Drrt drrt...
Gavy menggeliat pelan saat merasakan ponsel yang berada di dekatnya bergetar, tanda ada telfon masuk.
Adriell calling ...
"Hallo," Gavy mengangkat telfon dari Adri dengan suara khas orang bangun tidur.
"Morning, sweetheart" sapa Adri di seberang sana yang di balas Gavy kekehan kecil.
"Tumben pagi-pagi udah bangun." Ujar Gavy
"Iya lah, hari ini kita jalan ya? Kamu siap-siap gih. Tiga puluh menit lagi aku sampe di rumah kamu."
Gavy mengernyit bingung. "Kok mendadak sih? Nggak bilang dulu dari sem--"
"Yaudah, cepet kamu mandi. Aku on the way sekarang. Daaah," sela Adri
Tuut...tuutt
Belum selesai Gavy berbicara dan telepon sudah di tutup. Menyebalkan!
Gavy pun segera melesat ke kamar mandi dan melakukan segala ritual mandi cewek disana.
Dua puluh lima menit kemudian, Gavy sudah rapi dengan celana jeans serta kaus putih tanpa lengan kemudian di balut cardigan ungu favoritenya. Rambutnya yang panjang ia biarkan terurai dan tak lupa sepatu converse kesayangannya.
Tak lama, suara deru mesin motor yang Gavy yakin milik Adri, datang.
Gavy segera membuka pintu dan Adri sudah berhenti di depan pagar rumahnya.
"Hai.." sapa Gavy.
Adri sesaat memperhatikan penampilan Gavy dari atas sampai bawah.
Sadar akan di perhatikan seperti itu, Gavy mengerutkan keningnya, "Kenapa? Aneh, ya?" tanyanya.
Adri menggeleng seraya tersenyum. "Engga kok,"
"Yang bener?" tanya Gavy memastikan. "Kalo aneh, gue ganti baju deh."
Adri langsung menahan lengan Gavy, "Jangan. Udah gitu aja ngga papa. Gue suka kok."
"Terus kenapa tadi ngeliatin?"
"Mau mastiin kalo ternyata lo emang beda dari yang lain. Yuk?"
Pasalnya, selama ini jika Adri ngajak cewek jalan, atau ngedate, atau sekedar makan di pinggir jalan aja. Hampir semuanya, menggunakan dress, high heels atau wedges serta make up yang agak berlebihan.
Tapi tidak dengan Gavy, ia hanya menggunakan pakaian kasualnya dan wajahnya hanya dipoles bedak tipis dan lipgloss warna pink tipis juga.
Itulah mengapa, Adri agak kaget saat melihat penampilan Gavy.
Belum sempat Gavy mencerna perkataan Adri, namun Adri sudah menarik tangannya untuk segera menaiki Ninjanya.
Adri kemudian memberi Gavy helm dan jaket. Selanjutnya, setelah menyalakan mesin motornya, Adri pamit pada Kartika, Mama Gavy yang ternyata dari tadi menyaksikan putrinya.
"Tante, pinjem anaknya sebentar, ya? Tenang aja, bakalan saya bikin seneng."
Gavy yang salah tingkah mendengar itu langsung reflek mencubit perut Adri. "Apaan sih, Dri, ih!"
Kartika tersenyum geli dan mengangguk, "Jangan pulang malem-malem ya, nak? Hati-hati dijalan."
Adri mengacungkan jempolnya, "Beres tante. Tuan putrinya aman deh sama saya."
Gavy kembali salah tingkah dan menjitak kepala Adri, sementara yang di jitak malah cekikikan.
Bukan apa-apa, masalahnya ini kali pertama ada cowok yang pamit ke Mamanya sambil terang-terangan gombalin Gavy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionMenjadi pelampiasan memang bukan pilihannya, tetapi bagaimana jika takdir yang memilihnya? Menjadi yang kedua memang bukan yang terbaik, tetapi bagaimana jika keegoisan menginginkannya? Kisah klasik, tentang seorang gadis berseragam putih abu-abu y...