meski Revan harus sedikit berjuang karena stasiun tempat penjual bubur kesukaan Rena berjualan jaraknya cukup jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja. Pernah satu kali Revan belikan di pedagang yang berjualan di dekat rumah sakit tanpa memberitahu Rena, tapi sepertinya Rena menyadarinya. Rena menang tak mengatakan apa-apa tapi bubur yang saat itu ia belikan hanya Rena makan beberapa sendok. Maka setelahnya Revan memilih menempuh perjalanan lebih jauh agar Rena bisa mendapatkan bubur yang sesuai dengan keinginannya.
****
Rena keluar dari kamar mandi dengan wajah lembab karena ia baru saja mencuci muka. Rena membawa langkahnya menuju meja rias, ia berniat memilah skincare dan make up miliknya yang tak lagi ia gunakan selama hamil untuk ia berikan saja. Niatnya sudah ada sejak berhari-hari kemarin tapi baru Rena kerjakan sekarang.
"Re, sini dulu deh!" Panggil Revan, melambaikan sebelah tangannya meminta Rena untuk mendekat.
"Apa?" Tanya Rena, ia berdiri dari duduknya kemudian mebghampiri Revan yang duduk bersandar di kepala ranjang terlihat sedang serius dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...