Setelah berbulan-bulan mencari, Revan dan Rena menjatuhkan pilihan mereka pada sebuah ruma dua lantai yang letaknya cukup strategis tak jauh dari rumah sakit tempat Revan bekerja dan kampus tempat Rayi dan Baby berkuliah. Lingkungannya juga masih sangat asri.Untuk rumah lama sendiri Rena putuskan untuk disewakan saja, karena rumah itu menyimpan banyak kenangan untuknya.
Setelah melakukan banyak renovasi hari ini mereka pindah. Di rumah baru ada 4 kamar, Revan dan Rena tentu saja menempati kamar utama sedangkan Baby dan Rayi bebas memilih di antara 3 kamar tersisa. Tapi, untuk sementara karena usia kandungan Rena semakin besar, Revan memutuskan menempati kamar yang ada di lantai 1, agar istrinya itu tak perlau naik turun dengan perut besarnya itu yang terkadang sering membuat Revan khawatir.
Sejujurnya semakin dekat hari persalinan membuat perasaan Revan semakin tak karuan. Ia selalu diliputi ketakutan berlebihan yang imbasnya kini ia lebih protektif kepada Rena. Selama hamil tak Revan biarkan Rena melakukan pekerjaan berat. Memasak saja hanya diwaktu-waktu tertentu karena lebih sering membeli atau Revan sendiri yang turun tangan memasak untuk makan keluarganya.
Bahkan kini Revan tak membiarkan Rena menyetir sendiri, ia akan selalu mengusahakan mengantar kemanapun istrinya itu pergi, jika tidak bisa biasanya Revan akan meminta Rayi untuk menggantikannya. Meski terkadang Rena sering protes dengan banyaknya larangan yang ia beri, Revan mencoba memberikan istrinya itu pengertian jika ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk istri dan calon anak mereka.
Seperti saat ini, karena tak bisa menemani Rena pergi berbelanja untuk membeli beberapa keperluan rumah yang habis, Revan meminta Rayi dan Baby untuk menemani Rena pergi. Padahal Revan sudah minta untuk kedua anaknya saja yang pergi, tapi Rena menolak.
"Aku berangkat" pamit Rena, entah mulai dari kapan kebiasaan ini dimulai, tapi kini setiap saling berpamitan Revan selalu mendaratkan kecupan di kening Rena sebelum mereka berpisah.
"Iya, hati-hati"
"Jangan ngebut-ngebut nyetirnya, Ray. Nanti kalo Bunda kalian kecapekan istirahat dulu" pesan Revan, yang Rayi dan Baby angguki.
Kini dengan mobil milik Revan yang Rayi kendarai, ketiganya berangkat menuju supermarket terdekat.
"Ini dompet Papa, Tan" Baby meraih sebuah dompet yang tak sengaja ia injak di dalam mobil, kemudian Baby serahkan dompet tersebut kepada Rena yang duduk di jokbelakang.
"Papa kalian tuh, ya, teledor banget, bisa-bisanya dia enggak sadar dompetnya jatuh, untung masih di dalam mobil" Rena menggerutu pelan. Sebelum memasukan dompet tersebut ke dalam tas miliknya untuk ia simpan, Rena membukanya. Di dalamnya terdapat pecahan uang dan slot-slot yang terisi penuh kartu.
Rena menarik satu kartu tanda pengenal milik Revan, untuk melihat lebih jelas foto pria itu ketika masih muda. Revan di foto tersebut terlihat masih muda, dan Revan versi itulah yang dulu memberikan luka untuknya.
Sejujurnya Rena masih sedikit tak yakin dengan ungkapan perasaan pria itu. Karena sedikit tahu ia mengenal bagaimana Revan, dulu juga pria itu mudah sekali mengatakan sayang dan cinta padanya, tapi tetap saja dirinya Revan campakan. Kini Rena sedang sedikit membentengi dirinya, luka masa lalunya saja belum sepenuhnya pulih dan Rena tak mau menambah luka yang baru. Kehidupan yang saat ini mereka jalani, biarkan saja mengalir seperti biasa. Rena tak mau menaruh harapan terlalu besar dalam kelanjutan hubungan mereka.
Saat Rena akan mengembalikan kartu tersebut ke tempatnya semula, ia merasa di slot dompet tersebut ada yang sedikit mengganjal. Ketika coba Rena coba korek dengan menggunakan tangannya, seketika ia terdiam saat menyadari itu cetakan foto seorang perempuan yang sangat ia kenali.
Selama hampir 10 bulan menikah, ini memang kali pertama untuk Rena memegang bahkan membuka langsung dompet milik suaminya sendiri. Tak ia sangka jika Revan masih menyimpan foto mendiang Karin. Foto itu dicetak dengan ukuran kecil dan sudah terlihat memburam, tapi, tetap saja kenyataan jika Revan masih menyimpan foto tersebut di dalam dompetnya membuat perasaan Rena sedikit tak nyaman.
Rena mencoba menanggapinya tak terlalu berlebihan. Itu hanya foto, lagipula foto tersebut berada di tempat yang tak terlihat dan sudah sangat usang, mungkin Revan tak menyadarinya.
Tapi tenyata, saat Rena coba melihat slot lainnya di dompet tersebut, ada satu foto lagi. Kali ini di foto tersebut terlihat bukan hanya Karin sendiri, tapi ada Revan juga. Di foto tersebut keduanya terlihat sangat mesra dengan saling membalas pelukan. Lagi, Rena melihat ada perasaan aneh yang melingkupi dirinya. Namun, Rena mencoba bersikap biasa. Ia memilih menyimpan kembali foto tersebut ke tempat semula dan mencoba melupakan temuannya tersebut.
*****
Hari ini rumah terasa sepi. Rayi sedang menginap di rumah Radi sedangkan Baby izin menginap di rumah temannya. Setelah makan malam, Rena dan Revan memilih langsung masuk ke dalam kamar. Sebenarnya Revan yang memaksa mereka langsung masuk ke kamar sebab Revan berkata ada yang pria itu ingin tunjukan.
"Apa sih, Mas?" Tanya Rena, tak sabaran. Ia penasaran apa yang membuat Revan malam ini terlihat sangat antusias.
Rena menunggu Revan yang kini terlihat sibuk dengan laptopnya, sampai tak lama ia dibuat terkejut dengan apa yang kini terlihat dari layat laptop yang Revan tunjukan.
"Kamu... Gila" Mata Rena melotot melihat sebuau video yang terputar di layar tersebut. Ia tak menyangka jika Revan memiliki video itu.
Revan sendiri hanya tertawa puas melihat respon yang Rena berikan, sesuai dengan dugaanya.
"Lihat Re, dari dulu wajah kamu kalo lagi keenakan emang cantik banget" ucap Revan.
Di video yang kini terputar telihat jelas sosok Rena dengan versi lebih muda tengah berbaring pasrah dengan kedua kaki mengangkang lebar sedang mengeluarkan desahan-desahan nikmatnya akibat penis yang keluar masuk di dalam vaginanya.
Video itu memang di ambil dulu dan sempat Revan lupakan. Revan kira ia sudah menghapusnya tapi saat pindahan kemarin ia tak sengaja menemukannya kembali.
Rena sendiri terlihat hanya diam sambil menyaksikan bagaimana dirinya sedang digagahi. Melihat itu semua membuatnya mau tak mau mengingat percintaan yang beberapa kali pernah ia dan Revan lakukan dulu. Meski tak sering, tapi sangat membekas karena pria itu juga yang pertama kali mengambil kegadisannya.
Merasakan deruan nafas Rena yang mulai memberat, dengan berani tangan Revan mulai menjelajah. Menuju bagian-bagian tubuh wanitanya itu yang semenjak hamil semakin terlihat sangat menggiurkan.
"Gimana kalo kita reka ulang, Re..." Bisik Revan, sensual. Ia sengaja memberikan jilatan basah di leher Rena membuat erangan wanita itu terdengar pelan.
"Eungh..."
*****
Gak mau istrinya capek tapi di gass terus ya kelakuan si Repano ini!
Tunggu besok adegan esek-eseknya ya gengs!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...