Chapter 21; -Maaf, Gue Masih Sayang Dia-

128 6 0
                                    

Pasca kejadian di hari Minggu sore itu, setelah Adri mengatakan hal yang membuat Gavy kaget bukan main, keduanya kembali seperti orang yang tidak kenal di sekolah. Keduanya seolah menganggap tidak terjadi apapun di antara mereka. Padahal nyatanya, keduanya sedang berusaha menghindar satu sama lain. Keduanya sedang berperang dengan hati dan otaknya masing-masing. Adri, seperti biasa, ia selalu mengajak Dara kemana pun ia melangkah. Bak amplop dan perangko yang selalu menempel. Gavy, seperti biasa pula, ia selalu menghabiskan waktunya bersama teman-temannya, meski beberapa kali Han ikut bergabung di antara teman-teman Gavy.

Omong-omong soal Han, ia sama sekali tidak tahu menahu tentang kejadian Adri dan Gavy di Minggu sore itu. Bukan hanya Han, semua orang tidak ada yang tahu. Kejadian itu memang seperti rahasia negara. Hanya Gavy dan Adri yang tahu. Iya, hanya mereka berdua. Keduanya seolah enggan untuk menyeritakan kejadian itu. Karena menurut keduanya ... itu menyakitkan.

Sampai akhirnya, di suatu kesempatan, ketika Gavy dan teman-temannya sedang berkumpul di rumah Nindiya, Gavy akhirnya bercerita pada teman-temannya. Dan, ada Han disitu.

"Eh eh lagunya ganti dong, mellow banget, bikin ngantuk!" seru Annisa di dalam mobil Han.

Iya, Gavy, Jihan, Sekar, dan Annisa pergi kerumah Nindiya naik mobil Han. Sedangkan Putry dengan pacarnya Deni, sudah sampai duluan di rumah Nindiya. Gavy sendiri, dari semalam sudah di spam chat di LINE oleh teman-temannya agar mengajak Han. Katanya, biar bisa nebeng rame-rame dan ngirit. Dasar!

"Charlie Puth ft. Meghan Trainor aja Marvin Gaye, enak tuh!" usul Sekar memberi saran.

Lalu, Gavy yang kebetulan duduk di depan bersama Han, langsung mengganti musiknya dengan lagu yang di usulkan Sekar. Dan mereka pun, bernyanyi bersama. Han hanya geleng-geleng melihat kelakuan teman-teman Gavy itu.

Namun ketika di lihatnya Jihan yang sedari tadi diam saja, hanya memainkan ponselnya dan tidak ikut bernyanyi, Han pun bertanya, "Eh, Jihan diem aja? Nggak ikutan nyanyi?"

Jihan seolah tersadar jika Han sedang bertanya padanya, lalu ia mengangkat kepalanya dah menatap Han dari spion mobil, "Nggak papa, lagi nggak mood aja," jawabnya.

Annisa pun menoyor kepala Jihan, "Lebay lu, segala nggak mood. Mikirin siapa sih? Jomblo aja lu!"

"Tau ih, taroh kek hape lo, kantongin, jangan kayak orang autis deh main hape sendirian pas lagi ngumpul." timpal Sekar.

Jihan hanya menghela napas kasar, "Iya iyaa kanjeng ratu!"

Lalu selanjutnya, Jihan sudah larut ikut bernyanyi dan berselfie ria dengan sahabat-sahabatnya itu. Meski sebenarnya Jihan sedang mengendalikan hatinya mati-matian.

Tiga puluh menit kemudian, Gavy, Han, Annisa, Jihan, dan Sekar sudah sampai di rumah Nindiya. Baru saja mereka keluar dari mobil Han, langsung di sambut pemandangan Putry dan Deni yang sedang makan donat berduaan, suap-suapan. Annisa yang pertama sadar kalau di depannya ada orang pacaran, langsung menghampirinya.

"Astaghfirullah, kalian ini! Apa-apaan pacaran dirumah orang? Sadar lah, nak... yang punya rumah tuh jomblo. Hargai perasaannya, dia iri liat kalian suap-suapan kayak india gitu," semprot Annisa seraya berkacak pinggang layaknya ibu-ibu yang lagi ngomelin anaknya.

"Heh, mau jadi apa kalian nanti? Pacaran mulu, kita ini udah kelas dua belas. Bentar lagi ujian, belajar. Jangan pacaran terus," Sekar menimpali dengan menunjuk2 wajah Putry dan Deni bergantian.

Deni melengos sebal, "Ribet lu berdua! Nggak bisa liat orang bahagia," lalu Deni beranjak dan keluar rumah Nindiya.

"Tau, ih! Orang Nindiya aja nggak papa, kok lo sewot sih?!" sungut Putry tidak terima.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang