Chapter 17; -Hanya Ingin Tahu.-

80 7 1
                                    

Adriell berjalan di tengah alunan musik yang mengiringi acara birthday party Jihan. Ia memang di undang oleh Jihan, dan awalnya juga ia enggan untuk datang, mengingat ia tidak begitu akrab dengan Jihan. Apa lagi Jihan sendiri adalah sahabat dekat Gavy. Pasti paling tidak Jihan juga agak benci dengan dirinya, karena sudah pernah menyakiti sahabatnya.

Adri sadar itu.

"Dri, ke Jihan dulu yuk? Ucapin selamat!" seru Dara di sampingnya.

Adri melihat Jihan yang sedang menyuapi kue pada kakaknya, kemudian menoleh pada Dara dan tersenyum, "Yuk!"

Mereka berdua pun berjalan menghampiri Jihan. Dara yang terlebih dahulu mengucapkan selamat pada Jihan.

"Jihan, selamat ulang tahun ya! Semoga jadi pribadi yang lebih baik lagi, makin cantik, pokoknya yang terbaik aja ya buat lo," ujar Dara seraya mengajak Jihan bersalaman.

Jihan tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Dara, "Aamiin, makasih ya, Dar!"

Di susul dengan Adri yang juga mengucapkan selamat pada Jihan.

"Makasih, ya kalian. Tuh makan dulu gih, makanannya di meja." tawar Jihan sambil menunjuk makanan yang sudah di hidangkan di meja.

Namun, tiba-tiba mata Adri menangkap sosok Gavy yang berada tidak jauh darinya. Mata mereka sempat beradu. Tapi, sejurus kemudian Gavy membalikkan badan, berjalan entah kemana yang Adri tidak tahu.

Selang beberapa detik, Han yang menyadari Gavy sudah tidak di sampingnya, langsung mencari Gavy.

Adri memperhatikan mereka. Adri menyaksikan sepupunya yang sibuk mengejar Gavy.

Lagi-lagi, perasaan aneh itu muncul. Sudah sejauh apa hubungan Gavy dan sepupunya, Han? Seperti ada rasa ingin tahu di dalam benaknya.

Dara menjetikkan jarinya di depan wajah Adri, membuat lamunan Adri terbuyar, "kamu kenapa, sih?" tanyanya.

Adri kemudian menggeleng pelan, "nggak papa. Makan es krim yuk?" ajak Adri seraya menunjuk es krim yang tersedia di meja.

"Ayooo!" jawab Dara bersemangat.

Bahkan saat Adri sedang memakan es krim dengan Dara yang di sampingnya, pikirannya masih terpaku pada Gavy.

"Aku ke toilet dulu, ya?" pamit Adri spontan pada Dara yang sedang sibuk mengambil foto selfie di ponselnya.

Dara mengangguk, "jangan lama-lama." ujarnya mengingatkan.

Bukannya ke kamar mandi, Adri malah melangkahkan kakinya untuk mencari Gavy. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Ia hanya ingin tahu. Itu saja.

Akhirnya, Adri menghentikan langkahnya di sini. Di taman belakang tempat di adakannya acara barbeque. Di situ terdapat sebuah kursi panjang yang di duduki oleh dua orang yang Adri kenal.

Di perhatikannya Han sedang membicarakan sesuatu pada Gavy, namun Gavy menunduk. Adri tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan karena jaraknya agak berjauhan dengan tempat Adri berdiri, juga suara alunan musik yang mendominasi di tempat ini.

Tapi, ketika Gavy mendongakkan kepalanya, menatap Han. Adri tersentak. Mata Gavy merah, pipinya basah. Gavy menangis? Ketika Han mengusapkan tangannya pada wajah Gavy, menghapus air mata Gavy, lagi-lagi perasaan aneh itu datang.

Hingga sampai mereka tertawa bersama, Adri masih memperhatikannya. Hatinya seketika gusar melihat Gavy dan Han tertawa hangat seperti tu setelah Gavy menangis. Mendadak moodnya berantakan menyaksikan adegan itu.

What's wrong?

***

Han baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk di ruang tengah. Di lihatnya Daffa, adik sepupunya yang ketiduran di sofa dan tangannya masih memegang stik PES. Lalu, di liriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 11.00.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang