Gavy menatap jenuh ke arah jalanan macet pagi ini. Hari ini merupakan hari pertamanya melaksanakan training dari sekolah. Ia tidak mau telat dan mendapat nilai minus dari perusahaan tempatnya training. Jam menunjukan pukul 07:45, itu artinya 15 menit lagi ia harus sampai tempat trainingnya. Tapi melihat keadaan jalan yang macet, itu sangat tidak mungkin.
Gavy mendengus kesal. Ia mengeluarkan handphone dari tasnya, mengetikkan pesan kepada Abigail, teman trainingnya.
Gavy: Gael? Kayaknya gue telat deh, masih di lampu merah nih. Lo udh sampe kan?
Tak lama, Gavy mendapat balasan pesan dari Abigail.
Abigail: Gue udh nyampe daritadi, Vy. Lo turun aja di lampu merah gue jemput. Daripada telat. Gue otw sekarang.
Gavy: Oke. Cepet ya
Setelah membalas pesan Abigail, Gavy pun segera turun dari angkutan umum dan menunggu Gael di trotoar. 10 menit lagi, ia harus segera sampai tapi Abigail tak kunjung terlihat juga. Matahari sudah nampak jelas dan membuat keringat Gavy bercucuran. Gavy benci menunggu.
Namun suara klakson motor mengagetkan Gavy, ia menoleh dan nampak terkejut melihat yang datang bukan Abigail tapi Faby. Gavy segera memalingkan wajahnya. Tidak mau berlama-lama menatap Faby.
"Vy, nungguin siapa? Ayo bareng" ajak Faby sambil menatap Gavy
Gavy membuang muka. "Gak usah!"
Faby mendecak. "Dari pada lo telat? Ayo mumpung tempat training kita searah"
Gavy menoleh, menatap Gavy dingin. "Gue bilang enggak, ya enggak Fab! Lo gak usah sok peduli gue lagi. Gue capek" ucap Gavy sambil menekankan kata peduli pada Faby.
Bersamaan dengan itu, Abigail muncul dari arah berlawanan. Gavy mengucapkan syukur tiada henti karena Abigail segera datang, sehingga Gavy tidak perlu berlama-lama berdebat dengan Faby.
Gavy langsung menaiki motor beat Abigail dan meninggalkan Faby sendirian.
Gavy mendengus. Pagi-pagi udah ketemu masa lalu
***
"Adriell Raymond!"
Adri tersentak kaget saat Tika -pacarnya- memanggil tepat di telinga Adri. Adri menoleh, "Apa?" jawabnya sambil membuang puntung rokok yang sedari tadi di hisapnya.
Tika cemberut. "Kamu dari tadi bengong aja. Denger aku ngomong nggak, sih?"
"Engga", jawab Adri cuek. "Emang kamu ngomong apa?" lanjutnya seraya mengalihkan pandangannya dari Tika.
Tika mendecak kesal. "Kamu kenapa sih, akhir-akhir ini sering bengong dan nggak nyambung kalo aku ajak ngomong?"
"Aku capek. Kita putus ya?"
Tika tersentak kaget. "Ma-maksud kamu apa sih? Aku bercanda doang kok" jawab Tika sambil memaksa senyum.
"Ya aku capek. Aku mau kita putus. Oke?" ujar Adri yang setelah itu langsung beranjak meninggalkan Tika sendiri di cafe yang masih shock atas ucapan Adri
Tidak heran jika Adri tipikal cowok yang mudah mengucap kata "putus" pada setiap perempuan. Adri memang hanya menjadikan cewek-cewek itu pelampiasan saja. Bahkan Adri menjadikannya kekasih tanpa perasaan apapun. Dan Tika adalah cewek ke-sekian kalinya di SMK Varity yang termakan omongan dan gombalan manis Adri.
Setelah keluar dari cafe, Adri langsung menyalakan mesin motornya dan langsung membelah jalanan Ibukota.
Langit sudah menunjukan semburat jingga yang berarti hari sudah hampir gelap. Tapi Adri masih berada disini, di jajanan pedagang kaki lima sambil meminum es kelapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionMenjadi pelampiasan memang bukan pilihannya, tetapi bagaimana jika takdir yang memilihnya? Menjadi yang kedua memang bukan yang terbaik, tetapi bagaimana jika keegoisan menginginkannya? Kisah klasik, tentang seorang gadis berseragam putih abu-abu y...