Bab 21 : Diambang Perpisahan

3 0 0
                                    

Hilmy bergegas meninggalkan studio dan segera mencari Octa di sekitar kota. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh kekacauan emosional dan ketegangan yang menggelayuti hati. Ia tahu, untuk memperbaiki hubungan dengan Octa, ia harus berhadapan dengan semua perasaan dan kesalahpahaman yang telah muncul.

Setelah beberapa jam mencari, Hilmy akhirnya menemukan Octa di taman kota, duduk sendirian di bangku, tampak terpukul dan letih. Hilmy mendekati dengan hati-hati, berusaha untuk tidak membuat Octa merasa lebih tertekan.

“Octa, aku tahu kamu butuh waktu, tapi aku sangat ingin berbicara,” kata Hilmy dengan nada lembut.

Octa mengangkat kepala, mata masih terlihat merah. “Hilmy, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku merasa semuanya berantakan. Aku ingin percaya padamu, tapi apa yang kulihat tadi sulit untuk diabaikan.”

Hilmy duduk di samping Octa, berusaha untuk tetap tenang. “Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Apa yang terjadi di studio adalah kecelakaan. Aku tidak berniat untuk membuatmu merasa terabaikan atau terluka. Laura terjatuh dan aku hanya berusaha menangkapnya.”

Octa menatap Hilmy dengan tatapan ragu. “Tapi kenapa Laura ada di studio? Bukankah kalian sudah selesai dengan segala sesuatu?”

Hilmy menarik napas panjang. “Laura datang dengan niat baik, ingin melihat bagaimana aku bekerja. Aku tidak pernah mengundangnya untuk bertemu denganmu. Aku hanya berfokus pada musik dan lupa untuk memberitahumu sebelumnya.”

Octa memandang ke arah lain, berjuang untuk mengatasi emosinya. “Aku tahu aku mungkin terlalu cepat marah, tapi ketika aku melihat situasi itu, rasanya semua kepercayaan yang aku miliki runtuh.”

Hilmy meraih tangan Octa dengan lembut. “Aku tahu aku harus melakukan lebih baik. Tapi aku juga harus memberitahumu bahwa aku tidak pernah berniat untuk mengkhianati atau menyakitimu. Aku benar-benar ingin kita menyelesaikan masalah ini dan melanjutkan hubungan kita dengan lebih kuat.”

Octa menghela napas dan menatap Hilmy. “Mungkin aku harus memberikanmu kesempatan untuk membuktikannya. Tapi aku juga perlu waktu untuk memproses semuanya. Jadi tolong untuk saat ini kamu jangan dekati aku dulu”

Dengan rasa khawatir hilmy sambil menghela nafas. "Baik kalau itu maumu, aku akan berikan waktu untukmu sendiri dulu. Jaga diri baik-baik ya."

Hilmy meninggalkan taman dengan langkah berat, hati terasa hancur. Ia tahu betapa sulitnya memulihkan kepercayaan yang telah rusak, dan kini, dengan Octa yang sangat marah, tantangan itu semakin besar. Ia memutuskan untuk tidak langsung kembali ke studio, melainkan pergi ke tempat yang tenang untuk berpikir dan merencanakan langkah selanjutnya.

Sementara itu, Octa tetap duduk di bangku taman, masih dilingkupi kemarahan dan rasa sakit hati. Pikiran dan perasaan yang kacau membuatnya sulit untuk berpikir jernih. Ia merasa terkhianati dan tidak yakin bagaimana menghadapinya. Ketika teman-teman dekatnya mencoba menghubungi untuk menawarkan dukungan, Octa memilih untuk menjawab pesan mereka dengan singkat, tanpa menjelaskan detail apa pun.

Beberapa hari berlalu, dan Hilmy merasa putus asa. Setiap kali ia mencoba menghubungi Octa, ia selalu mendapatkan jawaban yang singkat dan dingin, atau bahkan tidak mendapatkan balasan sama sekali. Hilmy tahu bahwa menghubungi Octa secara langsung hanya akan memperburuk keadaan, jadi ia mencoba mencari cara lain untuk menunjukkan keseriusannya.

Suatu sore, Hilmy memutuskan untuk meninggalkan sepucuk surat di depan pintu rumah Octa. Surat tersebut berisi permintaan maaf yang mendalam dan penjelasan tentang situasi yang sebenarnya terjadi di studio. Hilmy juga menuliskan betapa pentingnya Octa bagi hidupnya dan betapa ia bertekad untuk memperbaiki hubungan mereka, jika diberikan kesempatan.

Beberapa jam setelah meninggalkan surat, Hilmy duduk di sebuah kafe dekat studio, sambil menunggu dengan penuh harapan. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Itu adalah pesan dari Octa. Hilmy membaca pesan tersebut dengan cemas.

"Hilmy, aku sudah membaca suratmu. Aku masih sangat marah dan terluka, tapi aku menghargai usaha dan keterbukaanmu. Aku membutuhkan waktu lebih banyak untuk merenung dan memutuskan apa yang terbaik untuk kita."

Hilmy merasa sedikit lega mendengar bahwa Octa masih mau mempertimbangkan segalanya. Ia membalas dengan penuh harapan. "Terima kasih telah membaca suratku. Aku akan memberikanmu waktu sebanyak yang kamu butuhkan. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku siap melakukan apa pun untuk memperbaiki hubungan kita."

Hari-hari berikutnya, Hilmy menjalani rutinitasnya dengan berat hati. Ia terus berusaha fokus pada pekerjaannya sambil berharap bahwa waktu akan memberikan kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Sementara itu, Octa terus merenungkan surat Hilmy dan perasaannya. Meskipun masih marah, Octa mulai merasa bahwa mungkin ada jalan untuk memperbaiki hubungan ini, jika mereka bisa saling memahami dan berkomunikasi dengan lebih baik.

Keputusan akhirnya mungkin belum jelas, tetapi Hilmy dan Octa mulai memahami bahwa perjalanan mereka untuk memperbaiki hubungan ini baru saja dimulai. Keduanya harus melewati banyak hal, tapi setidaknya ada sedikit cahaya di ujung terowongan.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang