Laki-laki itu berhenti di depan pagar sebuah gedung sekolah, mengamati keseluruhan bagian depan sekolah itu dari dalam jeepnya.
Di depan gerbang, terdapat plang nama sekolah tersebut, kemudian sekitar sepuluh meter dari gerbang, di dalamnya, di sisi kiri terdapat pos satpam.
Lalu setelah pos satpam, berjarak hanya lima belas meter terbentang area parkir yang di gunakan siswa-siswi memarkirkan kendaraan pribadinya.
Laki-laki itu melepas kaca mata hitamnya. Hari ini, merupakan hari pertamanya sebagai murid baru di sekolah itu. Hari pertamanya membuka lembaran baru bersama teman-teman yang baru juga.
Di lihat sekelilingnya, banyak murid yang baru berdatangan. Laki-laku itu kemudian memasuki arena sekolah dan memarkirkan jeepnya di sana.
Laki-laki itu bercermin pada ponselnya, setelah memastikan semuanya rapi, ia segera keluar dari jeepnya, dan menguncinya.
Ia melangkahkan kaki menuju ruang Tata Usaha untuk mengurusi administrasi serta menanyakan di mana letak kelas barunya.
Sayangnya, laki-laki itu tidak sadar bahwa kehadirannya pagi ini, mengundang banyak perhatian siswa-siswi yang baru berdatangan.
Tubuhnya yang menjulang tinggi, langkahnya yang santai namun pasti, rambutnya yang hitam acak-acakan, mata elangnya yang tegas, alisnya yang tebal, juga senyumnya yang manis, membuat siapa pun yang melihatnya akan meleleh.
Hampir seluruh murid perempuan tidak berkedip menatapnya.
Laki-laki itu memasuki ruang Tata Usaha, dan langsung berhadapan dengan Ibu Mae.
"Permisi Bu, saya murid baru di sini, mau nanya di mana kelas saya? Sekalian mau melunasi SPP untuk satu tahun ke depan." ujarnya sopan.
Bu Mae tersenyum, "Oh, iya! Kamu yang pindahan dari Malang itu, ya?"
Laki-laki itu ikut tersenyum dan mengangguk, "iya betul, Bu."
"Siapa nama kamu? Saya lupa,"
"Handoko Nurdaffa Arsalan. Panggil aja Han, Bu. Biar ngga kepanjangan," jawab laki-laki itu seraya terkekeh pelan.
Bu Mae mengangguk paham, kemudian segera mengambil beberapa keperluan transaksi pembayaran dan memberi Han seragam.
"Kamu tunggu di sini dulu, ya? Nanti masuk bareng wali kelas kamu. Beliau masih di jalan." ujar Bu Mae
Han mengangguk dan memilih untuk menunggu di luar agar bisa duduk.
Tiba-tiba, Han yang tengah duduk di depan ruang Tata Usaha mendengar suara seperti orang terjatuh di belakangnya.
Lantas Han pun menoleh, dan benar saja ia mendapati seorang cewek berseragam serupa dengannya tengah jatuh terduduk.
"Aduuuhh.." erang cewek itu.
Dengan rasa manusiawi, Han berdiri dan membantu cewek itu. "Lo nggak papa?" tanyanya seraya mengulurkan tangan.
Cewek itu menggeleng, kemudian meraih uluran tangan Han. Untuk sesaat, cewek itu sama seperti cewek-cewek lainnya yang tidak berkedip kala menatap Han.
"Hey," Han melambaikan tangannya di depan wajah cewek itu, membuat cewek itu terkesiap.
"E..eh iya, gue nggak papa. Btw, lo anak baru ya?"
Han mengangguk, "Iya, kok tau?"
"Baru pertama ngeliat soalnya," ujar cewek itu.
Han tersenyum, "Yah, begitulah,"
Cewek itu kemudian merapikan seragamnya yang sedikit berantakan karena terjatuh tadi. "Oke, gue duluan ke kelas ya kalo gitu. Thankyou udah nolongin tadi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionMenjadi pelampiasan memang bukan pilihannya, tetapi bagaimana jika takdir yang memilihnya? Menjadi yang kedua memang bukan yang terbaik, tetapi bagaimana jika keegoisan menginginkannya? Kisah klasik, tentang seorang gadis berseragam putih abu-abu y...