Bab 39 : Berat untuk berpisah

4 1 0
                                    

Kehamilan Octa memasuki usia empat bulan, dan kehidupan mereka berjalan penuh kebahagiaan dan persiapan untuk menyambut bayi. Namun, suasana tenang itu mendadak berubah ketika Hilmy menerima kabar mendalam dari tempat kerjanya.

Pada suatu pagi, Hilmy menerima telepon dari atasannya yang memberitahukan bahwa ia harus segera berangkat ke luar negeri untuk menangani proyek penting yang tidak bisa ditunda. Kabar itu datang dengan mendadak, dan Hilmy merasa bingung dan cemas tentang bagaimana ia akan meninggalkan Octa pada saat seperti ini.

Dengan wajah penuh keprihatinan, Hilmy menyampaikan berita tersebut kepada Octa saat mereka duduk bersama di meja makan. “Octa, aku baru saja menerima panggilan mendadak dari kantor. Mereka membutuhkan aku untuk pergi ke luar negeri selama beberapa minggu untuk menangani proyek penting,” katanya, suaranya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Octa menatap Hilmy dengan mata penuh keprihatinan. “Berapa lama kamu akan pergi?” tanya Octa, suaranya sedikit bergetar.

Hilmy menghela napas dalam-dalam. “Kira-kira selama satu bulan. Aku tahu ini sangat mendadak dan sulit, terutama dengan kondisi kehamilanmu saat ini.”

Octa mengangguk perlahan, mencoba menyerap informasi tersebut. “Aku mengerti, Hilmy. Pekerjaanmu memang penting, dan aku tidak ingin menghalangimu. Tapi aku merasa cemas juga, terutama karena kita sudah membuat banyak persiapan dan kamu akan pergi pada saat seperti ini.”

Hilmy meraih tangan Octa dengan lembut. “Aku juga sangat cemas, Octa. Aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu berusaha untuk tetap berhubungan dan memastikan kamu merasa didukung meskipun aku tidak ada di sini. Aku sudah mengatur semuanya agar kamu mendapatkan bantuan yang kamu butuhkan selama aku pergi.”

Octa merasa terharu dengan perhatian Hilmy. “Terima kasih, Hilmy. Aku tahu kamu melakukan yang terbaik. Aku akan mencoba untuk tetap positif dan menghadapi ini dengan kekuatan. Namun, aku juga ingin kamu tahu betapa pentingnya kehadiranmu di sampingku.”

Hilmy tersenyum lembut, mencoba memberikan rasa tenang. “Aku juga merasa berat meninggalkanmu, tetapi kita harus percaya bahwa ini adalah langkah yang harus diambil. Aku akan terus berdoa agar semuanya berjalan lancar dan kamu bisa menjaga kesehatanmu serta bayi kita.”

Hari-hari menjelang keberangkatan Hilmy diisi dengan persiapan terakhir. Ia memastikan bahwa semua kebutuhan Octa telah diatur, mulai dari makanan sehat hingga perawatan medis. Hilmy juga meminta bantuan keluarga dan teman dekat untuk memastikan bahwa Octa tidak merasa sendirian selama ia berada di luar negeri.

Ketika hari keberangkatan tiba, Hilmy dan Octa berdiri di bandara, berpelukan erat. “Jaga dirimu baik-baik, Octa. Aku akan sangat merindukanmu dan terus berdoa untuk kesehatanmu dan bayi kita,” ujar Hilmy, suaranya penuh emosi.

Octa membalas pelukan dengan penuh rasa sayang. “Aku juga akan merindukanmu, Hilmy. Semoga perjalananmu lancar, dan kita bisa segera bertemu kembali. Aku akan menjaga diriku dan bayi kita sebaik mungkin.”

Hilmy akhirnya melangkah menuju ruang keberangkatan, meninggalkan Octa dengan rasa haru dan cemas. Sepanjang perjalanan, Hilmy terus memikirkan Octa dan berdoa agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.

Di sisi lain, Octa kembali ke rumah dengan hati yang campur aduk. Meskipun merasa berat harus menjalani waktu sendirian, ia berusaha untuk tetap kuat dan fokus pada kesehatan dirinya dan bayi. Dukungan dari keluarga dan teman-teman menjadi sumber kekuatan baginya, membantu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Hilmy.

Waktu berlalu, dan setiap hari Octa mengandalkan doa dan harapan untuk melewati masa-masa ini. Meskipun terpisah secara fisik, ikatan cinta antara Hilmy dan Octa tetap kuat, dan mereka yakin bahwa cobaan ini akan menguatkan hubungan mereka.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang