Senin itu, tidak seperti senin-senin biasanya. Jika biasanya, hari senin adalah hari yang paling tidak di sukai oleh kebanyakan siswa-siswi Varity, maka di hari senin ini para siswa-siswi Varity menyambutnya dengan antusias.
Bagaimana tidak? Hari ini, tepat di laksanakannya acara classmeeting di sekolah. Acara rutin yang selalu di adakan oleh pihak sekolah setiap akhir semester setelah Ujian Akhir Semester selesai.
Terlihat beberapa murid memenuhi berbagai penjuru sekolah, ada yang berpartisipasi mengikuti lomba, ada pula yang hanya sebagai penonton, sekedar sumbang suara untuk menyemangati kelasnya.
Gavy salah satunya, ia dan teman-temannya; Jihan, Annisa, Sekar dan Putry tengah duduk di pinggir lapangan untuk memberi dukungan pada kelasnya yang sebentar lagi akan bertanding futsal, entah kelas mana yang akan menjadi lawan mereka.
Ada beberapa lomba yang di adakan pada classmeeting kali ini. Di antaranya, futsal, basket, volly, catur dan berakhir pada pentas seni yang di adakan di lapangan sekolah pada hari Sabtu nanti.
"Eh anjir kelas kita lawan siapa sih nanti?" tanya Jihan penasaran.
"Tau, ya! OSIS mana sih OSIS? Lebay amat segala di rahasiain," sahut Annisa seraya mengedarkan pandangannya ke segala penjuru sekolah, seolah mencari keberadaan anak-anak OSIS.
Gavy berdecak, "Itu namanya strategi, guys. Biar kita nggak nganggep rendah atau pun nganggep sulit lawan kita nantinya. Ya, intinya kita harus siap, siapapun lawan kita nanti."
"Ya tapi kayaknya OSIS tahun ini lebay deh, bikin strateginya kayak gini. Nggak kayak tahun kemaren. Simple, gitu," timpal Putry.
Sekar mengangguk setuju, "Iya iya bener!"
"Rivaaaaal!" teriak Jihan pada Rivaldi, salah satu anak XI APH yang menduduki jabatan wakil ketua OSIS tahun ini.
Yang di panggil pun menoleh, lalu menghampiri saat Jihan melambaikan tangannya.
"Apaan, Ji?"
"Lawan futsal kelas kita siapa sih? Kasih tau, nggak usah bikin penasaran lo!" cecar Jihan langsung.
Rival hanya terkekeh pelan, "Rahasia, sist. Mau tau? Follow IG saya aja, lagi open PO dan barangnya ready stock semua."
Gavy, Jihan, Sekar, Annisa dan Putry bengong sesaat ketika mendengar jawaban asal Rival, sedetik kemudian mereka kontan tergelak bersama.
"Goblok! Jadi, lo berubah profesi sekarang jadi mbak-mbak olshop?" goda Jihan di sela-sela tawanya.
"Maaf, sist. Saya nggak minat. Lain kali ya?" timpal Annisa yang masih tertawa.
"Kalo cogan kayak Han gitu open PO nggak, sist? Kalo iya, saya pesen dua ya," ujar Putry tambah ngaco.
"Garing bego, Val! Anjir lo ah, udah sih kasih tau siapa lawan kita?" Gavy tetap mencecar Rival.
Rival menghentikah deraian tawanya, "Yaa lagian kepo banget lu pada! Udah nanti juga di sebutin sebentar lagi. Tuh, MC udah siap-siap kok." jawab Rival seraya menunjuk ke arah dua anak perempuan yang berdiri di belakang microfone.
"Halah, tai. Nggak guna kita punya temen anak OSIS tapi nggak mau bocorin. Udeh sono pergi deh lo!" usir Sekar.
Sesaat sebelum Rival pergi, ia seolah memberi clue pada teman-temannya itu dengan melirik Gavy seraya tersenyum misterius dan berkata, "Lawan kelas kita bakal bikin salah satu di antara kalian bingung. Mau tetep dukung kelas kita, atau murtad dengan dukung kelas lawan."
Sontak Gavy, Jihan, Annisa, Sekar dan Putry mengerutkan kening bersamaan. Mereka penasaran.
Akhirnya, rasa penasaran mereka pudar seiring dengan MC yang menyebutkan lawan kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionMenjadi pelampiasan memang bukan pilihannya, tetapi bagaimana jika takdir yang memilihnya? Menjadi yang kedua memang bukan yang terbaik, tetapi bagaimana jika keegoisan menginginkannya? Kisah klasik, tentang seorang gadis berseragam putih abu-abu y...