Bab 18

19.4K 1K 65
                                    

Sudah dua hari Revan pergi ke Ibu Kota karena pria itu masih harus rutin mengecek usahanya yang ada disana. Dan selama dua hari itu juga Rena merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tubuhnya mudah sekali lemas dan kepalanya sering mendadak pusing. Rena sudah meminum obat seadanya juga tak lupa ia perbanyak istirahat, tapi tetap saja tak ada perbahan.

Awalnya Rena ingin memberitahu keadaanya ini kepada Revan agar pria itu bisa meresepkan obat untuknya. Tapi, tak jadi Rena lakukan saat gejala lain juga mulai muncul yang mana ia setiap pagi ia sering merasa mual dan muntah.

Rena langsung teringat dengan dulu saat ia hamil Rayi, gejalanya hampir sama. Kecurigaanya semakin bertambah saat Rena baru menyadari jika bulan ini ia belum mendapatkan tamu bulanannya.

Maka pagi ini, bangun tidur Rena sengaja mengecek dengan testpack yang kemarin sempat ia beli. Meski sudah tahu cara menggubakannya, Rena tetap membaca petunjuknya sebelum ia menggunakan alat itu. Rena menunggu hasilnya dengan dada berdebar hebat, dan wajahnya seketika memucat setelah melihat hasilnya yang mana menunjukan garis dua sangat jelas.

Selama ini ia dan Revan tak pernah membahas apapun perihal anak. Sejak awal menikah Rena selalu meminum pil kontrasepsi, dengan hubungan pernikahan yang seperti itu tentu saja Rena tak menginginkan anak, yang ia takutkan akan menjadi korban jika suatu hal buruk terjadi pada hubungan mereka. Revan juga mengetahui jika ia sering mengkonsumsi pil itu tapi pria itu diam saja, tak melarang ataupun menyuruhnya tetap menggunakan pil itu.

Padahal Rena rasa ia sudah rutin meminumnya tapi ia bisa kebobolan juga. Tapi, tentu saja Rena tak akan menolak anugera yang sudah Tuhan berikan padanya. Hanya saja, sejujurnya Rena belum siap memiliki anak dengan Revan. Hubungan mereka sekarang ini sudah semakin dekat, Revan juga semakin menunjukan perhatian kepadanya. Hanya saja Rena tidak tahu bagaimana perasaan Revan padanya, dan Rena pun tidak tahu apa yang ia rasakan kepada pria itu.

Tak mau menjadikan kehamilannya menjadi beban pikiran untuknya, Rena memilih bersiap dan menjalani harinya seperti biasa. Akan ia bicarakan kehamilannya ini dengan Revan nanti, terima tidak terima Rena akan terus mempertahankan anak dalam kandungannya.

Pagi ini seperti biasa bersama ditemani Baby dan Mbak Ita, Rena memasak untuk sarapan mereka. Tapi, sejak masuk ke dalam dapur kepala Rena langsung berdenyut sakit. Apalagi ketika mencium bau menyengat dari bumbu-bumbu yang seketika membuat perutnya terasa bergejolak hebat.

"Tante masih sakit?" Tanya Baby, sejak kemarin Baby memang mengetahui jika keadaan Rena sedang tidak baik-baik saja.

Rena tak bisa menahannya lagi, ia berjalan menuju wastafel kemudian mencoba memuntahkan isi perutnya disana. Hanya saja tak ada yang keluar sebab sebelumnya ia sudah muntah dan belum ada makanan lagi yang masuk sejak semalam.

Rena berkumur kemudian dibantu oleh Baby ia berjalan menuju kursi makan. Rena menerima segelas air hangat yang Baby berikan dan meminumnya dengan perlahan

"Kita periksa aja, aku takut Tante kenapa-kenapa" ucap Baby, tak bisa menghilangkan kekhawatirannya.

"Tante enggak kenapa-kenapa, By. Tante hamil" jelas Rena.  menunggu bagaimana reaksi Baby setelah mendengar ucapannya. Wajah gadis itu terlihat terkejut tapi tak lama bisa Rena lihat senyum bahagia disana. Gadis itu menatapnya dengan wajah berbinar bahagia.

"Woah!"

"Selamat Tante" Dengan antusias dan penuh rasa bahagia Baby memeluk tubuh Rena. Sejak dulu ia sangat ingin memiliki adik tapi semua itu hanya harapan karena sosok Ibu pun dulu ia tak punya. Tapi, akhirnya saat ini keinginanya itu terwujud meski menurutnya usianya sudah terlalu tua untuk memiliki adik, tak apa, Baby tetap bahagia.

"Ada apa, nih?" Tanya Rayi yang ikut bergabung di ruang makan.

"Sebentar lagi kita punya adik, Mas" jelas Baby, penuh antusias.

Once Upon A Time [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang