Bab 15

16.6K 830 32
                                    

****

"Gimana? Ini udah lebih dari satu bulan, loh" tanya Fara, yang membuat Rena langsung larut dalam lamunanya sendiri.

Rena tahu maksud dari pertanyaan Fara itu perihal kelangsungan pernikahannya dengan Revan.

Memang awalnya Rena berniat setelah satu bulan ia akan langsung mengajukan gugatan cerai, tapi ada hal yang membuatnya sangat berat melakukan itu. Baby, ia memikirkan nasib gadis remaja itu. Misinya untuk merekatkan hubungan Baby dan Revan belum terwujud.

"Kamu cinta sama dia sekarang?" Tanya Fara yang langsung Rena balas dengan gelengan kepala.

"Enggak!"

"Aku belum bisa lepasin Baby gitu aja, aku mau buat hubungan Baby dan Revan baik dulu"

"Kalopun aku berhasil pisah sama Revan tapi hubungan Ayah sama anak itu masih belum baik, bukannya lega hidup aku malah kayanya makin enggak tenang. Baby anak manis dan baik, enggak adil kalo dia dapet perlakuan buruk dari keluarganya sendiri" jelas Rena.

Tak lama ponsel yang Rena letakan di atas meja berdering, dari layar terlihat ada panggilan masuk dari putranya, Rayi.

"Hallo, kenapa, Ray?"

Rena diam mendengarkan ucapan Rayi dari seberang sana, hingga tak lama wajahnya mendadak tegang setelah mendengar semua penjelasan dari putranya itu.

"Oke, Bunda pulang sekarang" ucap Rena, langsung menutup sambungan telpon secara sepihak.

"Kenapa, Re?" Tanya Fara, menyadari perubahan wajah Rena.

"Baby sakit" jelas Rena.

Biasanya Rena pulang pukul 3 sore, tapi karena kebetulan Fara mampir ke tokonya jadi ia sengaja bertahan lebih lama. Kini setelah mendengar penjelasan Rayi tentang keadaan Baby, Rena jadi ingin cepat pulang. Karena semua barangnya sudah Rena bereskan, tanpa membuang waktu ia memilih langsung pulang. Rena dan Fara berpisah di parkiran, karena kebetulan suami dari temannya itu sedang diperjalanan untuk menjemput.

Sampai di rumah Rena bergegas naik ke lantai atas tempat kamar Baby berada. Di ujung tangga bisa Rena lihat Rayi tengah menuntun tubuh lemas Baby keluar dari kamar mandi.

"Baby kenapa?" Tanya Rena, ikut memapah tubuh Baby memasuki kamar gadis itu.

"Dari tadi muntah-muntah terus, Bun" ucap Rayi, sesuai yang sebelumnya sudah ia jelaskan pada sang Bunda lewat sambungan telpon.

Di dalam kamar terlihat Mbak Ita tengah membersihkan lantai di kamar Baby yang tercecer muntahan gadis itu.

"Tolong ambilin air hangat, Ray" pinta Rena yang tanpa banyak bantahan langsung Rayi turuti.

Rayi meraih gelas kosong yang sebelumnya juga ia gunakan untuk mengambil air hangat untuk Baby. Kemudian berjalan ke dapur untuk mengisinya kembali.

Selagi Rayi mengambilkan air, tangan Rena tak berhenti memberi pijatan pelan di pelipis Baby. Suhu tubuh Baby sangat tinggi. Gadis itu berbaring dengan mata tertutup menikmati pijatannya. Wajah Baby benar-benar sangat pucat, Rena yang khawatir sudah meminta Revan cepat pulang untuk memeriksa baby.

"Kenapa Tante baik?" Tanya Baby tiba-tiba dengan suara lemasnya.

"Eh?"

"Maksudnya?" Rena balik bertanya, tak mengerti arah pembicaraa Baby.

"Maaf ya, aku sempet enggak suka sama Tante" ujar Baby. Mendengarnya Rena hanya menampilkan senyuman tipisnya, tentu ia mengerti bagaimana kekhawatiran Baby tentang pernikahannya dan Ayah gadis itu

"Ada Tante, ada Mas Rayi. Dia kakak kamu, jangan pernah sungkan sama kami. Seperti yang sudah sering Tante bilang kita ini sekarang keluarga" ucap Rena, dengan penuh kelembutan ia mengusap puncak kepala Baby.

"Papa lagi dijalan sebentar lagi sampai. Nanti Papa periksa kamu" ucap Rena.

Tak lama Rayi kembali, pria itu memberikan air hangat yang Bundanya minta.

Rena membantu Baby untuk duduk, kemudian membantu juga gadis itu untuk minum.

"Ray, jagain adiknya ya, Bunda mau mandi dulu" ucap Rena, yang Rayi turuti saja.

Rena tak langsung mandi, tapi ia berjalan ke dapur memasak sup untuk makan Baby. Setelah masakannya selesai barulah Rena membersihkan diri.

Setelah tubuhnya terasa jauh lebih segar, dengan menggunakan dress rumahan Rena kembali berjalan menuju kamar Baby. Bisa ia lihat disana sudah ada Revan disana. Pria itu terlihat tengah menyuntikan sesuatu di tangan Baby.

"Gimana Baby?" Tanya Rena.

"Baby cuma kurang istirahat, aku udah minta tolong Rayi untuk tebusin obat dan vitamin" jelas Revan, setelahnya pria itu pergi begitu saja keluar dari kamar Baby. Melihatnya Rena mencibir pelan.

Selagi menunggu Rayi kembali, Rena mengambil sup yang sebelumnya sudah ia buat, Baby perlu makan sebelum gadis itu minum obat. Meski awalnya Baby menolak, dengan sedikit paksaan beberapa sendok makanan berhasil gadis itu telan sambil menahan mual.

Kali ini tanpa banyak protes Baby meminum obat yang Revan resepkan. Rena kembali menyusun bantal untuk Baby berbaring. Tangan Rena juga tak berhenti memberi pijatan di kedua kaki Baby yang terasa dingin karena gadis itu terus mengeluhkan jika kakinya sakit dan pegal. Sampai tak lama mata perlahan mulai terpejam karena efek dari obat tersebut sepertinya mulai bekerja.

"Re, aku laper" ucap Revan tiba-tiba, terlihat pria itu tengah berdiri di ambang pintu kamar Baby.

"Aku belum masak" balas Rena, pelan. Tadi ia memasak sup juga hanya untuk makan Baby. Mbak Ita juga belum sempat memasak karena pertama kali yang menemukan Baby sakit adalah Mbak Ita, jadi asisten rumah tangganya itu bersama Rayi membantu mengurus Baby sebelum tadi ia tiba.

"Aku pesen, kamu mau apa?" Tanya Revan, mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Apa, aja" balas Rena. Akhirnya Revan memesan makanan di restoran terdekat dari rumah agar cepat sampai. Meskipun tidak tahu Rayi sudah makan atau belum, Revan tetap memesankan Rayi makan. Karena Revan tahu bagaimana tingginya nafsu makan Rayi, sekenyang apapun jika ada makanan pasti akan pria itu santap.

"Aku tunggu dibawah, nanti kalo makannya udah datang aku panggil kamu"

****

Beberapa hari terakhir mamak mamak ini lagi emosi banget perihal nagih utang ke temen yg susah puoollll😤😤
Minta tips dong gengs cara nagih utang, sayang banget nominal duitnya juga lumayan buat persiapan lahiran nanti

Once Upon A Time [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang