Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

24 3 5
                                    


Pagi itu, langit Jakarta tampak suram, mendung menggantung rendah, seakan siap mencurahkan hujan di tengah hiruk-pikuk kota. Octaviani Librarin, seorang manajer pemasaran di perusahaan multinasional, duduk di balik kemudi mobilnya dengan wajah tegang. Lalu lintas macet yang tak kunjung bergerak menambah ketegangan yang sudah ia rasakan sejak pagi. Dalam benaknya, ribuan pikiran berputar, mulai dari presentasi penting yang harus dia siapkan, hingga tumpukan pekerjaan yang menantinya di kantor.

"Kenapa harus selalu macet di saat seperti ini?" gumamnya dengan frustrasi, sembari memukul setir mobil.

Di antara kendaraan yang berhenti, suara gitar yang dimainkan dengan nada riang tiba-tiba terdengar samar-samar. Octa melirik ke luar jendela dan melihat seorang pria dengan gitar di tangannya, berdiri di bawah naungan halte bus. Wajahnya penuh senyum, dan dia tampak tak terganggu sedikit pun oleh kemacetan yang merajalela. Pria itu adalah Muhammad Hilmy, seorang musisi jalanan yang dikenal oleh teman-temannya sebagai "Raja Gombal Gombel," karena kemampuannya merayu siapa saja dengan kata-kata manis dan suara merdu.

Hilmy melihat mobil hitam mewah yang berhenti tidak jauh darinya, dan dengan rasa penasaran, dia melangkah mendekat. Octa yang sedang berkutat dengan ponselnya, tiba-tiba dikejutkan oleh ketukan pelan di kaca jendela mobil.

"Permisi, Mbak. Lagi macet, ya?" sapa Hilmy dengan senyum lebar.

Octa menoleh, menatap pria di luar jendelanya dengan tatapan bingung dan sedikit waspada. "Iya, kenapa?" jawabnya singkat, tidak berniat melanjutkan percakapan.

"Saya cuma mau menawarkan hiburan, siapa tahu bisa bikin hati Mbak lebih tenang. Lagu satu, gratis kok," tawar Hilmy, sambil memetik senar gitarnya dengan lembut.

Octa memandangnya dengan ekspresi skeptis, namun entah kenapa, ada sesuatu dalam cara pria itu berbicara yang membuatnya ingin mendengar lebih banyak. Setelah beberapa detik berpikir, dia mengangguk kecil. "Baiklah, satu lagu saja."

Hilmy tersenyum lebih lebar, dan tanpa menunggu lebih lama, dia mulai menyanyikan sebuah lagu. Suara Hilmy begitu merdu, mengalun lembut bersama dengan petikan gitarnya. Lagu itu sederhana, namun penuh dengan kehangatan dan ketulusan. Perlahan, Octa merasakan ketegangan di tubuhnya mulai mereda, digantikan oleh rasa tenang yang tak biasa. Selama beberapa menit, dunia di luar mobilnya seakan menghilang, hanya ada suara gitar dan nyanyian Hilmy yang memenuhi udara.

Ketika lagu itu berakhir, Octa terdiam, seolah enggan untuk kembali ke realitas. "Terima kasih," katanya akhirnya, dengan suara yang lebih lembut.

"Sama-sama, Mbak. Semoga hari ini lebih baik buat Mbak," balas Hilmy, sebelum melangkah pergi kembali ke tempatnya semula. Octa menatap punggung pria itu yang semakin menjauh, merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Sepanjang perjalanan menuju kantor, Octa tak bisa menghilangkan suara Hilmy dari pikirannya. Ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya merasa tenang, sesuatu yang jarang dia temui dalam hidupnya yang serba teratur dan penuh tekanan.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang