Chapter 27; -Broke Up & Hurts.-

89 5 1
                                    

Sudah beberapa hari belakangan ini, Gavy dan Adri putus komunikasi. Mereka tidak berhubungan lagi, keduanya seolah kembali menarik diri. Dan kenyataan yang membuat Gavy muak adalah; Adri dan Dara sudah baikan. Lalu Adri tak pernah lagi mengontaknya. Itu artinya, Gavy benar-benar hanya persinggahan sementara, ia hanya sebuah mainan yang akan di hampiri Adri ketika Adri merasa bosan.

Ugh, Gavy benar-benar muak memikirkannya.

Maka ketika di sekolah, tatapan Gavy kala melihat Adri dan Dara sedang berjalan beriringan, kembali tajam. Hatinya ingin berteriak bahwa ia muak. Sangat muak, melihat dua manusia itu. Setan-setan seolah membisikinya untuk melakukan suatu hal pada dua sejoli itu.

Benar saja, pada saat jam istirahat ketika shalat dzuhur, Gavy, Jihan dan Annisa pun beranjak ke mushola sekolah untuk melaksanakan shalat. Ketika Gavy hendak menaruh mukenanya di shaf depan, ia melihat mukena Dara disana. Kemudian dengan santainya, Gavy menggeser posisi mukena Dara, entah kemana, kemudian menaruh mukenanya disitu.

"Vy, apaan sih lo. Di belakang masih ada tempat. Nggak usah ngegusur tempat orang gitu, ih!" tegur Annisa.

Gavy hanya melengos, "Bodoamat, Ca."

Kemudian setelah mengambil air wudhu dan langsung shalat bersama dua sahabatnya itu, Gavy keluar dari mushola mendahului Annisa dan Jihan.

Lagi, ketika Gavy hendak mengenakan sepatu, ia melihat sepatu Adri di berada di dekat karpet. Lalu dengan santainya, Gavy menendang sepatu itu, entah kearah mana, ia tak perduli.

Tiba-tiba sebuah suara memanggilnya. Terdengar begitu dingin dan familiar di waktu yang sama.

"Gavrilla."

Gavy menoleh, dan orang yang tadi sepatunya ia tendang, berdiri di belakangnya. Menatapnya tanpa arti.

Gavy tahu, pasti tadi Adri melihat aksinya yang nendang sepatu dia. Halah, masa bodoh.

Gavy lalu mengambil sepatunya dan memilih memakainya di kelas saja. Gavy tahu, tindakannya hari ini sebenarnya tidak masuk akal.

Sungguh, Gavy hanya membenci mereka saat ini.

***

Minggu pagi, ketika Gavy sedang menemani Ibunya ke Bogor untuk membeli sesuatu, ponselnya bergetar. Ada sebuah notifikasi di akun twitter-nya. Gavy mengernyit saat melihat sebuah Direct Message masuk.

Adara Fradella :
Maaf nih sebelumnya, gue mau nanya aja sampe kpn lo mau benci gue dan hubungan gue sama adri?kebetulan mau bulan puasa. disini gue mau minta maaf, baik gue maupun adri. kita minta maaf. terserah, lo mau maafin kita apa engga. satu yang gue minta, tlg jgn pernah ungkit lagi masalah lo sm adri yg dulu2.
Dan tntg gue minta maaf ke elo ini, kalo emg hati lo baik dan berjiwa besar, lo gaakan tunjukin ini ke org2 baik tmn lo atau ke media sosial mana pun. tlg belajar dewasa! thx.

Lah? Gavy nggak salah baca ini? Dara? Minta maaf ke Gavy? Apa-apaan pula Dara nyuruh Gavy buat nggak ngungkit-ngungkit masalah dia sama Adri? Itu hak Gavy dong!

Tiba-tiba saja terlintas di pikiran Gavy untuk membeberkan semua kelakuan Adri selama ini kepadanya? Tentang Adri yang masih suka menghubunginya sampai Adri mengajaknya ke Depok dan ke rumahnya.

Tapi, jahat nggak sih?

Dengan segenap rasa kesal, Gavy membalas Dirrect Message Dara.

Gavrilla Nadya E :
Nomer lo, skrg.

Adara Fradella :
for?

Gavrilla Nadya E :
something urgent yang hrs gue kasih tau ke lo. Cpt.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang