Bab 5: Rintangan Pertama

7 1 0
                                    


Hari-hari berlalu setelah pertengkaran itu, dan meskipun mereka berusaha memperbaiki hubungan, rasa canggung masih terasa di antara mereka. Mereka memutuskan untuk mengambil jarak sejenak, memberi waktu untuk merenung dan berpikir tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan.

Octa mencoba fokus pada pekerjaannya, tapi perasaan bersalah dan kehilangan terus menghantuinya. Di setiap rapat, setiap presentasi, bayangan Hilmy selalu muncul di benaknya. Sementara itu, Hilmy merasa hampa. Musik yang biasanya menjadi pelariannya kini terasa tak berarti tanpa Octa di sisinya. Dia terus mencoba menulis lagu, tapi setiap melodi yang dia ciptakan terasa hampa dan kosong.

Suatu hari, seorang teman lama Hilmy mengajaknya untuk bergabung dalam sebuah proyek musik. Proyek ini akan melibatkan banyak seniman jalanan dan musisi independen di Jakarta, dengan tujuan membuat album bersama yang merepresentasikan suara-suara dari jalanan kota. Awalnya, Hilmy ragu-ragu. Dia tidak yakin apakah dia bisa terlibat dalam proyek sebesar ini dengan kondisi hatinya yang tidak stabil.

Namun, setelah berpikir panjang, Hilmy memutuskan untuk ikut serta. Dia melihat proyek ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan pikirannya dari masalah yang dia hadapi dengan Octa, sekaligus mengejar impian yang selama ini dia tunda. Proyek ini memberinya harapan baru, meski di lubuk hatinya, dia masih merindukan Octa.

Di sisi lain, Octa yang terus tenggelam dalam pekerjaannya, mendengar kabar tentang proyek musik yang melibatkan Hilmy dari seorang teman. Teman itu dengan antusias bercerita tentang bagaimana Hilmy terlibat dalam proyek besar yang bisa mengubah hidupnya. Mendengar itu, hati Octa terasa berat. Dia sadar bahwa Hilmy mencoba melanjutkan hidupnya tanpa dirinya, dan ini membuatnya merasa semakin terpuruk.

Octa mulai mempertanyakan pilihannya. Dia menyadari bahwa dalam upayanya mengejar karir dan kesempurnaan, dia mungkin telah mengabaikan perasaan dan kebahagiaannya sendiri. Untuk pertama kalinya, Octa mempertimbangkan untuk melepaskan sebagian dari ekspektasi yang dia bebankan pada dirinya sendiri.

Di tengah kebimbangan ini, Octa memutuskan untuk bertemu dengan Hilmy. Dia ingin berbicara dari hati ke hati, mencoba mencari jalan keluar dari konflik yang mereka hadapi. Di sebuah kafe yang sering mereka kunjungi, Octa duduk sambil menunggu kedatangan Hilmy, dengan hati yang penuh harap dan ketakutan.

Ketika Hilmy tiba, mereka berdua duduk dengan perasaan campur aduk. Tidak ada kata-kata yang keluar selama beberapa menit pertama. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, mencoba mencari kata yang tepat untuk memulai percakapan.

Akhirnya, Hilmy yang pertama kali berbicara. "Octa, aku tahu kita berasal dari dunia yang berbeda. Tapi aku percaya, kita bisa menemukan cara untuk bersama, jika kita mau berusaha."

Octa menatap Hilmy dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku juga ingin percaya itu, Hilmy. Tapi kadang aku merasa aku bukan orang yang tepat untukmu. Dunia kita terlalu jauh berbeda."

Hilmy menghela napas panjang, merasakan beban yang sama di dadanya. "Mungkin benar, dunia kita berbeda. Tapi bukankah justru itu yang membuat kita saling melengkapi? Aku ingin kita mencoba lagi, tanpa ada tekanan atau ekspektasi."

Octa terdiam, merenungkan kata-kata Hilmy. Dia sadar bahwa perbedaan mereka bukanlah hal yang harus ditakuti, tetapi sesuatu yang bisa memperkaya hubungan mereka jika mereka bisa menerima satu sama lain dengan sepenuh hati. Malam itu, mereka sepakat untuk mencoba lagi, dengan lebih banyak kompromi dan pengertian.

Namun, perjalanan ini tidak mudah. Mereka harus menghadapi banyak rintangan, termasuk keraguan dari dalam diri mereka sendiri. Tetapi, dengan tekad yang baru, mereka berdua bersedia untuk mencoba, dengan harapan bahwa cinta mereka bisa mengatasi semua perbedaan.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang