Malam itu juga Rena memilih langsung kembali terbang ke kota asalnya. Meskipun melelahkan ia hanya ingin semuanya cepat selesai. Malam sudah sangat larut ketika Rena mengetuk pintu rumah kedua orangtuanya. Rena yakin kedua orangtuanya pasti sudah tertidur. Cukup lama ia menunggu sampai akhirnya pintu rumah dihadapannya dibukakan oleh sang Papa.
"Rere?"
Melihat kehadirannya, dengan wajah yang kentara sekali menahan kantuk Papanya itu langsung mengajaknya masuk ke dalam.
"Gimana keadaan Mama, Pa?" Tanya Rena. Mamanya memang sempat drop ketika mendengar Rayi, cucu kesayangannya harus ditahan di kantor polisi.
"Sudah jauh lebih baik, Re. Kamu enggak usah khawatir!" Ujar Rama, memberikan kalimat penenang.
"Maaf aku enggak bisa bantu jaga Mama!" Ucap Rena, menatap Papanya penuh rasa bersalah.
"Kamu fokus aja sama Rayi!" Ucap Rama, tangannya terulur mengelus puncak kepala putri semata wayangnya itu.
"Gimana Rayi?" Tanya Rama, karena menjaga sang istri yang kondisinya sedikit kurang baik, Rama belum sempat kembali menjenguk sang cucu di tahanan di kantor polisi.
"Secepatnya Rayi bisa bebas, Pa"
Pria tua itu tersenyum mendengarnya. Tapi, setelah Rama perhatikan kesedihan mendalam masih tampak jelas dari wajah putrinya.
"Ada apa?" Tanya Rama, yakin jika ada hal penting yang akan Rena sampaikan, tak mungkin juga putrinya itu datang tengah malam mengunjunginya jika tidak ada hal yang genting.
"Aku akan menikah!" Ujar Rena,
"Ada laki-laki yang lamar aku" tambahnya. Rena mendongkak menatap wajah sang Papa yang masih memberikan tatapan penuh tanya padanya."Siapa?"
"Besok aku kenalkan"
Meski rasanya ada yang janggal Rama hanya mengangguk mengiyakan. Karena sudah sangat malam Rama meminta putrinya itu tidur di rumahnya saja.
"Tidur, Re. Jangan sampai kamu juga ikutan sakit. Kamu tenang saja Papa dan Mama akan selalu ada untuk kamu!" Pesan Rama saat Rena berpamitan pergi ke kamar.
Rena hanya balas ucapan Papanya itu dengan senyuman manis setelahnya wanita itu melangkah menuju kamarnya yang ada di rumah ini.
Meski sudah tengah malam Rena memilih membersihkan tubuhnya. Ia mandi dengan air hangat. Untuk pakaian Rena tidak khawatir sebab ia memang sengaja menyimpan beberapa setel pakaiannya di rumah kedua orangtuanya karena sebelum-sebelumnya juga ia cukup sering menginap di rumah orangtuanya ini.
Setelah tubuhnya terasa jauh lebih segar, Rena membaringkan tubuhnya yang sudah terasa sangat lelah di atas kasur. Ia mencoba memejamkan matanya. Rena harus tidur untuk mengisi kembali tenaganya karena ia yakin esok hari pasti akan jauh lebih berat daripada hari ini.
*****
Rena melangkah keluar dari kamar orangtuanya sambil membawa nampan berisi piring dan gelas kotor bekas sarapan sang Mama. Ia menyimpan nampan tersebut di kitchen sink dan berniat mencucinya ketika ponsel yang ia simpan di sakunya bergetar pelan.
Ada sebuah nomor asing yang mengiriminya pesan dan Rena yakin itu Revan karena dari pesan itu tertulis jika si pengirim sudah sampai di bandara.
Mengetahui itu Rena meminta asisten rumah tangga yang ada untuk mencuci bekas makan sang Mama, sedangkan ia bergegas pergi ke Bandara untuk menjemput Revan dengan meminjam mobil orangtuanya.
Rena sengaja melajukan kendaraanya sesantai mungkin karena sejujurnya ia sangat malas harus kembali bertemu dengan pria bernama Revano itu.
Sampai di parkiran bandara Rena langsung mengirim kembali pesan jika ia sudah sampai. Rena hanya memberitahu warna dan plat mobil yang ia kendarai sampai tak lama ia melihat sosok Revan berjalan menghampirinya. Tanpa dipersilakan pria itu masuk begitu saja di sisi penumpang mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time [21+]
ChickLit"Daripada sama dia, aku lebih baik jadi janda seumur hidup!" Sepenggal kalimat penolakan mutlak yang Rena katakan. Tapi, bagaimana bisa satu bulan kemudian ia malah sudah sah diperistri oleh Revano, seorang pria dari masa lalu yang sudah menorehkan...