Dibantu oleh Revan, Rena mengeluarkan barang-barang belanjaanya dari bagasi mobil. Keduanya memang baru saja pulang berbelanja karena stok makanan dan kebutuhan lainnya di rumah sudah mulai habis.
Terdengar juga suara pantulan bola dan teriakan antara Rayi dan Baby, keduanya terlihat asik bermain bola basket di halaman rumah.
Karena sedikit kerepotan mengeluarkan barang belanjaanya, Rena tak menyadari sebuah bola yang melambung tinggi ke arahnya. Tapi, beruntungnya Revan segera menyadari itu. Revan dengan cepat menggeser sedikit tubuh Rena kemudian dengan mudah menangkap bola tersebut sebelum kerasnya bola tersebut berhasil menghantam bagian tubuh Rena.
Sambil memegang bola tersebut tatapan Revan tak lepas menatap Baby dan Rayi yang hanya diam di tempat, entah siapa tadi yang melempar bola.
"Hati-hati, hampir aja kena kepala Bunda kalian" ucap Revan penuh peringatan, dari tempatnya berdiri Revan melempar bola, dengan jarak lumayan jauh ternyata Revan berhasil memasukan bola tersebut ke dalam ring.
Revan meninggalkan belanjaanya kemudian memilih berjalan mendekati putra putrinya itu untuk kembali mengambil bola tersebut.
"Kalian berdua lawan Papa sendiri, pasti Papa yang akan menang" ujar Revan, penuh percaya diri yang langsung terang-terangan mendapat cibiran dari Baby maupun Rayi.
"Bun, ini suaminya kepedean banget!" Rayi sengaja berteriak kepada sang Bunda yang masih terlihat sibuk dengan barang belanjaanya.
"Ayo main, kalian berdua lawan Papa sendiri" ajak Revan.
"Males" balas Rayi, mencoba mengambil bola tersebut dari tangan Revan tapi Revan berjalan menjauh sambil mendrible bola tersebut.
"Kalo menang dapet mobil" Revan sengaja mengeluarkan kunci mobilnya kemudian melemparkannya ke arah Rayi yang langsung dengan sigap pria itu tangkap. Revan tahu sekali jika Rayi sangat menginginkan mobil tersebut.
"Kalo aku sama Mas Rayi kalah?" Baby yang bertanya.
"Kalian enggak dapat uang jajan seminggu" ujar Revan, dengan santainya.
"Enggak bener, malah ngajakin anaknya taruhan. Udah ayo masuk rumah. Sini kalian satu-satu bantu bawa belanjaan masuk" ucap Rena, menatap jengkel Revan yang malah mengajari anak-anak hal tidak baik.
"Gimana?" Tanya Revan, mengacuhkan begitu saja kekesalan istrinya.
"Ayo, siapa takut!" balas Rayi, yang akhirnya merasa tertantang juga. Saat menatap Baby pun bisa Rayi lihat jika adiknya itu memberikan anggukan pelan tanda setuju.
"Bantuin Bunda kalian bawa belanjaan dulu ke dalam!" Perintah Revan yang langsung Baby dan Rayi turuti.
Ketiganya bergotong royong membawa masuk belanjaan yang lumayan banyak itu. Setelahnya mereka kembali ke depan untuk memulai pertandingan. Meski sejak tadi Rena tak berhenti mengomel, ketiganya tak menghiraukannya. Pertandingan dimulai antara seorang Ayah dan kedua anaknya.
Sebenarnya itu hanya permainan biasa, tapi entah kenapa Rena menunggunya sedikit cemas. Meskipun dua lawan satu, tapi yang Rena ketahui Revan sangat mahir dalam permainan tersebut.
Dulu Rena pernah diceritakan oleh Revan sendiri jika semasa sekolah menengah atas dan kuliah, pria itu pernah menjabat sebagai ketua tim basket. Dulu Rena iyakan saja karena meski ia belum pernah melihat Revan memainkan benda tersebut secara lamgsung, tapi kini melihat bagaimana lihainya Revan, Rena sudah sepenuhnya yakin jika ucapan Revan bukan hanya bualan semata.
Mata Rena tak bisa teralihkan dari Revan yang sangat piawai mengendalikan benda bulat tersebut. Meski sudah berumur gerakan pria itu masih sangat lincah. Dan sudah bisa Rena pastikan hasil akhirnya Revan yang memenangkan permainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...