Gavy tengah mengetuk-ngetukkan pulpennya di atas meja, seraya menatap tampilan slide power point di depan kelas.
Pak Wawan, guru Matematika sedang menjelaskan tentang logaritma. Uh, Gavy paling benci dengan materi itu, menurutnya itu rumit dan sulit untuk di selesaikan.
Karena untuk menyelesaikan soal logaritma, harus menggunakan logika. Dan Gavy, tidak suka dengan sesuatu yang menggunakan logika. Ribet, katanya.
Bosan melandanya, ketika tiba-tiba ia merasa ingin buang air kecil di kamar mandi.
Gavy kemudian izin pada Pak Wawan, lalu segera keluar kelas menuju kamar mandi.
Cuaca di luar memang sedang hujan, tidak begitu deras memang, tapi semilir anginnya yang dingin membuat Gavy memeluk lengannya sendiri.
Saat sedang menuju kamar mandi, Gavy melewati lapangan futsal, matanya seperti menangkap sosok laki-laki berseragam olahraga yang masih bermain futsal bersama teman-temannya.
Seperti tidak peduli bahwa langit sedang menurunkan hujan di siang itu, laki-laki itu tetap semangat menggiring bola, kemudian mengopernya pada teman satu tim, lalu saat temannya kembali mengoper pada laki-laki itu, dengan gerakan cepat, ia menendang bola dari jarak jauh, dan goal!
"Yeaaah, gooaalll!" teriak laki-laki itu di tengah lapangan membuat teman-temannya membaur ke arahnya mengajak tos.
Gavy masih memperhatikan laki-laki itu, mukanya nggak asing, kayaknya pernah ketemu, dimana ya? batinnya.
Hingga tak di sadari, Gavy sudah berada di depan pintu toilet.
Setelah selesai dari toilet, Gavy segera keluar dan menuju cermin untuk merapikan seragamnya.
"Ngaca mulu, udah cantik mbak."
Eh?
Gavy tersentak kaget saat seseorang menegurnya, kemudian ia menoleh. Mendapati laki-laki yang tadi bermain futsal di lapangan sambil hujan-hujanan berada tidak jauh darinya.
Badannya basah kuyup, seragamnya lepek, wajahnya di penuhi entah keringat atau air hujan, tengah tersenyum manis ke arahnya.
Gavy mengernyitkan dahi bingung, siapa sih ya? Batinnya lagi seraya mengingat-ingat.
Tapi nihil, Gavy masih tidak mengenalinya. Lalu dengan cuek dan langkah santai, Gavy berjalan kembali ke kelasnya tanpa memperdulikan laki-laki itu.
***
Jam olahraga yang jatuh di siang hari, memang menjadi kutukan untuk para murid cewek. Mereka akan bermalas-malasan ganti baju olahraga.
Bukan apa-apa, masalahnya panas banget! Kan percuma udah ganti baju olahraga, udah pake minyak wangi, benerin rambut sedemikian rupa, eh pas sampe lapangan lepek dan bau keringet lagi. Sayang sayang kan?
Kalo anak cowok sih, ya selow aja. Justru mau panasnya kayak apa, hujan badai kayak gimana. Jam olahraga selalu jadi jam favorite sebagian besar anak cowok.
Karena hanya di jam olahraga, mereka bisa bebas bermain apa saja, bebas berteriak-teriak, dan bebas rusuh di lapangan.
Tapi untungnya, kali ini cuaca di luar sedang mendung. Han sedang memasang tali sepatunya di kelas, ketika tiba-tiba suara priwitan Pak Mail, guru olahraganya terdengar di depan kelas, memberi isyarat untuk segera berkumpul di lapangan.
Lima menit kemudian, kelas XI AP 2, kelas Han, sudah berkumpul di lapangan.
"Bapak, tidak ingin berlama-lama. Untuk hari ini, kalian olahraga bebas dulu. Karena saya harus ada rapat di Bogor sekarang. Tapi, tolong jika olahraga sudah habis, kalian segera kembali ke kelas dan ganti baju. Mengerti?" Perintah Pak Mail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Feelings
Teen FictionMenjadi pelampiasan memang bukan pilihannya, tetapi bagaimana jika takdir yang memilihnya? Menjadi yang kedua memang bukan yang terbaik, tetapi bagaimana jika keegoisan menginginkannya? Kisah klasik, tentang seorang gadis berseragam putih abu-abu y...