Bab 8 : Langkah Berani

4 1 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Hilmy serta Octa semakin dekat. Setiap momen yang mereka habiskan bersama, menjelajahi kota, saling mendukung dan memotivasi, semakin menguatkan ikatan mereka. Taman kecil tempat mereka menghabiskan malam penuh makna kini menjadi saksi kebersamaan mereka.

Suatu pagi, saat matahari baru saja terbit, Octa sudah bangun lebih awal dan memutuskan untuk menelepon Hilmy. Ia merasa ada sesuatu yang penting harus dibicarakan. Ia duduk di tepi tempat tidur, memandangi kalung berbentuk hati yang diberikan Hilmy dengan rasa bahagia.

“Selamat pagi,” ucap Hilmy di telepon, suaranya masih serak karena baru bangun tidur.

“Pagi,” jawab Octa, suara di seberang terdengar hangat. “Aku ingin memberitahumu sesuatu penting.”

Hilmy segera terjaga. “Ada apa? Kamu terdengar serius.”

Octa menghela napas dalam-dalam. “Aku memutuskan untuk mengajukan resign dari pekerjaanku di perusahaan.”

Hilmy terkejut. “Resign? Itu keputusan besar. Kamu sudah memikirkannya matang-matang?”

Octa mengangguk meskipun Hilmy tidak bisa melihatnya. “Ya, aku sudah mempertimbangkan semua risikonya. Meskipun pekerjaanku ini stabil dan nyaman, aku merasa tidak lagi bersemangat. Kafe impianku adalah yang benar-benar aku inginkan. Jika tidak sekarang, kapan lagi?”

Hilmy mendengarkan dengan seksama. “Jika ini yang membuatmu bahagia, aku mendukungmu sepenuhnya. Bagaimana rencanamu setelah resign?”

Octa menjelaskan dengan penuh semangat. “Setelah resign, aku akan fokus pada persiapan kafe—desain interior, menu, dan semua persiapan lainnya. Aku ingin memastikan semuanya siap sebelum pembukaan.”

Hilmy tersenyum dari ujung telepon. “Itu rencana yang bagus. Aku bisa membantumu dengan promosi musik live di kafe nanti.”

Octa merasa lega mendengar dukungan Hilmy. “Terima kasih. Dukunganmu sangat berarti. Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu.”

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan persiapan. Octa menyusun surat pengunduran diri dan menyerahkannya kepada atasan di perusahaannya. Meskipun cemas, Octa merasa tenang, mengetahui keputusan ini adalah langkah menuju kebahagiaan yang sejati.

Suatu sore, setelah menghadapi berbagai diskusi dan pertemuan, Octa mengundang Hilmy untuk melihat lokasi potensial untuk kafe mereka. Terletak di sudut tenang di pinggir kota, tempat itu menawarkan pesona unik dengan pencahayaan alami yang indah.

“Tempat ini terasa sempurna,” kata Octa saat mereka berkeliling lokasi, wajahnya bersinar penuh harapan.

Hilmy mengamati dengan seksama. “Ini benar-benar nyaman. Dengan sentuhanmu, tempat ini akan menjadi luar biasa.”

Mereka mulai merancang desain interior dan konsep menu, setiap detail diatur dengan penuh perhatian. Semangat mereka semakin membara saat hari pembukaan semakin dekat.

Malam itu, setelah hari yang melelahkan, mereka duduk di bangku taman, kelelahan tetapi penuh rasa pencapaian. “Aku tidak sabar melihat kafe ini benar-benar berdiri,” kata Octa.

Hilmy tersenyum, memegang tangan Octa. “Aku juga. Kamu telah mengambil langkah berani untuk mengejar impianmu, dan aku sangat bangga padamu.”

Octa memandang Hilmy dengan rasa terima kasih. “Aku tidak bisa melakukannya tanpa dukunganmu. Kamu selalu ada di sampingku.”

Malam itu, mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, saling menikmati kebersamaan dengan melihat cahaya bulan. Mereka tahu bahwa perjalanan menuju impian mereka belum selesai, tetapi mereka siap menghadapinya bersama, dengan keyakinan dan cinta yang semakin kuat.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang