Bab 34 : Harapan Orang tua

2 1 0
                                    

Setelah beberapa bulan menjalani kehidupan pernikahan mereka, Hilmy dan Octa merasa semakin nyaman dalam peran baru mereka sebagai pasangan suami istri. Mereka saling mendukung dan terus membangun hubungan yang penuh cinta. Namun, ada satu hal yang mulai mengganggu pikiran mereka: harapan orang tua Octa untuk segera memiliki cucu.

Suatu sore, saat mereka berkunjung ke rumah orang tua Octa, suasana di meja makan terasa akrab dan hangat. Pak Rijal dan Bu Andini, orang tua Octa, menunjukkan kebanggaan dan kebahagiaan mereka atas pernikahan putri mereka. Namun, ada juga keinginan yang tersirat dalam setiap percakapan mereka.

“Hilmy, Octa,” kata Pak Rijal dengan senyum ramah, “Kami sangat senang melihat kalian berdua bahagia. Sekarang, tentu saja kami berharap untuk melihat keluarga kalian berkembang. Kapan kira-kira kalian akan memberikan kami cucu?”

Pertanyaan itu membuat Hilmy dan Octa saling bertukar pandangan. Octa, yang awalnya terkejut, mencoba untuk menjawab dengan lembut. “Papah, Mamah, kami masih menikmati masa-masa awal pernikahan kami. Kami ingin memastikan bahwa kami siap secara fisik dan emosional sebelum memikirkan untuk memiliki anak.”

Bu Andini menambahkan dengan lembut, “Kami hanya berharap kalian bisa memberikan kami cucu dalam waktu dekat. Kami tahu bahwa kalian pasti akan menjadi orang tua yang hebat.”

Hilmy, yang merasa agak tertekan dengan harapan ini, mencoba untuk menjelaskan dengan sabar. “Kami paham harapan Papah dan Mamah, dan kami juga sangat ingin memiliki anak suatu hari nanti. Namun, kami ingin memastikan bahwa kami siap secara menyeluruh sebelum membuat keputusan besar ini.”

Pak Rijal mengangguk, meskipun tampak sedikit kecewa. “Kami mengerti, Hilmy. Kami hanya ingin yang terbaik untuk kalian dan berharap yang terbaik untuk masa depan kalian.”

Setelah pertemuan itu, Hilmy dan Octa merasa sedikit terbebani dengan harapan orang tua mereka. Mereka duduk bersama di rumah mereka, membicarakan perasaan mereka tentang situasi ini.

“Hilmy, aku tahu mereka hanya ingin yang terbaik untuk kita, tapi aku merasa tekanan ini agak berat,” kata Octa dengan nada cemas.

Hilmy menggenggam tangan Octa dengan lembut. “Aku juga merasakannya. Kita perlu memastikan bahwa kita siap dan mampu menjadi orang tua yang baik sebelum membuat keputusan tentang anak. Yang penting adalah kita saling mendukung dan memastikan bahwa kita benar-benar siap untuk langkah besar ini.”

Octa mengangguk setuju. “Aku setuju. Kita harus memberi diri kita waktu untuk membangun kehidupan yang stabil dan penuh cinta sebelum menghadapi tantangan besar menjadi orang tua.”

Dengan kesepakatan ini, mereka memutuskan untuk fokus pada penguatan hubungan mereka dan mempersiapkan diri secara emosional dan finansial untuk masa depan. Meskipun harapan orang tua mereka selalu ada di pikiran, Hilmy dan Octa tahu bahwa keputusan untuk memiliki anak adalah langkah besar yang harus diambil dengan penuh pertimbangan dan kesiapan.

Hari-hari berlalu, dan Hilmy serta Octa terus menjalani kehidupan mereka dengan penuh cinta dan dukungan. Mereka tahu bahwa waktu akan memberikan jawaban dan kesempatan yang tepat untuk membangun keluarga mereka sendiri. Sementara itu, mereka terus memperkuat ikatan mereka dan menikmati setiap momen yang mereka miliki bersama.

Simfoni HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang