Dari hasil USG yang dilakukan, diketahui jika bayi yang ada dalam kandungan Rena berjenis kelamin perempuan. Semakin besar usia kandungan, Rena dan Revan sudah mulai menyicil keperluan untuk calon bayi mereka. Tentu sana Rena yang paling antusias karena keinginannya untuk memiliki bayi perempuan akan segera terkabul. Hampir semua barang yang dibeli bertemakan pink. Selain itu Rayi dan Baby tak kalah antusias menyambut kejadiran calon adik bayi mereka. Keduanya selalu bersemangat untuk ikut jika Rena dan Revan pergi berbelanja untuk keperluan si bayi nanti.Tapi mendekati waktu lahiran Rena sering dibuat kesal oleh Revan, pria itu semakin overprotektif juga posesif kepadanya.
"Kamu beneran kuat kan, Re?" Mendengar pertanyaan yang entah untuk hari ini keluar berapa kali dari mulut Revan, membuat Rena memutar bola matanya jengah.
Di usianya yang kini memasuki kepala 4 memang cukup beresiko untuk Rena hamil dan melahirkan apalagi secara normal. Tapi mereka sebelumnya sudah berkonsultasi kepada dokter dan dokter mengatakan Rena masih sangat bisa sekali jika ingin melahirkan bayinya normal, hanya saja Revan yang selalu khawatir berlebihan.
"Iya, Mas, udah deh jangan tanyain itu terus" balas Rena, yang sudah benar-benar jengah mendengar pertanyaan itu. Rena yakin ia sangat siap menghadapi proses melahirkan nanti.
"Aku kan cuma khawatir" gumam Revan, memeluk tubuh Rena dari samping. Tangannya mendarat di perut besar Rena kemudian mengelusnya dengan gerakan memutar.
"Baby itu nama dari kamu atau Mbak Karin?" Tanya Rena, tiba-tiba. Tapi, Revan tak kunjung menjawab, Rena kira Revan memang enggan untuk menjawabnya tapi tak lama akhirnya pria itu buka suara.
"Dulu Karin udah siapin nama untuk Baby. Tapi, aku belum sempet tau apa nama yang Karin kasih, dia udah pergi" gumam Revan, diakhiri desahan lesunya.
"Karena selama hamil aku dan Karin sering panggil bayinya Baby, jadi aku kasih nama Baby" jelas Revan, membuat Rena mengangguk mengerti.
Tak ada lagi obrolan, Rena sedang fokus menonton tayangan film dari layar televisi didepan sana sedangkan Revan masih asik mengelus perut besar Rena, mengajak bayinya di dalam sana berbicara.
Tak lama terdengar langkah kaki mendekat, saat Rena dan Revan kompak menoleh, bisa keduanya lihat Rayi dan Baby berjalan mendekati mereka.
"Ngerampok dari mana kalian?" Tanya Revan, melihat banyaknya jinjingan yang keduanya bawa.
Baby sendiri hanya tertawa pelan, ia menaruh barang bawaanya itu di dekat meja kemudian langsung duduk, mengambil tempat di sisi sebelah kiri Rena yang kosong.
Rayi dan Baby memang tadi ditugaskan oleh Rena untuk mengecek toko. Selama Rena hamil keduanya memang suka rela membantu Rena mengurus toko. Tidak sepenuhnya suka rela karena Baby dan Rayi bisa bebas mengambil barang terutama makanan disana seperti yang kini keduanya lakukan.
"Tau, tuh!" Ujar Rayi, ia berjalan menuju dapur mengambilkan mangkuk untuk wadah bubur yang ia belikan untuk sang Bunda.
"Awas aja kamu Mas, enggak akan aku bagi!" Ancam Baby.
"Gampang, aku ambil langsung" balas Rayi, tak mau kalah.
"Makan dulu buburnya, Bun" Rayi menyerahkan semangkuk bubur kacang kesukaan Bundanya.
Sembilan bulan ini, hampir setiap hari Rayi dan Revan bergantian membelikan bubur kacang hijau kesukaan Rena. Ibu hamil itu seakan tidak ada bosannya, setiap harinya satu porsi bubur kacang hijau selalu Rena habiskan.
Rena menerimanya tak lupa mengucapkan terimakasih. Tapi mangkuk bubur di tangannya itu hampir saja terjatuh ketika Rena merasakan nyeri pada perutnya. Rena meringis pelan sambil mengusap dengan penuh kelembutan perut besarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/365692934-288-k150672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...