Rena menyeruput minuman yang sudah ia pesan sambil sesekali matanya melirik pada pintu masuk cafe tempatnya saat ini berada. Rena sudah membuat janji temu dengan seseorang dan ia sengaja datang lebih cepat.
Hingga tak lama senyum di wajah perempuan cantik itu merekah saat melihat seseorang yang ia tunggu akhirnya tiba juga. Ketika tatapan mata mereka bertemu Rena segera melambaikan tangannya, kemudian segera Rena berdiri untuk bersiap menyambut kedatangan pria yang sudah menyadari kehadirannya tersebut.
"Ketemu di depan, ya?" Tanya Rena, kepada sang calon suami, Revan. Karena Revan tak hanya datang seorang diri tapi bersama Karina, seorang wanita perwakilan dari pihak WO yang sudah dua bulan terakhir membantu mengurus segala persiapan pernikahannya dan Revan. Pertemuan kali ini pun untuk membahas kelanjutan persiapan pernikahan mereka.
Namun, dahi Rena dibuat mengkerut heran saat ia menyadari ada yang aneh dari dua orang dihadapannya. Wajah keduanya terlihat sama-sama tegang, sampai tak lama apa yang Revan lakukan membuat Rena semakin memicing keheranan. Bagaimana tidak jika dihadapannya sendiri kini, Revan calon suaminya dengan terang-terangan menggenggam tangan Karina.
"Mas?" Rena berucap dengan tatapan mata tak lepas menatap Revan dan Karina yang saling membalas erat genggaman tangan.
"Duduk Rena, ada yang harus aku jelasin sama kamu"
Meski sedikit linglung juga perasaanya sudah mulai tak karuan, Rena memilih menuruti ucapan Revan. Dengan tubuh kaku Rena kembali membawa dirinya duduk, berhadapan dengan Revan yang malah duduk bersisian dengan Karina, bukan dirinya.
"Mas..."
"Ada apa?" Rena bertanya dengan suara lirih, ia yakin sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
"Maaf, Rena" Sambil menatap lurus wajah Rena, Revan awali dengan kata maaf karena ia yakin hal yang ia ucapkan selanjutnya pasti akan menyakiti perasaan Rena. Ia menarik nafasnya dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Aku enggak bisa lanjutin semuanya" ujar Revan, bisa ia lihat ekspresi keheranan masih tergambar jelas dari wajah perempuan dihadapannya.
"Karin ini mantan pacarku, kami terpaksa putus karena orangtua aku paksa aku untuk nikahi kamu. Tapi aku enggak bisa bohong, rasa sayang dan cinta yang aku punya masih seutuhnya untuk Karin" Kali ini Revan bahkan sengaja membawa tangan mereka yang masih saling menggenggam ke atas meja. Menunjukan kepada Rena bahwa Karina lah perempuan yang benar-benar ia inginkan.
"Jadi gimana?" Tanya Rena, dengan suara lirih. Tenggorokannya terasa sakit, dadanya juga sudah penuh oleh rasa sesak. Ia masih mencoba mencerna sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini.
"Maaf..."
Rena tak membalas apapun, tatapannya masih lurus menatap wajah laki-laki dihadapannya. Pandangannnya sendu. Lewat tatapan matanya Rena menunjukan segala rasa sakit yang kini ia rasakan. Tak lama pandangan Rena mulai memburam oleh air mata yang perlahan mengalir membasahi wajahnya.
"Maaf Rena"
Otak Rena sudah benar-benar kosong. Bukan itu yang mau Rena dengar, permintaan maaf tak akan membuat sesak didadanya menghilang.
"Terus kenapa enggak kamu tolak dari awal, kita udah sejauh ini dan kalian baru bilang?" Ucap Rena, dengan suara bergetar.
"Maaf, aku cuma enggak mau buat kamu dan yang lain terlalu kecewa" jelas Revan yang masih belum bisa Rena cerna seutuhnya.
"Oh, terus kamu kira sekarang aku bahagia?" Tanya Rena, dengan kasar ia menghapus air mata yang masih mengalir dengan deras membasahi wajahnya.
"Dari awal harusnya kamu bisa tegas, Mas. Sekarang bukan cuma aku yang sakit hati, kamu enggak pikirin gimana perasaan orangtua aku? Orangtua kamu?" Rena mulai membayangkan wajah para orangtua yang paling antusias menyambut pernikahan mereka.
"Maaf, Rena" Lagi-lagi hanya itu yang bisa Revan ucapkan.
Setelahnya tak ada yang bersuara, hanya terdengar Rena yang susah payah menahan isakkan tangisnya. Gemuruh rasa sakit hati, marah dan kecewa dalam diri Rena semakin besar saat Rena menatap tangan kedua manusia dihadapannya yang masih saling menggenggam dengan erat. Bahkan tak ragu Revan membawa tubuh Karina semakin mendekat, seakan lebih jelas menunjukan kepada Rena jika hanya Karina wanita yang laki-laki itu inginkan.
"Jadi gimana?" Tanya Rena, ia sungguh sudah tidak tahan berada dekat dengan dua orang dihadapannya kini.
"Aku yang akan jelasin sama mereka"
Rena tak bisa menahannya lagi, tanpa banyak bicara ia bangkit lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua manusia yang sedang membangun kebahagiaan mereka masing-masing tapi juga dengan meninggalkan banyak luka untuknya.
Rena pergi dengan meninggalkan tatapan penuh kekecewaan juga membawa luka yang tak sangka akan ia dapatkan.
****
Ada yang bisa tebak mereka siapa??
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...