Rena bangun pagi-pagi sekali. Setelah membersihkan diri Rena mulai menyiapkan sarapan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya karena kini anggota keluarganya juga bertambah. Untuk pagi ini ia masak dibantu oleh asisten rumah tangganya yang membantu menyiapkan bumbu sedangkan ia yang meracik dan memasaknya.Selesai dengan semuanya tapi Revan, Rayi dan Baby sepertinya masih di dalam kamarnya masing-masing. Yang pertama Rena lakukan tentu berjalan menuju kamar Rayi. Ia melihat putranya itu masih tertidur.
"Bangun, Ray!" Rena membuka gorden agar cahaya matahari masuk.
"Masih ngantuk, Bun" gumam Rayi dengan mata masih tertutup. Semalam setelah selesai membereskan kamarnya Rayi lanjut bermain game yang membuatnya baru tidur menjelang pagi.
"Iya tau, bangun dulu terus sarapan. Nanti kalo masih ngantuk lanjut tidur lagi" ucap Rena. Meski dengan malas-malasan Rayi memilih menurutinya.
Selanjutnya, setelah memastikan Rayi benar-benar bangun Rena beralih menuju kamar Baby. Ia mengetuk pintu kamar itu sekilas yang langsung mendapat jawaban dari dalam yang menyuruhnya masuk. Di dalam bisa Rena lihat Baby yang sudah memakai seragam sekolahnya tengah bersiap-siap.
"Tante sudah masak, kamu sarapan dulu, hari pertama masuk sekolah baru nanti Tante dan Papa antar" ucap Rena yang hanya Baby balas anggukan singkat sambil menggumamkan terimakasih.
Setelah dari kamar Baby, Rena melipir masuk ke kamar sebelah. Kamarnya dan Revan. Saat membuka pintu Rena berdecak sebal melihat Revan masih tertidur dengan nyenyaknya di atas kasur.
"Bangun, Mas!" Dengan sedikit kasar Rena mulai menggoyangkan tubuh Revan.
"Berisik, Rena. Aku masih ngantuk" balas Revan, meraih selimut kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut itu. Revan masih sangat mengantuk, semalam ia susah tidur karena ia tak terbiasa tidur dalam keadaan lampu menyala.
"Bangun! Bangun!" Tak mau menyerah Rena masih mencoba membangunkan Revan, kali ini ia menarik paksa selimut yang menutupi seluruh tubuh pria itu.
"Ck, berisik banget, sih?" Decak Revan sebal.
"Sana mandi terus siap-siap" perintah Rena.
"Mau kemana?" Tanya Revan, ia meregangkan tubuhnya sambil menguap lebar. Padahal hari ini Revan berniat seharian malas-malasan di kamar saja. Revan belum bisa memulai bekerja di tempat baru karena berkas kepindahannya belum lengkap. Revan memang pindah ke rumah sakit di kota ini, yang mana rumah sakit itu adalah cabang dari rumah sakit dulu tempatnya bekerja.
Sebenarnya Revan juga tidak bisa dikatakan sepenuhnya pindah sebab ia masih harus mengontrol usaha yang ia tinggalkan di ibu kota. Usaha yang bergerak di bidang jasa transportasi ekspedisi dan logistik itu bisa ia kontrol dari jauh tapi sesekali ia masih harus mengeceknya langsung.
"Anterin Baby sekolah, terus anterin aku ke toko" ucap Rena.
"Baby udah besar, biasanya juga enggak pernah aku anter. Kamu juga bisa nyetir sendiri" balas Revan membuat Rena melayangkan pukulan pelan di bahu pria itu.
"Buat apa aku punya suami kalo masih harus nyetir sendiri"
"Ayo cepetan!" Ucap Rena, tak sabaran karena Revan masih asik berbaring malas-malasan di atas kasur.
"Mas!" Jerit Rena, kesal.
"Ck, iya bawel"
"Sana mandi!" Perintah Rena, yang kali ini dengan malas-malasan Revan turuti.
"Aku tunggu dibawah, jangan lama, nanti jatah sarapannya aku abisin"
Saat pergi ke ruang makan, Rena sudah melihat Rayi dan Baby ada disana. Keduanya makan dengan tenang. Seperti semalam Rena sengaja mengambil duduk disamping Baby, sedangkan nanti Revan duduk di kursi kosong samping Rayi. Meja makan tersebut memang kecil, hanya ada 4 kursi yang saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...