Chapter 25; -Klise.-

56 5 1
                                    


Koridor sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu. Rata-rata siswa-siswi SMK Varity sudah pulang kerumah masing-masing. Menyisakan beberapa anak ekskul rohis yang memang hari ini jadwal ekskulnya berlangsung, sedang duduk-duduk di luar Mushola, entah membahas apa.

Adri, sudah menggendong tasnya dan hendak keluar. Kelasnya pun sudah sepi, karena teman-temannya sudah pulang mendahuluinya. Ketika Adri baru saja melangkahkan kakinya keluar kelas, ia berpapasan dengan Dara.

Dara tersentak. "Loh, Dri? Belom pulang?"

Adri hanya menatap Dara datar, "Belom." jawabnya singkat.

Dara menghela napas panjang, kemudian maju dua langkah mendekati kekasihnya, "Masih marah sama aku?" tanyanya lirih.

Adri malah mendorong tubuh Dara pelan, seraya memutar bola mata malas. "Udah, kamu ekskul dulu sana. Aku capek."

Dara hendak menahan tangan Adri, untuk mencegahnya pergi, namun Adri keburu menoleh lagi padanya. "Oh iya, urusin aja dulu itu mantan kamu yang masih ngejar-ngejar kamu!" sungut Adri kesal.

Dara terpaku, terdiam di tempatnya. Rasa sakit seketika menjalar di rongga dadanya. Dara ingin menjelaskan pada Adri bahwa semua informasi yang ia dapat adalah salah paham. Namun, lidahnya mendadak kelu. Akhirnya, Dara hanya menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan, lalu pergi ke Musholla menyusul juniornya untuk serah-terima jabatan ekskul Rohis hari ini.

***

Gavy mengetuk-ngetukkan jari di mejanya. Bosan melandanya. Ia sedang menunggu seseorang yang tadi mengatakan bahwa akan menghampirinya disini.

Bahkan kelasnya sudah sepi dari makhluk-makhluk penghuni XII APH 1. Gavy mengambil ponselnya di dalam saku, ia iseng membuka account twitternya. Gavy mengernyitkan dahi ketika melihat tweet Dara di timelinenya.

@AdaraFradella: cuma misscommunication, dri. Im so sorry:( @AdriellRaymond_

Oh, jadi mereka beneran lagi berantem?

Gavy tak kuasa untuk menahan senyum tipisnya. Meski terkesan jahat, Gavy tidak berbohong bahwa ada sedikit perasaan senang saat mengetahui bahwa dua sejoli itu tengah menghadapi masalah.

YaTuhan ... maafkan Gavy.

Lalu tak lama, Adri datang dan masuk ke kelas Gavy,  kemudian duduk di bangku Rafli yang tepatnya berada di depan Gavy.

"Assalamualaikum, Cantik." sapa Adri. Matanya melirik layar ponsel Gavy, seolah ingin tahu, apa yang gadis itu buka pada ponselnya.

Gavy yang rupanya baru menyadari kehadiran Adri di hadapannya pun sontak terlonjak kaget, "Astaghfirullah, kapan lo dateng? Ngagetin aja sih!" sungut Gavy.

Adri hanya membalasnya dengan cengiran. "Makanya, jangan kayak orang autis main hape terus."

"Ih, lagian lo lama. Gue bosen, ya nggak papa dong main hape? Wleee" balas Gavy seraya menjulurkan lidah, meledek Adri.

Adri balas mencubit gemas pipi Gavy, "yaudah, maaf udah bikin nunggu. Yuk ah, keburu sore nanti."

Gavy masih diam di tempat, dadanya bergemuruh kencang saat Adri mencubit pipinya tadi. Aduh, tolong Gavy nggak bisa nahan senyum ini!

"Yuk," balas Gavy akhirnya seraya bangkit dari tempat duduk.

Mereka pun meninggalkan sekolah, namun saat sampai di depan gerbang, Adri mendadak menarik rem secara tiba-tiba. Gavy menahan dirinya dengan berpegangan pada jaket Adri.

"Kenapa sih?" tanya Gavy penasaran.

Adri menoleh pada Gavy sekilas, kemudian pandangannya kembali ke depan. Memperhatikan beberapa gerombol anak perempuan sedang ber-haha-hihi di Warung Nasi langganan anak Varity yang tidak jauh dari gerbang sekolah.

Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang